Senin, 17 Juni 2013

TEKNOLOGI BENIH "Pematahan Dormansi" Stefanuseko

I.    PENDAHULUAN                                       

1.1.     Latar Belakang
Pada dunia pertanian, tentu kita tidak lepas dari kata biji, dan benih. Wikipedia 2012, Biji (bahasa Latin : semen) adalah bakal biji (ovulum) dari tumbuhan berbunga yang telah masak. Biji dapat terlindung oleh organ lain (buah, pada Angiospermae atau Magnoliophyta) atau tidak (pada gymnospermae). Dari sudut pandang evolusi, biji merupakan embrio atau tumbuhan kecil yang termodifikasi sehingga dapat bertahan lebih lama pada kondisi kurang sesuai untuk pertumbuhan. (Lihat pergiliran keturunan). Biji merupakan bakal biji (ovulum) yang dihasilkan oleh tumbuhan berbunga dan dikenal sebagai alat perkembangbiakan pada tumbuhan.. bibit adalah tanaman hasil perbanyakan atau penangkaran yang siap untuk ditanam, dapat bersal dari perbanyakan generatif (biji/benih) dan dapat juga bersal dari perbanyakan vegetif (cangkok, okulasi, stek, dll).
Benih adalah biji yang dipersiapkan untuk tanaman yang telah melalui proses seleksi, sehingga dapat diharapkan dapat mencapai proses tumbuh yang besar menjadi tanaman dewasa Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No.12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Pertanian Bab I ketentuan umum pasal 1 ayat 4 disebutkan bahwa benih tanaman yang selanjutnya disebut benih, adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak dan atau mengembangbiakkan tanaman. Dalam buku lain tertulis benih disini dimaksudkan sebagai biji tanaman yang dipergunakan untuk tujuan pertanaman (Sutopo, 2004).
Faktor yang mempengaruhi perkecambahan dapat berasal dari fator internal dan eksternal. Syarat tumbuh benih melipui syarat internal berupa kesiapan dan kemasakan embrio dan bagian-bagian penunjang lnternal. Syarat eksternal meliputi keadaaan lingkungan yang mendukung seperti pH, media, air, suhu dan lain sebagainya. Dapat juga perkecambahan dan syarat tumbuhnya dipengaruhi oleh faktor dalam yang meliputi: tingkat kemasakan benih, ukuran benih, dormansi, dan penghambat perkecambahan, serta faktor luar yang meliputi: air, temperatur, oksigen, dan cahaya.
Benih Tidak berkecambah adalah benih dari berbagai macam tanaman baik dari kelas dikotil maupun monokotil yang hingga akhir periode pengujian tidak berkecambah. Benih benih tersebut diantaranya adalag benih segar, benih hampa, benih rusak, benih tidek berembrio, benih keras, dan benih mati (Kamil, Jurnalis. 1979). Benih yang tidak menunjukan potensi sama sekali untuk berkecambah disebabkan oleh beberapa hal diantaranya adalah faktor dalam yang meliputi: ada tidak/ rusa tidaknya embrio, tingkat kemasakan benih, ukuran benih, dormansi, dan penghambat perkecambahan, serta faktor luar yang meliputi: air, temperatur, oksigen, cahaya dan kerusakan akibat jasad pengganggu (Kamil, Jurnalis. 1979).

1.2.     Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum dari praktikum ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari ada tidaknya dormansi pada benih serta cara untuk mematahkan dormansi.













II.    TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Benih Dormansi
Benih dikatakan dormansi apabila benih tersebut sebenarnya hidup tetapi tidak berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yang secara umum dianggap telah memenuhi persyaratan bagi suatu perkecambahan atau juga dapat dikatakan dormansi benih menunjukkan suatu keadaan dimana benih-benih sehat (viabel) namun gagal berkecambah ketika berada dalam kondisi yang secara normal baik untuk berkecambah, seperti kelembaban yang cukup, suhu dan cahaya yang sesuai (Lambers 1992, Schmidt 2002).
Dormansi benih disebabkan oleh faktor fisik dan fisiologi. Faktor fisiologi contohnya embrio rudimenter, keseimbangan hormonal, dan fenomena after-ripening. Fenomena after-ripening terjadi pada benih padi yaitu keadaan di mana benih tidak mampu berkecambah ketika baru dipanen dan baru dapat berkecambah setelah melampaui periode penyimpanan kering. Faktor fisik meliputi impermeable terhadap air dan gas, kulit benih tebal dan keras, benih mengandung inhibitor, dan adanya penghambatan mekanik. (Lambers 1992, Schmidt 2002).

2.2. Penyebab Benih Dormansi
Beberapa penyebab dormansi fisik adalah Impermeabilitas kulit biji terhadap air dimana benih-benih yang termasuk dalam type dormansi ini disebut sebagai "Benih keras" karena mempunyai kulit biji yang keras dan strukturnya terdiri dari lapisan sel-sel serupa palisade berdinding tebal terutama di permukaan paling luar. Dan bagian dalamnya mempunyai lapisan lilin dan bahan kutikula; Resistensi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio, disini kulit biji cukup kuat sehingga menghalangi pertumbuhan embrio. Jika kulit biji dihilangkan, maka embrio akan tumbuh dengan segera; Permeabilitas yang rendah dari kulit biji terhadap gas-gas pada dormansi ini, perkecambahan akan terjadi jika kulit biji dibuka atau jika tekanan oksigen di sekitar benih ditambah. Pada benih apel misalnya, suplai oksigen sangat dibatasi oleh keadaan kulit bijinya sehingga tidak cukup untuk kegiatan respirasi embrio. Keadaan ini terjadi apabila benih berimbibisi pada daerah dengan temperatur hangat (Wikipedia, 2012).
Dormansi Fisiologis, dapat disebabkan oleh sejumlah mekanisme, tetapi pada umumnya disebabkan oleh zat pengatur tumbuh, baik yang berupa penghambat maupun perangsang tumbuh. Beberapa penyebab dormansi fisiologis adalah Immaturity Embrio,dimana pada dormansi ini perkembangan embrionya tidak secepat jaringan sekelilingnya sehingga perkecambahan benih-benih yang demikian perlu ditunda. Sebaiknya benih ditempatkan pada tempe-ratur dan kelembapan tertentu agar viabilitasnya tetap terjaga sampai embrionya terbentuk secara sempurna dan mampu berkecambah; After ripening, dimana benih yang mengalami dormansi ini memerlukan suatu jangkauan waktu simpan tertentu agar dapat berkecambah, atau dika-takan membutuhkan jangka waktu "After Ripening". After Ripening diartikan sebagai setiap perubahan pada kondisi fisiologis benih selama penyimpanan yang mengubah benih menjadi mampu berkecambah. Jangka waktu penyimpanan ini berbeda-beda dari beberapa hari sampai dengan beberapa tahun, tergantung dari jenis benihnya; Dormansi Sekunder, disini adalah benih-benih yang pada keadaan normal maupun berkecambah, tetapi apabila dikenakan pada suatu keadaan yang tidak menguntungkan selama beberapa waktu dapat menjadi kehilangan kemampuannya untuk berkecambah. Kadang-kadang dormansi sekunder ditimbulkan bila benih diberi semua kondisi yang dibutuhkan untuk berkecambah kecuali satu. Misalnya kegagalan memberikan cahaya pada benih yang membutuhkan, cahaya (Wikipedia 2012).

2.3. Metode/ Cara Pematahan Dormansi
Ada beberapa cara pematahan dormansi yang telah diketahui adalah dengan perlakuan mekanis diantaranya yaitu dengan Skarifikasi. Skarifikasi mencakup cara-cara seperti mengkikir/menggosok kulit biji dengan kertas amplas, melubangi kulit biji dengan pisau, memecah kulit biji maupun dengan perlakuan goncangan untuk benih-benih yang memiliki sumbat gabus. Tujuan dari perlakuan mekanis ini adalah untuk melemahkan kulit biji yang keras sehingga lebih permeabel terhadap air atau gas (Wikipedia 2012).
Dengan perlakuan kimia, perlakuan ini bertujuan menjadikan agar kulit biji lebih mudah dimasuki air pada waktu proses imbibisi. Larutan asam kuat seperti asam sulfat, asam nitrat dengan konsentrasi pekat membuat kulit biji menjadi lebih lunak sehingga dapat dilalui oleh air dengan mudah. Sebagai contoh perendaman benih ubi jalar dalam asam sulfat pekat selama 20 menit sebelum tanam. Perendaman benih padi dalam HNO3 pekat selama 30 menit. Pemberian Gibberelin pada benih terong dengan dosis 100 - 200 PPM. Bahan kimia lain yang sering digunakan adalah potassium hidroxide, asam hidrochlorit, potassium nitrat dan Thiourea. Selain itu dapat juga digunakan hormon tumbuh antara lain: Cytokinin, Gibberelin dan iuxil (IAA) (Wikipedia 2012).
Perlakuan perendaman dengan air juga dapat dilakukan perlakuan perendaman di dalam air panas dengan tujuan memudahkan penyerapan air oleh benih. Caranya yaitu : dengan memasukkan benih ke dalam air panas pada suhu 60 - 70 0C dan dibiarkan sampai air menjadi dingin, selama beberapa waktu. Untuk benih apel, direndam dalam air yang sedang mendidih, dibiarkan selama 2 menit lalu diangkat keluar untuk dikecambahkan (Wikipedia 2012).
Perlakuan dengan suhu, cara yang sering dipakai adalah dengan memberi temperatur rendah pada keadaan lembap (Stratifikasi). Selama stratifikasi terjadi sejumlah perubahan dalam benih yang berakibat menghilangkan bahan-bahan penghambat perkecambahan atau terjadi pembentukan bahan-bahan yang merangsang pertumbuhan. Kebutuhan stratifikasi berbeda untuk setiap jenis tanaman, bahkan antar varietas dalam satu famili.
Perlakuan dengan cahaya, cahaya berpengaruh terhadap prosentase perkecambahan benih dan laju perkecambahan. Pengaruh cahaya pada benih bukan saja dalam jumlah cahaya yang diterima tetapi juga intensitas cahaya dan panjang hari (Wikipedia 2012).

2.4. Manfaat Mempelajari Pematahan Dormansi
Pematahan dormansi perlu dilakukan untuk mengetahui apa itu dormansi, pematahan dormansi dan cara-cara atau metode pematahan dormansi tersebut. Dengan dilakukannya pematahan dormansi ini tentunya memiliki manfaat yang sangat nyata di bidang pertanian diantaranya adalah untuk mengetahui tipe dormansi yang ada pada benih sehingga mempermudah perlakuan, cara, atau metode pematahan dormansi yang akan dilakukan pada benih yang akan dilakukan perlakuan pematahan dormansi selain itu pematahan dormansi ini juga bermanfaat untuk mengetahui kemampuan benih untuk berkecambah setelah dilakukan pematahan dormansi sehingga pada praktiknya dilapangan benih dormansi dapat dipilah dan dipatahkan dormansinya sehingga dapat berkecambah normal setelah perlakuan  pematahan dormansi dan diharapkan nantinya akan menjadi tanaman dewasa yang normal dam berproduksi maksimal sehingga dapat mengguntungkan petani secara umumnya.















III.    BAHAN DAN METODE

3.1.    Waktu dan Tempat
Kegiatan praktikum Acara VI (Pematahan Dormansi) dilaksanakan di Laboratorium Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Palangkaraya. Kegiatan dilaksanakan pada hari rabu 12 November 2012 jam 13.00-14.40 WIB.

3.2.     Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada praktikun ini yaitu, benih lamtoro, benih karet, benih jarak, H2SO4 pekat, etanol, Air, alcohol, Larutan 0,1 N HN03, Larutan 0,2 % KNO3. Sedangkan alat yang digunakan adalah Kertas amplas, cutter, kertas merang, Pinset, Petridis, alat pemanas, bak perkecambahan, kotak pasir.

3.3.    Cara Kerja
Adapun cara kerja dari praktikum ini adalah menyiapkan benih yang akan dilakukan pematahan dormansi seperti benih lamtoro, karet, dan jarak, kemudian masing-masing benih tersebut digosok dengan menggunakan ampelas pada bagian yang berbeda pada tiap jenis benih pada bagian arah keluarnya calon batang, kemudian untuk benih lamtoro direndam dalam larutan yang berbeda seperti air panas, air dingin dan beberapa jenis larutan lainnya dengan waktu perendaman yang berbeda seperti direndam dalam air mendidih dan etanol 95 % dan juga benih control yang tidak diberi perlakuan apa-apa. Kemudian benih ditanam dan dilakukan pengamatan untuk melihat daya kecambahnya.





BAB IV. HASIL PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Tabel 1.  Hasil Pengamatan Pematahan Dormansi Biji Lamtoro.
NO    Hari Pengamatan    7
    Perlakuan    PTM    KN    ABN    MTI
            K    L    Σ       
1    Kontrol (P1)    -    -    -    -    -    25
2    Ampelas (P2)    6    6    -    6    -    19
3    Air Panas (P3)    2    2    -    2    -    23
4    Etanol (P4)    1    1    -    1    -    24

NO    Hari Pengamatan    14
    Perlakuan    PTM    KN    ABN    MTI
            K    L    Σ       
1    Kontrol (P1)    -    -    -    -    -    25
2    Ampelas (P2)    -    6    -    6    -    19
3    Air Panas (P3)    -    2    -    2    -    23
4    Etanol (P4)    -    1    -    1    -    24

Tabel 2. Hasil Pengamatan Pematahan Dormansi Benih Karet.
NO    Hari Pengamatan    7
    Perlakuan    PTM    KN    ABN    MTI
            K    L    Σ       
1    Kontrol (P1)    -    -    -    -    -    25
2    Ampelas (P2)    -    -    -    -    -    25


NO    Hari Pengamatan    14
    Perlakuan    PTM    KN    ABN    MTI
            K    L    Σ       
1    Kontrol (P1)    -    -    -    -    -    25
2    Ampelas (P2)    -    -    -    -    -    25

4.2 Pembahasan
Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada praktikum ini dari pengujian pematahan dormansi pada biji lamtoro dan biji karet dengan beberapa perlakuan, pada benih lamtoro dilakukan dengan empat perlakuan yaitu perlakuan yang pertama P1 (kontrol) tanpa adanya perlakuan, yang kedua perlakuan P2 (ampelas) yaitu dengan cara mengampelas kulih benih, yang ketiga adalah perlakuan P3 (air panas) yaitu dengan merendam benih pada air panas dengan waktu 30 menit , kemudian pada perlakuan P4 (Etanol) yaitu dengan merendam benih dengan larutan etanol.   
Dari data pada table diatas pada pengamatan  pada hari pematahan dormansi biji lamtoro pada hari ke-tujuh, pada perlakuan kontrol tidak terjadi pertumbuhan kecambah dengan jumlah benih 0 kecambah, sedangkan pada perlakuan menggunakan kertas ampelas terjadi potensi daya tumbuh 6 biji yang berkecambah, kemudian pada perlakuan menggunakan air panas, terjadi pertumbuhan kecambah dengan hasil 2 kecambah, sedangkan dengan perlakuan menggunakan larutan etanol hanya satu kecambah yang tumbuh dengan perlakuan ini.
Pengamatan selanjutnya pada hari ke-14 pada biji lamtoro, pada perlakuan kontrol tidak terjadi pertumbuhan kecambah, Sedangkan pada perlakuan menggunakan kertas ampelas terjadi potensi daya tumbuh 6 biji yang berkecambah, kemudian pada perlakuan menggunakan air panas, terjadi pertumbuhan kecambah dengan hasil 2 kecambah, sedangkan dengan perlakuan menggunakan larutan etanol hanya satu kecambah yang tumbuh.
Sedangkan pada pematahan dormansi biji karet. Perlakuan yang diberikan pada pematahan dormansi biji karet ini menggunakan perlakuan kontrol (P1), yaitu tanpa adanya perlakuan apapun, kemudian pada perlakuan kedua menggunakan perlakuan dengan kertas ampelas (P2). Dengan adanya perlakuan yang diterapkan, pada pematahan dormansi biji karet ini, tidak ada diperoleh data, karena tidak ada satupun biji yang berkecambah pada hari pengamatan hari ke-7, begitu juga hingga pada hari ke-14 tidak ada satu benih karetpun yng tumbuh , hal ini mungkin disebabkan karena factor genetis atau bawaan benih karet yang kurang baik atau benih yang mengalami masa dormansi sangat besar ataupun factor luar yang tidak mendukung baik dari segi media perkecambahan maupun factor lainnya.


IV.    PENUTUP

Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik yaitu bahwa dari hasil pengujian pematahan dormansi menggunakan benih lamtoro sangat baik dilakukan dengan metode pengamplasan benih karena benih yang berkecambah dengan metode ini paling tinggi dibanding dengan perlakuan lainnya. Sedangkan perlakuan menggunakan air panas juga baik namun yang terbaik dengan perlakuan ampelas.
Dormansi benih merupakan benih yang menunjukkan suatu keadaan dimana benih-benih sehat (viabel) namun gagal berkecambah ketika berada dalam kondisi yang secara normal baik untuk berkecambah, seperti kelembaban yang cukup, suhu dan cahaya yang sesuai. Benih tersebut membutuhkan waktu untuk tumbuh di lapang. Dormansi dapat dipatahkan dengan beberapa metode sesuai dengan peristiwa dormansi. Untuk dormansi fisik, metode pematahannya dapat dilakukan dengan cara skarifikasi. Dormansi fisiologis lebih efektif dipatahkan dengan metode stratifikasi atau penyimpanan kering.
Pematahan dormansi dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu pemotongan, pengamplasan, perendaman dalam larutan kimia, dan perendaman dengan air panas.
Cara pematahan dormansi bermacam-macam secara mekanis fisik, perandaman dengan larutan dan sebagainy namun pada praktikum ini digunakan empat perlakuan yaitu dengan perlakuaan larutan air panas, etanol, dan perlakuan ampelas.








DAFTAR PUSTAKA


Ashari, Sumaru.1995. Hortikultura Aspek Budidaya. UI Press ; Jakarta

Blogspot. 2009 http://teknologibenih.blogspot.com. Diakses Pada Tanggal 25 Oktober 2012

Idris, 2003. Dasar-Dasarr Teknologi Benih. Universitas Mataram: Mataram.

Kamil, Jurnalis. 1979. Teknologi Benih I. Angkasa Raya; Padang

Kartasapoetra, Anto G. 1986. Pengelolaan Benih dan Tuntunan Praktikum. Bina Aksara; Jakarta

Pratiwi. 2000. Biologi. Erlangga; Jakarta

Rubenstin, Irwin dkk. 1978. The Plant Seed. Academi Press Inc; USA

Soetopo, Lita. 2002. Teknologi Benih. Rajawali Press; Jakarta

Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. Malang: Fakultas Pertanian UNBRAW Tjitrasam, 1983. Botani Umum I. Angkasa: Bandung.

Tjitrosoepomo, Gembong. 1985. Morfologi Tumbuhan. UGM Press; Yogyakarta

Wikipedia, 2012. Struktur dan type  buah. http//:www.wikipedia.com. Diakses pada tanggal 21 Oktober 2012.

Wordpres, 2012 http://yunosuyono.wordpress.com. Diakses Pada Tanggal 25 Oktober 2012

DASPERLINTAN "Mengenal Ordo Serangga Parasit dan Predator"

I.    PENDAHULUAN

1.1.    Latar Belakang
Populasi makhluk hidup di alam tidaklah statis, tetapi selalu dalam keadaan yang dinamis. Segala perubahan yang terjadi pada jumlah anggota populasi dan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut dipelajari dalam studi dinamika populasi. Komposisi makhluk di alam tidaklah stabil sesuai dengan ukuran populasi dan ukuran jenis individu makhluk hidup tersebut. Ukuran populasi makhluk hidup tergantung pada individu-individu yang lahir, mati, datang (imigrasi), dan pergi (emigrasi). Ukuran populasi akan bertambah dengan adanya kelahiran dan imigrasi, serta berkurang dengan adanya kematian dan emigrasi. Berbagai faktor lingkungan dapat bekerja sebagai suatu kekuatan alam yang mengakibatkan naik turunnya kelimpahan populasi sejenis makhluk hidup. Faktor-faktor lingkungan tersebut dapat membantu atau menghambat usaha pengendalian hama (Adisubroto, W. 1990).
Hampir semua orang kini menerima pandangan bahwa populasi makhluk hidup di alam diatur oleh faktor-faktor yang terkait dengan kepadatan. Faktor-faktor yang tidak terkait dengan kepadatan hanya dapat mengubah tetapi tidak mengatur kepadatan populasi makhluk hidup di alam. Peranan faktor biotik dan abiotik dalam menentukan ukuran populasi makhluk hidup di suatu ekosistem dapat digambarkan melalui skenario umpan balik lingkungan (environmental feedback). Persaingan antarindividu sejenis (intraspesifik) dalam memperebutkan sumber daya akan mengurangi ukuran populasi atau terjadi umpan balik negatif (negative feedback). Pada waktu ukuran populasi cukup rendah, maka kondisi lingkungan mulai pulih dan siklus yang sama akan terjadi lagi.
Dalam dunia pertanian khususnya di Indonesia kita mengenal beberapa aspek yang menentukan keberhasilan suatu usaha budidaya pertanian salah satu dari aspek tersebut adalah bagaimana cara menjaga baiknya pertumbuhan tanaman dengan mengendalikan hama dan penyakit yang akan mengganggu dan menyerang pertumbuhan dan perkembangan tanaman baik tanaman perkebunan ataupun tanaman hortikultura yang dapat mengakibatkan menurunnya mutu hasil produksi dari sebagian kualitas dan kwantitas hasil (Hartati, 2009).
Dalam pertanian Indonesia, hama adalah organisme pengganggu tanaman yang menimbulkan kerusakan secara fisik, dan ke dalamnya praktis adalah semua hewan yang menyebabkan kerugian dalam pertanian. Hama pada tanaman merupakan momok dalam budidaya tanaman meningkatkan hasil produksi. Penanggulangan hama dan penyakit yang tepat dan meminimalkan dampak negatif terhadap erorganisme-organisme biotik sebagai musuh alami menjadi prioritas penting dalam pengendalian.
Kerugian yang timbul akibat serangan hama menyebabkan kerugian baik terhadap nilai ekonomi produksi, pertumbuhan dan perkembangan tanaman, serta petani sebagai pelaku budiaya tanaman dengan kegagalan panen serta turunnya kwalitas dan kuantitas hasil panen. Pengendalian hama yang tidak sesuai dan tepat akan memberikan dampak kerugian yang lebih besar dari pada serangan hama itu sendiri terhadap tanaman.( Hartati, 2009).
Adapun peranan serangga predator dan serangga parasit ini adalah hidup dengan cara memakan serangga lain yang merugikan dibidang pertanian yang sering disebut dengan hama baik sebagian maupun seluruhnya. Perbedaan antara predator dan parasitoid terletak pada cara hidup dan cara memakan serangga lain tersebut. Predator umunya aktif dan mempunyai tubuh yang lebih besar dan lebih kuat dari serangga mangsanya, walaupun ada predator yang bersikap menunggu seperti belalang sembah. Istilah parasitoid digunakan untuk membedakannya dari istilah parasit sesungguhan seperti umum dijumpai pada hewan vertebrata. Predator dan parasitoid berperan penting sebagai agen pengendali alami di dalam ekosistem. Pada ekosistem buatan umumya kehidupan kelompok serangga ini sering terganggu oleh campur tangan manusia dalam kegiatan budi daya tanaman, terutama dalam penggunaan pestisida.
Adapun manfaat dalam mempelajari serangga predator dan serangga parasit di bidang pertanian adalah agar praktikan dapat mengenal serangga-serangga tersebut mulai dari jenis mulut, daur hidup, tipe perkembangbiakan dan siklus penyerangannya terhadap hama yang merugikan di bidang pertanian sehingga dapat diketahui cara pengembangannya dan mempertahankannya di ekosistem hingga dapat mengendalikan hama-hama lain yang merugikan di bidang pertanian.

1.2.    Tujuan
Adapun tujuan praaktikum kali ini adalah untuk mengetahui perbedaan lebih jelas antara serangga parasit dengan predator (dalam hal habitat, jumlah inang/mangsa, keaktifan dan ukuran tubuh) sehingga memudahkan identifikasi.


II.    TINJAUAN PUSTAKA
   
2.1.    Deskripsi Serangga Predator
 Musuh alami terdiri dari pemangsa/predator, parasitoid dan patogen. Pemangsa adalah binatang (serangga, laba-laba dan binatang lain) yang memakan binatang lain sehingga menyebabkan kematian. Kadang-kadang disebut “predator”. Predator berguna karena memakan hama tanaman.
Pemangsa atau yang sering disebut dengan predator adalah serangga atau hewan pemakan serangga yang selama masa hidupnya banyak memakan mangsa. Secara fisiologis, ciri pemangsa adalah bentuknya lebih besar dari mangsanya. Jenis pemangsa, antara lain kumbang, lalat, laba-laba, tawon, dan seranga-serangga kecil lainnya. Aktivitas serangga pemangsa hama tanaman yang disebut musuh-musuh alami (predator dan parasitor),secara tidak langsung ikut membantu manusia khususnya petani dalam menekan perkembangan hama tanaman.
Predator sebagai serangga liar yang berguna ini perlu mendapat perhatian kita karena seringkali akibat perbuatan manusia, jumlah musuh-musuh alami ini cenderung menjadi sedikit, bahkan musnah sama sekali. Kita sudah maklum bahwa hama tanaman merupakan salah satu penyebab rendahnya produksi tanaman. Penurunan hasil karena serangan hama dapat mencapai lebih dari 50%. Karena itu banyak dilakukan usaha-usaha untuk menanggulangi kehadiran hama tanaman. Usaha penanggulangannya dilakukan dengan berbagai cara, antara lain, yaitu dengan perbaikan cara bercocok tanam, menggunakan musuh alami, menggunakan pestisida, menanam varietas tahan, dan kombinasi dari cara-cara pengendalian tersebut. Semua orang mengira dan memang tidak kita sangsikan bahwa pestisida merupakan satu-satunya “alat” yang paling ampuh untuk mengendalikan serangan hama, terutama jika populasi serangga hama telah melampaui atau mencapai tingkat “ambang kerusakan ekonomi”, yaitu suatu tingkat serangan hama yang segera akan menyebabkan kerugian ekonomi apabila tidak dikendalikan. Namun, kenyataan menunjukkan bahwa penggunaan pestisida yang berspektrum luas secara terus-menerus dan berlebihan ternyata dapat menimbulkan dampak negatif antara lain yaitu serangga hama menjadi lebih tahan, pencemaran lingkungan, bahaya langsung terhadap pemakai, bahaya residu terhadap manusia dan hewan peliharaan, serta akibat yang lebih serius adalah matinya serangga berguna seperti predator, parasitoid dan serangga penyerbuk, dan selanjutnya dapat menimbulkan terjadinya peningkatan populasi hama setelah penggunaan pestisida (resurgensi) dan terjadinya ledakan hama sekunder.

2.2.    Deskripsi Serangga Parasit
Serangga parasit atau serangga parasitoid adalah serangga yang sebelum tahap dewasa berkembang pada atau di dalam tubuh inang (biasanya serangga juga). Parasitoid mempunyai karakteristik pemangsa karena membunuh inangnya dan seperti parasit karena hanya membutuhkan satu inang untuk tumbuh, berkembang, dan bermetamorfosis.
.Parasitoid sering juga disebut parasit. Kebanyakan serangga parasitoid hanya menyerang jenis /hama secara spesifik.Serangga parasitoid dewasa menyalurkan suatu cairan atau bertelur pada suatu hama sebagai inangnya. Ketika telur parasitoid menetas, larva akan memakan inang dan membunuhnya. Setelah itu keluar meninggalkan inang untuk menjadi kepompong lalu menjadi serangga lagi.
Sebagian besar parasitoid ditemukan di dalam dua kelompok utama bangsa serangga, yaitu Hymenoptera (lebah, tawon, semut, dan lalat gergaji) dan bangsa Diptera (lalat beserta kerabatnya). Meskipun tidak banyak, parasitoid juga ditemukan pada bangsa Coleoptera, Lepidoptera, dan Neuroptera. Sebagian besar serangga parasitoid yang bermanfaat adalah dari jenis-jenis tawon atau lalat.
Ada tiga bentuk partenogenesis yang dijumpai pada parasitoid, yaitu thelyotoky (semua keturunannya betina diploid tanpa induk jantan), deuterotoky (keturunannya sebagian besar betina diploid yang tidak mempunyai induk jantan dan jarang ditemukan jantan haploid), dan arrhenotoky (keturunan jantan haploid tidak mempunyai induk jantan, dan keturunan betinanya berasal dari induk betina dan jantan (diploid) (Sofa, 2008).
Parasitoid disebut internal atau endoparasitoid jika perkembangannya di dalam rongga tubuh inang dan eksternal atau ektoparasitoid apabila perkembangannya di luar tubuh inang. Parasitoid yang membunuh atau yang melumpuhkan inang setelah meletakkan telur disebut idiobiont. Parasitoid yang tidak membunuh atau tidak melumpuhkan secara permanen setelah melakukan oviposisi disebut koinobiont. Parasitoud yang menghasilkan hanya satu keturunan dari satu inang disebut soliter dan disebut gregarius kalau jumlah keturunan yang muncul lebih dari satu individu (tetapi berasal dari satu induk) per inang (Sofa, 2008).
Hiperparasitoid atau parasitoid sekunder adalah parasitoid yang menyerang parasitoid primer. Adelphoparasitoid adalah parasitoid jantan yang memparasiti larva betina dari jenisnya sendiri. Multiparasitisme adalah parasitisme terhadap inang yang sama oleh lebih dari satu jenis parasitoid primer, superparasitisme adalah parasitisme satu inang oleh banyak parasitoid dari jenis yang sama (Sofa, 2008).Parasitoid dianggap lebih baik daripada pemangsa sebagai agen pengendali hayati. Analisis terhadap introduksi musuh alami ke Amerika serikat menunjukkan bahwa keberhasilan penggunaan parasitoid dalam pengendalian hayati mencapai dua kali lebih besar daripada pemangsa.

2.3.    Golongan Serangga Predator
Adapun penggolongan serangga predator berdasarkan ordo adalah sebagai berikut :
2.3.1.    Ordo Orthoptera (bangsa belalang)
Sebagian anggotanya dikenal sebagai pemakan tumbuhan, namun ada beberapa di antaranya yang bertindak sebagai predator pada serangga lain. Anggota dari ordo ini umumnya memilki sayap dua pasang. Sayap depan lebih sempit daripada sayap belakang dengan vena-vena menebal/mengeras dan disebut tegmina . Sayap belakang membranus dan melebar dengan vena-vena yang teratur. Pada waktu istirahat sayap belakang melipat di bawah sayap depan.
Alat-alat tambahan lain pada caput antara lain : dua buah (sepasang) mata facet, sepasang antene, serta tiga buah mata sederhana (occeli). Dua pasang sayap serta tiga pasang kaki terdapat pada thorax. Pada segmen (ruas) pertama abdomen terdapat suatu membran alat pendengar yang disebut tympanum . Spiralukum yang merupakan alat pernafasan luar terdapat pada tiap-tiap segmen abdomen maupun thorax. Anus dan alat genetalia luar dijumpai pada ujung abdomen (segmen terakhir abdomen).
Ada mulutnya bertipe penggigit dan penguyah yang memiliki bagian-bagian labrum, sepasang mandibula, sepasang maxilla dengan masing-masing terdapat palpus maxillarisnya, dan labium dengan palpus labialisnya.
Metamorfose sederhana (paurometabola) dengan perkembangan melalui tiga stadia yaitu telur —> nimfa —> dewasa (imago). Bentuk nimfa dan dewasa terutama dibedakan pada bentuk dan ukuran sayap serta ukuran tubuhnya. Beberapa jenis serangga anggota ordo Orthoptera ini adalah : Kecoa ( Periplaneta sp.), Belalang sembah/mantis ( Otomantis sp.), dan Belalang kayu ( Valanga nigricornis Drum.)

2.3.2.    Ordo Hemiptera (bangsa kepik) / kepinding
Ordo ini memiliki anggota yang sangat besar serta sebagian besar anggotanya bertindak sebagai pemakan tumbuhan (baik nimfa maupun imago). Namun beberapa di antaranya ada yang bersifat predator yang mingisap cairan tubuh serangga lain. Umumnya memiliki sayap dua pasang (beberapa spesies ada yang tidak bersayap). Sayap depan menebal pada bagian pangkal ( basal ) dan pada bagian ujung membranus. Bentuk sayap tersebut disebut Hemelytra . Sayap belakang membranus dan sedikit lebih pendek daripada sayap depan. Pada bagian kepala dijumpai adanya sepasang antene, mata facet dan occeli. Tipe alat mulut pencucuk pengisap yang terdiri atas moncong (rostum) dan dilengkapi dengan alat pencucuk dan pengisap berupa stylet. Pada ordo Hemiptera, rostum tersebut muncul pada bagian anterior kepala (bagian ujung). Rostum tersebut beruas-ruas memanjang yang membungkus stylet.
Metamorfose bertipe sederhana (paurometabola) yang dalam perkembangannya melalui stadia : telur —> nimfa —> dewasa. Bnetuk nimfa memiliki sayap yang belum sempurna dan ukuran tubuh lebih kecil dari dewasanya. Beberapa contoh serangga anggota ordo Hemiptera ini adalah Walang sangit ( Leptorixa oratorius Thumb.), Kepik hijau ( Nezara viridula L), dan Bapak pucung ( Dysdercus cingulatus F)

2.3.3.    Ordo Coleoptera (bangsa kumbang)
Anggota-anggotanya ada yang bertindak sebagai hama tanaman, namun ada juga yang bertindak sebagai predator (pemangsa) bagi serangga lain. Sayap terdiri dari dua pasang. Sayap depan mengeras dan menebal serta tidak memiliki vena sayap dan disebut elytra. Apabila istirahat, elytra seolah-olah terbagi menjadi dua (terbelah tepat di tengah-tengah bagian dorsal). Sayap belakang membranus dan jika sedang istirahat melipat di bawah sayap depan. Alat mulut bertipe penggigit-pengunyah, umumnya mandibula berkembang dengan baik. Pada beberapa jenis, khususnya dari suku Curculionidae alat mulutnya terbentuk pada moncong yang terbentuk di depan kepala. Metamorfose bertipe sempurna (holometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur —> larva —> kepompong (pupa) —> dewasa (imago). Larva umumnya memiliki kaki thoracal (tipe oligopoda), namun ada beberapa yang tidak berkaki (apoda). Kepompong tidak memerlukan pakan dari luar (istirahat) dan bertipe bebas/libera. Beberapa contoh anggotanya adalah Kumbang badak ( Oryctes rhinoceros L), Kumbang janur kelapa ( Brontispa longissima Gestr), dan Kumbang buas (predator) Coccinella sp.
2.3.4.    Ordo Diptera (bangsa lalat, nyamuk)
Serangga anggota ordo Diptera meliputi serangga pemakan tumbuhan, pengisap darah, predator dan parasitoid. Serangga dewasa hanya memiliki satu pasang sayap di depan, sedang sayap belakang mereduksi menjadi alat keseimbangan berbentuk gada dan disebut halter . Pada kepalanya juga dijumpai adanya antene dan mata facet. Tipe alat mulut bervariasi, tergantung sub ordonya, tetapi umumnya memiliki tipe penjilat-pengisap, pengisap, atau pencucuk pengisap. Pada tipe penjilat pengisap alat mulutnya terdiri dari tiga bagian yaitu bagian pangkal yang berbentuk kerucut disebut rostum, bagian tengah yang berbentuk silindris disebut haustellum, dan bagian ujung yang berupa spon disebut labellum atau oral disc .
Metamorfosenya sempurna (holometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur —> larva —> kepompong —> dewasa. Larva tidak berkaki (apoda _ biasanya hidup di sampah atau sebagai pemakan daging, namun ada pula yang bertindak sebagai hama, parasitoid dan predator. Pupa bertipe coartacta. Beberapa contoh anggotanya adalah lalat buah ( Dacus spp.), lalat predator pada Aphis ( Asarcina aegrota F), lalat parasitoid ( Diatraeophaga striatalis ), dan lalat rumah ( Musca domestica Linn.).

2.3.5.    Ordo Lepidoptera (bangsa kupu/ngengat)
Dari ordo ini, hanya stadium larva (ulat) saja yang berpotensi sebagai hama , namun beberapa diantaranya ada yang predator. Serangga dewasa umumnya sebagai pemakan/pengisap madu atau nektar. Sayap terdiri dari dua pasang, membranus dan tertutup oleh sisik-sisik yang berwarna-warni. Pada kepala dijumpai adanya alat mulut seranga bertipe pengisap , sedang larvanya memiliki tipe penggigit . Pada serangga dewasa, alat mulut berupa tabung yang disebut proboscis, palpus maxillaris dan mandibula biasanya mereduksi, tetapi palpus labialis berkembang sempurna.
Metamorfose bertipe sempurna (Holometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur —> larva —> kepompong —> dewasa. Larva bertipe polipoda , memiliki baik kaki thoracal maupun abdominal, sedang pupanya bertipe obtekta. Beberapa jenisnya antara lain Penggerek batang padi kuning ( Tryporiza incertulas Wlk), Kupu gajah ( Attacus atlas L), dan Ulat grayak pada tembakau ( Spodoptera litura ).

2.3.6.    Ordo Odonata (bangsa capung/kinjeng)
Memiliki anggota yang cukup besar dan mudah dikenal. Sayap dua pasang dan bersifat membranus. Pada capung besar dijumpai vena-vena yang jelas dan pada kepala dijumpai adanya mata facet yang besar. Metamorfose tidak sempurna (Hemimetabola), pada stadium larva dijumpai adanya alat tambahan berupa insang dan hidup di dalam air. Anggota-anggotanya dikenal sebagai predator pada beberapa jenis serangga keecil yang termasuk hama , seperti beberapa jenis trips, wereng, kutu loncat serta ngengat penggerek batang padi (Kunte, 2008).

2.4.    Golongan Serangga Parasit
Sebagian besar parasitoid ditemukan di dalam dua kelompok utama bangsa serangga, yaitu Hymenoptera (lebah, tawon, semut, dan lalat gergaji) dan bangsa Diptera (lalat beserta kerabatnya). Adapun penggolongan serangga predator berdasarkan ordo adalah sebagai berikut :
2.4.1.    Ordo Diptera (bangsa lalat, nyamuk)
Dari bangsa Diptera hanya suku Tachinidae yang paling penting di dalam pengendalian alami dan hayati hama pertanian dan kehutanan. Serangga anggota ordo Diptera meliputi serangga pemakan tumbuhan, pengisap darah, predator dan parasitoid. Serangga dewasa hanya memiliki satu pasang sayap di depan, sedang sayap belakang mereduksi menjadi alat keseimbangan berbentuk gada dan disebut halter . Pada kepalanya juga dijumpai adanya antene dan mata facet. Tipe alat mulut bervariasi, tergantung sub ordonya, tetapi umumnya memiliki tipe penjilat-pengisap, pengisap, atau pencucuk pengisap. Pada tipe penjilat pengisap alat mulutnya terdiri dari tiga bagian yaitu bagian pangkal yang berbentuk kerucut disebut rostum, bagian tengah yang berbentuk silindris disebut haustellum, dan bagian ujung yang berupa spon disebut labellum atau oral disc .
Metamorfosenya sempurna (holometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur —> larva —> kepompong —> dewasa. Larva tidak berkaki (apoda _ biasanya hidup di sampah atau sebagai pemakan daging, namun ada pula yang bertindak sebagai hama, parasitoid dan predator. Pupa bertipe coartacta. Beberapa contoh anggotanya adalah lalat buah ( Dacus spp.), lalat predator pada Aphis ( Asarcina aegrota F), lalat parasitoid ( Diatraeophaga striatalis ), dan lalat rumah ( Musca domestica Linn.).

2.4.2.    Ordo Hymenoptera (bangsa tawon, tabuhan, semut)
Kelompok terbesar parasitoid, yaitu bangsa Hymenoptera merupakan kelompok yang sangat penting. Dua suku utama dari supersuku Ichneumonoidea, yaitu Braconidae dan Ichneumonidae, sangat penting dalam pengendalian alami dan hayati. Dari supersuku Chalcidoidea yang dianggap sebagai kelompok parasitoid paling penting dalam pengendalian alami dan hayati adalah Mymaridae, Trichogrammatidae, Eulophidae, Pteromalidae, Encyrtidae, dan Aphelinidae. Kebanyakan dari anggotanya bertindak sebagai predator/parasitoid pada serangga lain dan sebagian yang lain sebagai penyerbuk. Sayap terdiri dari dua pasang dan membranus. Sayap depan umumnya lebih besar daripada sayap belakang. Pada kepala dijumpai adanya antene (sepasang), mata facet dan occelli. Tipe alat mulut penggigit atau penggigit-pengisap yang dilengkapi flabellum sebagai alat pengisapnya.
Pada ordo ini metamorfose sempurna (Holometabola) yang melalui stadia : telur-> larva–> kepompong —> dewasa. Anggota famili Braconidae, Chalcididae, Ichnemonidae, Trichogrammatidae dikenal sebagai tabuhan parasit penting pada hama tanaman. Beberapa contoh anggotanya antara lain adalah. Apanteles artonae Rohw. (tabuhan parasit ulat Artona), Tetratichus brontispae Ferr. (parasit kumbang Brontispa), dan Trichogramma sp. (parasit telur penggerek tebu/padi).

2.5.    Daur Hidup Serangga Predator
2.5.1.    Ordo Orthoptera (bangsa belalang)
Metamorfose sederhana (paurometabola) dengan perkembangan melalui tiga stadia yaitu telur —> nimfa —> dewasa (imago). Bentuk nimfa dan dewasa terutama dibedakan pada bentuk dan ukuran sayap serta ukuran tubuhnya.
 Telur diletakkan pada tanaman dalam semacam “bungkus” khusus. Bungkus dikeluarkan dari ekor betina dalam bentuk campuran telur dan cairan khusus yang kemudian menjadi kering dan keras. Telur dilindungi dalam bungkus itu hingga menetas. Masing-masing bungkus dapat berisi 200 telur. Nimfa keluar dari bungkus telur secara berurutan dari lubang yang sama. Nimfa kelihatan seperti dewasa kecuali ukurannya lebih kecil dan sayap belum sempurna. Nimfa berganti kulit beberapa kali. Pada waktu kawin, biasanya betina dewasa memakan jantan mulai dari kepalanya. Kemudian, betina mengeluarkan bungkus” telur.

2.5.2.    Ordo Hemiptera (bangsa kepik) / kepinding
Metamorfose bertipe sederhana (paurometabola) yang dalam perkembangannya melalui stadia : telur —> nimfa —> dewasa. Bnetuk nimfa memiliki sayap yang belum sempurna dan ukuran tubuh lebih kecil dari dewasanya.
Beberapa jenis kepik meletakkan kumpulan telur pada permukaan tanaman. Jenis lain meletakkan telur secara terpisah. Nimfa kepik leher bentuknya mirip dengan dewasa, tetapi lebih kecil dan tidak mempunyai sayap sempurna , jadi tidak dapat terbang. Debu dan kotoran menempel pada badan beberapa jenis, sehingga tersamar. Banyak jenis kepik leher dewasa berwarna coklat atau hitam, tetapi ada juga yang berwarna terang, ada pula yang berbentuk aneh, seperti daun kering.

2.5.3.    Ordo Coleoptera (bangsa kumbang)
Metamorfose bertipe sempurna (holometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur —> larva —> kepompong (pupa) —> dewasa (imago). Larva umumnya memiliki kaki thoracal (tipe oligopoda), namun ada beberapa yang tidak berkaki (apoda). Kepompong tidak memerlukan pakan dari luar (istirahat) dan bertipe bebas/libera.
Setelah keluar dari telur, larva sangat aktif, mencari mangsa seperti ulat dan serangga lain pada tanah dan tanaman. Larva biasanya berwarna hitam atau coklat. Tubuh larva panjang, dengan sekitar 12 ruas yang mudah dilihat. Larva menjadi kepompong, dan kumbang dewasa yang keluar dapat hidup lebih dari setahun.

2.5.4.    Ordo Lepidoptera (bangsa kupu/ngengat)
Metamorfose bertipe sempurna (Holometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur —> larva —> kepompong —> dewasa. Larva bertipe polipoda , memiliki baik kaki thoracal maupun abdominal, sedang pupanya bertipe obtekta.
Kupu-kupu dewasa atau imago meletakkan telurnya di berbagai tempat terutama di bagian tanaman saperti buah, kemudian telur ini menetas menjadi larva yang kebanyakan menjadi hama tanaman meskipun sebagian menjadi predator. Setelah itu larva ini berubah menjadi kepompong untuk menuju proses dewasa. Setelah mencapai imago dan siap kawin siklus ini berjalan terus menerus.

2.5.5.    Ordo Diptera (bangsa lalat, nyamuk)
Metamorfosenya sempurna (holometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur —> larva —> kepompong —> dewasa. Larva tidak berkaki (apoda _ biasanya hidup di sampah atau sebagai pemakan daging, namun ada pula yang bertindak sebagai hama , parasitoid dan predator. Pupa bertipe coartacta.
Lalat dewasa meletakkan telur di dalam kolam air atau kayu lapuk. Larva dapat hidup di air, kayu lapuk, batang rumput-rumputan, di bawah kayu dan juga ada yang bersifat parasit. Setelah larva berganti kulit beberapa kali, dia menjadi kepompong.

2.5.6.    Ordo Hymenoptera (bangsa tawon, tabuhan, semut)
Metamorfose sempurna (Holometabola) yang melalui stadia : telur-> larva–> kepompong —> dewasa. Anggota famili Braconidae, Chalcididae, Ichnemonidae, Trichogrammatidae dikenal sebagai tabuhan parasit penting pada hama tanaman.
Ratu tawon meletakkan sebutir telur dalam setiap lubang atau sel di sarang itu dan kemudian menetas menjadi larva yang diberi makan oleh kaum pekerja di dalam sarang. Telur menetas dan tawon pekerja membawa potongan tubuh ulat atau serangga lain untuk makanan larva. Madu juga dibawa untuk makanan larva. Setelah keluar dari kepompong, tabuhan ini muncul sebagai tawon pekerja yang baru. Ia meneruskan hidupnya sebagai pekerja dewasa, dan ikut mencari makanan untuk sarang. Tawon pekerja tidak kawin. Hanya ratu saja yang kawin dan meletakkan telur.

2.5.7.    Ordo Odonata (bangsa capung/kinjeng)
Metamorfose tidak sempurna (Hemimetabola), pada stadium larva dijumpai adanya alat tambahan berupa insang dan hidup di dalam air. Anggota-anggotanya dikenal sebagai predator pada beberapa jenis serangga keecil yang termasuk hama , seperti beberapa jenis trips, wereng, kutu loncat serta ngengat penggerek batang padi (Kunte, 2008).
Capung besar dan capung jarum melewatkan masa remajanya dalam air seperti: sawah, kolam atau sungai. Capung betina meletakkan telur di dalam air, dan telur menetas di sana. Nimfa melata di tanaman dan ranting di bawah permukaan air dalam kolam, sungai atau sawah. Nimfa capung menangkap dan memakan binatang air,seperti serangga kecil, bibit ikan kecil, jentik nyamuk dan kecebong. Jika sudah besar, nimfa melata ke luar air (biasanya pada buluh) dan melepaskan kulitnya menjadi dewasa yang bersayap. Ia memompa cairan ke dalam urat sayap untuk membuka sayapnya. Kadang-kadang terlihat dua capung yang ekornya disambung. Capung ini sedang kawin untuk menghasilkan generasi baru serangga yang indah dan berguna ini.

2.6.    Daur Hidup Serangga Parasit
2.6.1.    Ordo Diptera (bangsa lalat, nyamuk)
Metamorfosenya sempurna (holometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur —> larva —> kepompong —> dewasa. Larva tidak berkaki (apoda _ biasanya hidup di sampah atau sebagai pemakan daging, namun ada pula yang bertindak sebagai hama , parasitoid dan predator. Pupa bertipe coartacta.
Lalat dewasa meletakkan telur di dalam kolam air atau kayu lapuk. Larva dapat hidup di air, kayu lapuk, batang rumput-rumputan, di bawah kayu dan juga ada yang bersifat parasit. Setelah larva berganti kulit beberapa kali, dia menjadi kepompong.

2.6.2.    Ordo Hymenoptera (bangsa tawon, tabuhan, semut)
Pada ordo ini metamorfose sempurna (Holometabola) yang melalui stadia : telur-> larva–> kepompong —> dewasa. Anggota famili Braconidae, Chalcididae, Ichnemonidae, Trichogrammatidae dikenal sebagai tabuhan parasit penting pada hama tanaman.
Ratu tawon meletakkan sebutir telur dalam setiap lubang atau sel di sarang itu dan kemudian menetas menjadi larva yang diberi makan oleh kaum pekerja di dalam sarang. Telur menetas dan tawon pekerja membawa potongan tubuh ulat atau serangga lain untuk makanan larva. Madu juga dibawa untuk makanan larva. Setelah keluar dari kepompong, tabuhan ini muncul sebagai tawon pekerja yang baru. Ia meneruskan hidupnya sebagai pekerja dewasa, dan ikut mencari makanan untuk sarang. Tawon pekerja tidak kawin. Hanya ratu saja yang kawin dan meletakkan telur.



III.    BAHAN DAN METODE

3.1.    Waktu dan Tempat
Kegiatan praktikum Acara III (Mengenal Ordo Serangga Parasit dan Predator) dilakukan dengan pengambilan sampel tanaman sakit dan bagian yang bergejala dari lapangan  dan pengamatan dilaksanakan di Laboratorium Budidaya pertanian Fakultas Pertanian Unpar. Kegiatan dilaksanakan pada hari senin 23 April 2012 jam 13.15-14.55 WIB.

3.2.    Bahan dan Alat
Adapun bahan yang digunakan adalah spesimen serangga predator dan spesimen seranga parasit.
Sedangkan alat yang digunakan adalah mikroskop stereo,lup, alat gambar, dan alat tulis.

3.3.    Cara Kerja
Adapun cara kerja dari praktikum ini adalah membuat hasil pengamatan dalam bentuk gambar, yaitu :
a.    Bentuk serangga secara utuh.
b.    Masing-masing bagian (sayap depan dan belakang, kepala (caput), dada (thorax), perut (abdomen), dan kaki .
c.    Melakukan pengklasifikasian (spesies, genus, ordo, dan familia), serta biologi serangga tersebut (telur-larva-pupa-imago atau telur-nimfa-imago) pada serangga predator dan mangsanya, serangga parasit dengan inangnya.
d.    Membuat resume singkat yang menyangkut perbedaan serangga parasit dan predator tersebut (habitat, jumlah inang/mangsa, keaktifan, dan ukuran tubuh) dan dicantumkan ke dalam laporan.


IV.    HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.    Hasil Pengamatan
Dari hasil pengamatan serangga parasite dan serangga predator disajikan pada Tabel I berikut.
Tabel 1. Hasil Pengamatan Ordo Serangga Parasit dan Predator
Nama Serangga    Ordo Serangga    Tipe Perkem
bangbiakan    Tipe Alat Mulut    Golongan
Serangga    Mangsa/
Inang
Belalang Sembah (Hierodula vitrea)    Orthoptera    Peurometabola    Nimfa dan imago menggigit mengunyah    Predator    Walang
Sangit
Capung (Agriocermis fygmae )    Odonata    Peurometabola    Menggigit
Mengunyah    Perdator    Kutu Daun
Kelapa
 Kumbang Lembing
(Coccinella  Sp)    Homoptera    Holometabola    Menggigit
Mengunyah    Predator    Lalat
Buah
Pinggang
Ramping (Xantopinepla Sp )    Hymenoptera    Paurometabola    Menusuk
Menghisap    Parasit    Kumbang
Kelapa
Lalat Buas (Laptogaster sp)    Diptera    Holometabola    Menggigit menguyah dan menjilat    Predator    Kutu Loncat Pemakan Daun Lamtoro
4.2.    Pembahasan
4.2.1.    Ordo Orthoptera (bangsa belalang)

Belalang Sembah (Hierodula vitrea)

Klasifikasi Predator Belalang Sembah:
Pylum    :    Arthopoda
Sub Filum    :    Mandibulata
Klas        :    Insect
Sub Klas    :    Pterygota
Ordo    :    Ortytoptera
Family    :    Mantidae
Genus    :    Hierodula
Spesies    :    Hierodula vitrea

Metamorfose sederhana (paurometabola) dengan perkembangan melalui tiga stadia yaitu telur —> nimfa —> dewasa (imago). Bentuk nimfa dan dewasa terutama dibedakan pada bentuk dan ukuran sayap dan juga pada ukuran tubuhnya.
Pada daur hidupnya telur diletakkan pada tanaman dalam semacam “bungkus” khusus. Bungkus dikeluarkan dari ekor betina dalam bentuk campuran telur dan cairan khusus yang kemudian menjadi kering dan keras. Telur dilindungi dalam bungkus itu hingga menetas. Masing-masing bungkus dapat berisi 200 telur. Nimfa keluar dari bungkus telur secara berurutan dari lubang yang sama. Nimfa kelihatan seperti dewasa kecuali ukurannya lebih kecil dan sayap belum sempurna. Nimfa berganti kulit beberapa kali. Pada waktu kawin, biasanya betina dewasa memakan jantan mulai dari kepalanya. Kemudian, betina mengeluarkan bungkus” telur.
Berdasarkan hasil pengamatan pada Ordo orthoptera yakni Belalang sembah (Hierodula vitrea) secara umum morfologi hama serangga ini terdiri dari kepala (Caput) yang terdapat antena, dada (Toraks) terdapat enam kaki den sayap, dan perut (Abdomen) beruas. Caput meliputi antena dan mata majemuk, pada Toraks meliputi protoraks dan mesotoraks.
Tipe mulut pada belalang (Hierodula vitrea) merupakan bagian yang beruas-ruas yang terdiri dari tergum atau strenum, yang mana setiap strenum terdapat sigma, serta terdapat pula ovipositor yang berfungsi sebagai alat peletakkan telur (Ordo-ordo serangga, 2009).
Serangga ini bertindak sebagai predator pada serangga hama lain. Anggota dari ordo ini umumnya memilki sayap dua pasang. Sayap depan lebih sempit daripada sayap belakang dengan vena-vena menebal/mengeras dan disebut tegmina. Sayap belakang membranus dan melebar dengan vena-vena yang teratur.
Belalang sembah dilestarikan dengan cara Konservasi, yakni upaya pelestarian keberadaan musuh alami di suatu wilayah dengan antara lain melalui pengelolaan habitat. Dapat juga dengan augmentasi, yaitu belalang sembah lokal yang telah ada diperbanyak secara massal pada kondisi yang terkontrol di laboratorium sehingga dapat dilepas kelapangan.




4.2.2.    Ordo Coleoptera (bangsa kumbang)

Gambar 2. Kumbang Lembing (Monochillus scymoculatus)

Klasifikasi Ilmiah
Kingdom             :     Animalia
Phyllum               :     Arthropoda
Kelas                   :     Insecta
Ordo                    :     Coleoptera
Famili                  :     Cocultopdoe
Genus                  :     Monochillus
Spesies                :     Monochillus scymoculatus

Metamorfose bertipe sempurna (holometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur —> larva —> kepompong (pupa) —> dewasa (imago). Larva umumnya memiliki kaki thoracal (tipe oligopoda), namun ada beberapa yang tidak berkaki (apoda). Kepompong tidak memerlukan pakan dari luar (istirahat) dan bertipe bebas/libera.
Setelah keluar dari telur, larva sangat aktif, mencari mangsa seperti ulat dan serangga lain pada tanah dan tanaman. Larva biasanya berwarna hitam atau coklat. Tubuh larva panjang, dengan sekitar 12 ruas yang mudah dilihat. Larva menjadi kepompong, dan kumbang dewasa yang keluar dapat hidup lebih dari setahun.
Anggota-anggotanya ada yang bertindak sebagai hama tanaman, namun ada juga yang bertindak sebagai predator (pemangsa) bagi serangga lain. Sayap terdiri dari dua pasang. Sayap depan mengeras dan menebal serta tidak memiliki vena sayap dan disebut elytra. Apabila istirahat, elytra seolah-olah terbagi menjadi dua (terbelah tepat di tengah-tengah bagian dorsal). Sayap belakang membranus dan jika sedang istirahat melipat di bawah sayap depan. Alat mulut bertipe penggigit-pengunyah, umumnya mandibula berkembang dengan baik. Pada beberapa jenis, khususnya dari suku Curculionidae alat mulutnya terbentuk pada moncong yang terbentuk di depan kepala.
Untuk pelestarian kumbang lembing ini sendiri adalah dengan upaya sedapat mungkin untuk tidak sampai mematikan serangga ini baik dalam perlakuan pada usahatani dan juga melakukan pelestarian dengan cara pengembangan skala wilayah area predator ini kewilayah baru sehingga populasi serangga ini dapat meningkat.

4.2.3.    Ordo Odonata (bangsa capung/kinjeng)

Gambar 3. Capung Jarum (Agriocermis fygmae)


Klasifikasi Ilmiah
Kingdom             :     Animalia
Phyllum               :     Arthropoda
Kelas                   :     Insecta
Ordo                    :     Odonata
Famili                  :     Coenayrionidae
Genus                  :     Agriocermis
Spesies                :     Agriocermis fygmae
Metamorfose tidak sempurna (Hemimetabola), pada stadium larva dijumpai adanya alat tambahan berupa insang dan hidup di dalam air. Anggota-anggotanya dikenal sebagai predator pada beberapa jenis serangga keecil yang termasuk hama , seperti beberapa jenis trips, wereng, kutu loncat serta ngengat penggerek batang padi (Kunte, 2008).
Capung besar dan capung jarum melewatkan masa remajanya dalam air seperti: sawah, kolam atau sungai. Capung betina meletakkan telur di dalam air, dan telur menetas di sana. Nimfa melata di tanaman dan ranting di bawah permukaan air dalam kolam, sungai atau sawah. Nimfa capung menangkap dan memakan binatang air,seperti serangga kecil, bibit ikan kecil, jentik nyamuk dan kecebong. Jika sudah besar, nimfa melata ke luar air (biasanya pada buluh) dan melepaskan kulitnya menjadi dewasa yang bersayap. Ia memompa cairan ke dalam urat sayap untuk membuka sayapnya. Kadang-kadang terlihat dua capung yang ekornya disambung. Capung ini sedang kawin untuk menghasilkan generasi baru serangga yang indah dan berguna ini.
Memiliki anggota yang cukup besar dan mudah dikenal. Sayap dua pasang dan bersifat membranus. Pada capung besar dijumpai vena-vena yang jelas dan pada kepala dijumpai adanya mata facet yang besar. Metamorfose tidak sempurna (Hemimetabola), pada stadium larva dijumpai adanya alat tambahan berupa insang dan hidup di dalam air. Anggota-anggotanya dikenal sebagai predator pada beberapa jenis serangga keecil yang termasuk hama , seperti beberapa jenis trips, wereng, kutu loncat serta ngengat penggerek batang padi (Kunte, 2008).
Capung dapat dilestarikan dengan Introduksi, yakni upaya mendatangkan musuh alami dari luar ke wilayah yang baru dan juga cara konservasi, yakni upaya pelestarian keberadaan capung di suatu wilayah dengan antara lain melalui pengelolaan habitat. Juga dengan cara memperbanyak serangga ini dilaboratorium sebagai agensia dan dilepaskan di lapangan.

4.2.4.    Ordo Diptera (bangsa lalat, nyamuk)

Gambar 4. Lalat Buas (Laptogaster Sp)

Klasifikasi Ilmiah
Kingdom             :     Animalia
Phyllum               :     Arthropoda
Kelas                   :     Insecta
Ordo                    :     Diptera
Famili                  :     Asilidae
Genus                  :     Laptogaster
Spesies                :     Laptogaster Sp

Metamorfosenya sempurna (holometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur —> larva —> kepompong —> dewasa. Larva tidak berkaki biasanya hidup di sampah atau sebagai pemakan daging, namun ada pula yang bertindak sebagai hama , parasitoid dan predator. Pupa bertipe coartacta.
Lalat dewasa meletakkan telur di dalam kolam air atau kayu lapuk. Larva dapat hidup di air, kayu lapuk, batang rumput-rumputan, di bawah kayu dan juga ada yang bersifat parasit. Setelah larva berganti kulit beberapa kali, dia menjadi kepompong.
Serangga anggota ordo Diptera meliputi serangga pemakan tumbuhan, pengisap darah, predator dan parasitoid. Serangga dewasa hanya memiliki satu pasang sayap di depan, sedang sayap belakang mereduksi menjadi alat keseimbangan berbentuk gada dan disebut halter . Pada kepalanya juga dijumpai adanya antene dan mata facet. Tipe alat mulut bervariasi, tergantung sub ordonya, tetapi umumnya memiliki tipe penjilat-pengisap, pengisap, atau pencucuk pengisap. Pada tipe penjilat pengisap alat mulutnya terdiri dari tiga bagian yaitu bagian pangkal yang berbentuk kerucut disebut rostum, bagian tengah yang berbentuk silindris disebut haustellum, dan bagian ujung yang berupa spon disebut labellum atau oral disc .
Dari bangsa Diptera hanya suku Tachinidae yang paling penting di dalam pengendalian alami dan hayati hama pertanian dan kehutanan. Serangga anggota ordo Diptera meliputi serangga pemakan tumbuhan, pengisap darah, predator dan parasitoid. Serangga dewasa hanya memiliki satu pasang sayap di depan, sedang sayap belakang mereduksi menjadi alat keseimbangan berbentuk gada dan disebut halter . Pada kepalanya juga dijumpai adanya antene dan mata facet. Tipe alat mulut bervariasi, tergantung sub ordonya, tetapi umumnya memiliki tipe penjilat-pengisap, pengisap, atau pencucuk pengisap. Pada tipe penjilat pengisap alat mulutnya terdiri dari tiga bagian yaitu bagian pangkal yang berbentuk kerucut disebut rostum, bagian tengah yang berbentuk silindris disebut haustellum, dan bagian ujung yang berupa spon disebut labellum atau oral disc .
Pelestarian serangga ini adalah dengan cara tidak merusak habitat dan mejaga kelestariannya dengan menjaga ekosistem habitatnya dapat juga bila diperlukan dengan cara Introduksi, Konservasi, dan augmentasi sehingga serangga ini dapat bertambah lagi populasinya sehingga dapat membantu usahatani untuk mengendalikan serangga hama lainnya.

4.2.5.    Ordo Hymenoptera (bangsa tawon, tabuhan, semut)

Gambar 5. Pinggang Ramping (Xantopinepla Sp)

Klasifikasi Ilmiah
Kingdom             :     Animalia
Phyllum               :     Arthropoda
Subphylum        :    Mandibulata
Kelas                   :     Insecta
Ordo                    :     Hymenoptera
Famili                  :     Braconidae
Genus                  :     Xantopinepla
Spesies                :     Xantopinepla Sp

Pada ordo ini metamorfosenya sempurna (Holometabola) yang melalui stadia : telur-> larva–> kepompong —> dewasa. Anggota famili Braconidae, Chalcididae, Ichnemonidae, Trichogrammatidae dikenal sebagai tabuhan parasit penting pada hama tanaman.
Daur hidupnya ratu tawon meletakkan sebutir telur dalam setiap lubang atau sel di sarang itu dan kemudian menetas menjadi larva yang diberi makan oleh kaum pekerja di dalam sarang. Telur menetas dan tawon pekerja membawa potongan tubuh ulat atau serangga lain untuk makanan larva. Madu juga dibawa untuk makanan larva. Setelah keluar dari kepompong, tabuhan ini muncul sebagai tawon pekerja yang baru. Ia meneruskan hidupnya sebagai pekerja dewasa, dan ikut mencari makanan untuk sarang. Tawon pekerja tidak kawin. Hanya ratu saja yang kawin dan meletakkan telur.
Kelompok terbesar parasitoid, yaitu bangsa Hymenoptera merupakan kelompok yang sangat penting. Dua suku utama dari supersuku Ichneumonoidea, yaitu Braconidae dan Ichneumonidae, sangat penting dalam pengendalian alami dan hayati. Dari supersuku Chalcidoidea yang dianggap sebagai kelompok parasitoid paling penting dalam pengendalian alami dan hayati adalah Mymaridae, Trichogrammatidae, Eulophidae, Pteromalidae, Encyrtidae, dan Aphelinidae. Kebanyakan dari anggotanya bertindak sebagai predator/parasitoid pada serangga lain dan sebagian yang lain sebagai penyerbuk. Sayap terdiri dari dua pasang dan membranus. Sayap depan umumnya lebih besar daripada sayap belakang. Pada kepala dijumpai adanya antene (sepasang), mata facet dan occelli. Tipe alat mulut penggigit atau penggigit-pengisap yang dilengkapi flabellum sebagai alat pengisapnya.
Serangga pinggang ramping dilestarikan dengan cara menjaga habitatnya dan juga dibantu dengan cara konservasi, yakni upaya pelestarian keberadaan musuh alami di suatu wilayah dengan antara lain melalui pengelolaan habitat. Dan  augmentasi apabila serangga ini mulai terlihat sangat kurang di suatu daerah.




V.    KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.    Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil praktikum ini yaitu tidak seluruh serangga merupakan hama/organisme yang menyerang tanaman sehingga mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman menjadi terganggu, yang berdampak turunnya kualitas dan kuantitas serta kerugian ekonomis bagi manusia nsmun sebagian dari golongan serangga ada yang menguntungkan manusia terutama petani.
Serangga-serangga yang menguntungkan ini bersifat predator dan parasit yang dapat mengurangi populasi dan dapat mengendalikan hama tanaman. Serangga menguntungkan ini biasanya berasal dari ordo orthoptera, ordo odonata, ordo diptera, ordo coleoptera merupakan serangga bersifat predator atau memangsa hama dan ordo hymenoptera yang bersifat parasit dan menjadikan serangga tanaman sebagai inang.
Perbedaan serangga predator dan serangga parasit yaitu berada pada strategi penanganan hama itu sendiri, untuk serangga predator ham yang diserang disebut dengan mangsa karena serangga ini secara langsung menyerang, membunuh dan memakan serangga hama dan ukuran serangga predator ini biasanya lebih besar dari pada hama yang dimangsanya. Sedangkan untuk serangga parasit serangga hama yang diserangnya disebut dengan inang karena sifat serangga ini adalah memparasiti hama serangga yang dapat menyebabkan sakit hingga kematian pada serangga hama dan ukurannya biasanya lebih kecil dari pada inangnya.
Serangga parasit dan predator ini sedapat mungkin jangan sampai terbasmi bila perlu dilakukan pelestarian terutama di lahan pertanian karena serangga ini sangat membantu petani untuk mengendalikan serangga hama sehingga keberadaan serangga hama tidak sampai pada ambang batas yang merugikan, sehingga produksi pertanian dapat dihasilkan secara maksimal.
5.2.    Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan berkaitan dengan diadakannya praktikum ini adalah agar pada pertanian di indonesia pemerintah dapat membantu petani dalam menghadapi masalah serangga hama yang kadang kala masalah ini menjadi problem utama petani bahkan kerab petani menjadi gagal panen akibat serangannya.
Dalam tindakannya diharapkan pemerintah membantu petani secara efektif juga pengendaliannya didasarkan atas pengendalian hama terpadu yang didalamnya juga terdapat khususnya pelestarian serangga predator dan serangga parasit dengan pemerintah dapat membantu konservasi, introduksi dan augmentasi serangga parasit dan predator ini sehingga dapat mengendalikan serangga hama yang kerab merusak produksi tani, sehingga dengan adanya serangga predator dan parasit ini diharapkan produksi tani petani dapat maksimal sehingga dapat memejukan pertanian Indonesia dan secara khususnya dapat meningkatkan kesejahteraan petani Indonesia.


DAFTAR PUSTAKA

Adisubroto, W. 1990. Pengkajian Populasi Predator Hama Kedelai pada Musim Tanam. Jurusan hama dan Penyakit Tumbuhan UGM, Yogyakarta.

Triharso. 2004. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Hartati, 2009. Laporan Praktikum Zoologi. http:// biologi-staincrb.web.id. Di akses pada tanggal 25 April 2012.

Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Wikipedia. Homoptera. 2011. http://id.wikipedia.org/wiki/Homoptera. Di akses pada tanggal 19 April 2012.

Wikipedia. Hemiptera. 2011. http://id.wikipedia.org/wiki/Hemiptera. Di akses pada tanggal 19 April 2012.

Radesa. 2008. Serangga Hama Cilembu. http://radesa.wordpress.com/. Di akses pada tanggal 25 April 2012.

Sofa. 2008. Menggunakan Serangga Pemangsa dan parasitoid sebagai Pengendalian Hama. http://massofa.wordpress.com/page/44/ Di akses pada tanggal 25 April 2012.

DASPERLINTAN "Mengenal Gejala Penyakit Tumbuhan" Stefanuseko

I.    PENDAHULUAN

1.1.    Latar Belakang
Seperti kita ketahui bahwa tanaman adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan yang memiliki manfaat sangat besar terutama bagi kepentingan manusia.Sebagian besar produk/hasil tanaman tersebut dimanfaatkan oleh manusia untuk kepentingan hidup dan kehidupannya.
Tanaman dikatakan sakit bila ada perubahan seluruh atau sebagian organ tanaman yang menyebabkan terganggunya kegiatan fisiologis sehari-hari.Secara singkat penyakit tanaman adalah penyimpangan dari keadaan normal.Penyebab sakit bermacam-macam antara lain cendawan, bakteri, virus, kekurangan air, kekurangan atau kelebihan unsur hara (Pracaya, 1999).
Berbagai penyakit yang umumnya timbul misalnya bercak daun, kudis, penyakit gosong, penyakit layu, penyakit karat dan penyakit embun tepung.Penyebabnya berbeda-beda, misal penyakit layu dapat disebabkan oleh bakteri ataupun jamur. Pengetahuan mengenai berbagai jenis mikroorganisme yang menyebabkan penyakit sangat diperlukan, sehingga kita bisa merencanakan bagaimana cara penanganan penyakit tersebut (Pracaya, 1999).
Penyebab penyakit dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu biotik atau parasit dan abiotik atau non parasit.Biotik yaitu penyebab penyakit yang sifatnya menular atau infeksius, msalnya jamur, bakteri, nematoda, mycoplasma dan tanaman tinggi parasitik.Abiotik yaitu penyebab penyakit yang sifatnya tidak menular atau non infeksius.Penyakit-penyakit karena penyebab abiotik sering disebut penyakit fisiologis/fisiogenis, sedangkan patogennya disebut fisiopath. Fisiopath tersebut antara lain kondisi cuaca yang tidak menguntungkan, kondisi tanah yang kurang baik, dan kerusakan karena mekanik dan zat-zat kimia (Semangun, 1994).
Utamanya yang menyerang tanaman adalah pathogen.Pada waktu sekarang telah dikenal banyak macam patogen tumbuhan dan tidak sedikit diantaranya yang mempunyai arti ekonomi penting.Patogen adalah organism penyebab penyakit tanaman. Patogen (pathos = menderita + gen = asal-usul) merupakan agen yang menyebabkan penderitaan (sakit).Setiap macam tanaman dapat diserang oleh banyak macam patogen tumbuhan, begitu pula satu macam patogen ada kemungkinan dapat menyerang sampai berpuluh-puluh tanaman.Sering pula terjadi, bahwa patogen tumbuhan tertentu dapat menyerang satu macam organ tanaman atau ada pula yang menyerang berbagai macam organ tanaman. Kenyataan ini akan menyulitkan dalam mempelajari penyakit pada tanaman. Untuk mengatasi kesulitan tersebut, maka diadakan klasifikasi penyakit tumbuhan sehingga memudahkan kita untuk mempelajari penyakit tumbuhan menurut kepentingannya masing-masing.sampai sekarang kita telah mengenal berbagai kretaria yang digunakan untuk maksud tersebut.

1.2.    Tujuan
a.    Agar mahasiswa dapat mengenal dan membedakan gejala penyakit tumbuhan.
b.    Agar mahasiswa mengetahui penyebab penyakit berdasarkan gejala dan tanda yang diamati khususnya yang disebabkan cendawan, bakteri, dan virus.



II.    TINJAUAN PUSTAKA
   
2.1.    Penyakit Tumbuhan dan Konsep Timbulnya Penyakit
Penyakit tanaman adalah gangguan pada tanaman yang disebabkan oleh mikroorganisme.Mikroorganisme itu dapat berupa virus, bakteri, dan jamur.Penyebaran penyakit tanaman dapat melalui angin, air, atau serangga.
Penyakit tanaman dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu penyakit sistematik dan penyakit lokal. Penyakit sistematik adalah penyakit yang menyebar ke seluruh tubuh tanaman, sehingga seluruh tanaman akan sakit. Penyakit lokal adalah penyakit yang hanya tedapat disuatu tempat atau bagian tertentu, misalnya pada buah, bunga, daun, cabang, batang atau akar (Sunaryono, 1981).Penyakit tanaman merupakan penyimpangan dari sifat normal yang menyebabkan tanaman tidak dapat melakukan kegiatan fisiologis seperti biasanya.Ada tiga faktor yang mendukung timbulnya penyakit yaitu tanaman inang, penyebab penyakit, dan faktor lingkungan.Tanaman inang adalah tanaman yang diserang oleh patogen.Patogen ada dua yaitu fisiopath yang bukan organisme dan parasit yang meruapakan organisme seperti jamur, bakteri, dan virus (Motoredjo, 1989).Fisiopath merupakan faktor lingkungan yang tidak tepat bagi tanaman, misalnya suhu yang terlalu rendah atau terlalu tinggi, adanya gas beracun yang berasal dari pencemaran ataupun hasil samping metabolisme tanaman itu sendiri dan kurangnya unsur hara pada tanah (Pyenson, 1979).
Konsep timbulnya penyakit diawali dengan menunjuk pathogen sebagai penyebab penyakit utama, yang selanjutnya diketahui pada berbagai macam buku teks mengenai konsep timbulnya penyakit umumnya dianut tiga segitiga penyakit.Komponen tersebut adalah inang, pathogen dan lingkungan dan berkembang menjadi segi empat penyakit.Beberepa factor komponen dalam penyakit ini selanjutnya dapat diuraikan kembali sehingga konsep timbulnya suatu penyakit menjadi lebih berkembang.
2.2.    Gejala Penyakit Tumbuhan
Di dalam mempelajari ilmu penyakit tumbuhan sebelum seseorang melangkah lebih lanjut untuk menelaah suatu penyakit secara mendalam, terlebih dahulu harus bisa mengetahui tumbuhan yang dihadapi sehat ataukah sakit.Untuk keperluan diagnosis, maka pengertian tentang tanda dan gejala perlu diketahui dengan baik.
Pada umumnya tanaman yang sakit akan menunjukkan gejala yang khusus. Gejala adalah perubahan yang ditunjukkan oleh tumbuhan itu sendiri sebagai akibat adanya serangan suatu penyebab penyakit. Seringkali beberapa penyebab penyakit menunjukkan gejala yang sama sehingga dengan memperhatikan gejala saja, tidak dapat ditentukan diagnosis dengan tepat. Dalam hal ini harus diperhatikan adanya tanda (sign) dari penyebab penyakitnya.
Gejala dapat setempat (lesional)atau meluas (habital, sistemik). Gejala dapat dibedakan yaitu gejala primer dan sekunder.Gejala primer terjadi pada bagian yang terserang oleh penyebab penyakit. Gejala sekunder adalah gejala yang terjadi di tempat lain dari tanaman sebagai akibat dari kerusakan pada bagian yang menunjukkan gejala primer.
Berdasarkan perubahan-perubahan yang terjadi di dalam sel, gejala dapat dibagi menjadi tiga tipe pokok yaitu :
a.    TipeNekrotis :Gejalanya disebut nekrosis, meliputi gejala-gejala yang terjadinya karena adanya kerusakan pada sel atau matinya sel.
b.    TipeHypoplastis :Gejalanya disebut hipoplasia, meliputi gejala-gejala yang terjadinya karena terhambatnya atau terhentinya pertumbuhan sel (underdevelopment).
c.    Tipe Hyperplastis :Gejalanya disebut hiperplasia, meliputi gejala-gejala yang terjadinya karena pertumbuhan sel yang melebihi biasa (overdevelopment).

2.3.    Penggolongan Penyakit Tumbuhan dan Patogennya
Suatu penyebab penyakit pad tumbuhan dibedakan menjadi dua golongan yaitu yang disebabkan oleh factor abiotik dan factor biotic. Penyakit abiotik adalah penyakit tanaman noninfeksius atau tidak dapat ditularkan antar tanaman satu dengan yang lain. Oleh sebab itu penyakit abiotik juga disebut sebagai penyakit noninfeksius (Natawigena, 1995). Agen penyebab penyakit abiotik juga dibagi menjadi beberapa kelompok diantaranya adalah sebagai berikut :
a.    Suhu tinggi
b.    Suhu rendah
c.    Kadar oksigen yang tak sesuai
d.    Kelembaban udara yang tak sesuai
e.    Keracunan mineral
f.    Kekurangan mineral
g.    Senyawa kimia alamiah beracun
h.    Senyawa kimia pestisida
i.    Polutan udara beracun
j.    Hujan es dan angin
Penyakit biotik merupakan penyakit tanaman yang disebabkan oleh suatu organisme infeksius bukan binatang sehingga dapat ditularkan dari satu tanaman ke tanaman yang lainnya. Agen-agen biotic atau pathogen-patogen tanaman meliputi organisme-organisme sebagai berikut :
a.    Jamur (Fungi), Jamur merupakan tumbuhan yang tidak mempunyai klorofil sehingga bersifat heterotrof, tipe sel: sel eukarotik. Jamur ada yang uniseluler dan multiseluler. Tubuhnya terdiri dari benang-benang yang disebut hifa, hifa dapat membentuk anyaman bercabang-cabang yang disebut miselium. Reproduksi jamur, ada yang dengan cara vegetatif ada pula dengan cara generatif.
b.    Bakteri, Bakteri merupakan organisme yang paling banyak jumlahnya dan lebih tersebar luas dibandingkan mahluk hidup yang lain . Bakteri memiliki ratusan ribu spesies yang hidup di darat hingga lautan dan pada tempat-tempat yang ekstrim. Bakteri ada yang menguntungkan tetapi ada pula yang merugikan. Bakteri memiliki ciri-ciri yang membedakannya dengan mahluk hidup yang lain. Bakteri adalah organisme uniselluler dan prokariot serta umumnya tidak memiliki klorofil dan berukuran renik (mikroskopis).
Bakteri dibagi menjadi 2 subkingdom, yaitu Arkhaebakteria dan Eubakteria. Perbedaan antara subkingdom arhaebakteria dan eubakteria adalah komposisi RNA ribosomnya. Subkingdom eubakteria adalah seluruh anggota bakteri selai arkhaebakteria. Eubhakteria ini sering dianggap sebagai bakteri yang sesungguhnya. Bakteri bereproduksi secara vegetative/aseksual dengan membelah diri secara biner. Ada tiga proses para seksual yang telah diketahui, yaitu transformasi , konjugasi dan transduksi.Bentuk bakteri sangat bervariasi, tetapi secara umum ada 3 tipe, yaitu :
1. Bentuk batang / silindris.
2. Bentuk bulat / kokus
3. Bentuk spiral / spirilium.1.2.1 Tumbuhan Parasit
c.    Virus, Ilmu tentang Virus disebut Virologi. Virus (bahasa latin) = racun. Hampir semua virus dapat menimbulkan penyakit pada organisme lain. Saat ini virus adalah mahluk yang berukuran paling kecil. Virus hanya dapat dilihat dengan mikroskop elektron dan lolos dari saringan bakteri (bakteri filter). Virus merupakan kesatuan ultramikroskopik yang terdiri dari satu atau dua bentuk asam nukleat yang dibungkus oleh senyawa protein kompleks (coat protein atau kapsid). Gejala penyakit yang disebabkan oleh virus sangat bervariasi. Ada virus yang laten tanpa menimbulkan gejala, ada virus yang dapat menimbulkan gejala ke seluruh tubuh tanaman, mulai dari tidak berat sampai sangat berat. Virus tumbuhan biasanya disebarkan oleh serangga vektor golongan Aphid, leaf hoppers, Trips, tungau, lalat putih atau karena pembuatan okulasi, penyambungan atau oleh adanya kontak antara tanaman sakit dengan tanaman sehat. Cara pencegahan penyakit karena virus dilakukan dengan tindakan vaksinasi. Vaksin pertama yang ditemukan oleh manusia adalah vaksin cacar, ditemukan oleh Edward Jenner (1789), sedangkan vaksinasi oral ditemukan oleh Jonas Salk (1952) dalam menanggulangi penyebab polio. Manusia secara alamiah dapat membuat zat anti virus di dalam tubuhnya, yang disebut Interferon, meskipun demikian manusia masih dapat sakit karena infeksi virus, karena kecepatan replikasi virus tidak dapat diimbangi oleh kecepatan sintesis interferon.
d.    Mikoplasma, mikoplasma merupakan organisme prokaryotik seperti bakteri yang organel-organelnya tidak bermembran.  Mikoplasma dapat membentuk ovoid sampai fillamen dan kadang-kadang menyerupai hifa.
e.    Tumbuhan parasit, Tumbuhan parasit adalah tumbuhan yang untuk kelangsungan hidupnya menggantungkan sebagian atau seluruh sumber energinya pada tumbuhan lain (disebut tumbuhan inang) dan mengakibatkan inangnya mengalami kekurangan energi (lihat artikel simbiosis). Dalam pengertian ini tidak termasuk persaingan antarorganisme, maupun pemangsaan yang dilakukan oleh beberapa tumbuhan insektivora.Tumbuhan parasit yang menggantungkan sebagian sumber energi pada tumbuhan inang disebut parasit fakultatif dan tumbuhan yang sepenuhnya menggantungkan sumber energi pada tumbuhan inang disebut sebagai parasit obligat (parasit sejati). Parasit fakultatif masih memiliki organ fotosintetik yang berfungsi secara normal sebagaimana tumbuhan bukan parasit. Contoh kelompok pertama ini misalnya mistletoe. Contoh kelompok kedua (parasit sejati) adalah tali putri (Cuscuta), benalu, dan padma (Rafflesia).




III.    BAHAN DAN METODE

3.1.    Waktu dan Tempat
Kegiatan praktikum Acara I (Mengenal Gejala Penyakit Tumbuhan) dilakukan dengan pengambilan sampel tanaman sakit dan bagian yang bergejala dari lapangan  dan pengamatan dilaksanakan di Laboratorium Budidaya pertanian Fakultas Pertanian Unpar. Kegiatan dilaksanakan pada hari senin 7 April 2012 jam 13.15-14.55 WIB.

3.2.    Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah bagian dari tanaman yang bergejala (gejala nekrotik; cabai, tomat, wortel.Hipoplastis; daun pisang dan hiperplastis; daun jeruk), alcohol, aquadest, kapas, dan kertas tissue.Sedangkan alat yang digunakan adalah mikroskop, lub, obyek glass, cover glass, jarum pentul, dan silet.

3.3.    Cara Kerja
Adapun cara kerja dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
a.    Mengamati gejala penyakit kemudian dengan gambarkan (dokumentasi Foto), menyebutkan cirri-ciri atau penampakan fisiologis dari gejala tersebut.
b.    Mengamati secara mikroskopis penyebab penyakit dengan berdasarkan tanda yang tampak dan gambar serta sebut bagian-bagiannya.





IV.    HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1.    Hasil Pengamatan
Dari Hasil Pengamatan Hama Penyakit (makroskopis) dan mikroskopis disajikan pada Tabel I berikut.

Tabel 1.Hasilpengamatangejalapenyakittumbuhandaribebrapabagian
tanaman
Bagiantanaman yang diamati    Gajala yang diamati    Tipegejala    Namapenyakit (sebutan)    Penyebabpenyakit (pathogen)
Buahcabai    -    Terdapatbagian yang mengkerutdanmengering
-    Berwarnacokelatkehitaman    Nekrotik    Antraknosa    Colletotrichumcapsici

Buahtomat    -    Terdapatbusukpadabuahdenganmunculnoda air kecil yang menyebarkeseluruhbuah    Nekrotik    Busukbasah    Phythoptora
Wortel    -    Munculbercakhitam yang kemudianmembesardanberair. Berwarnacokelat    Nekrotik    Penyakitbusukbuah    Erwinra carotavora
DauntanamanJeruk    -    Bagiandauntanamanmenggulungataupunmengeriting    Hipoplastis    Mengeriting    Virus
Sisik Naga    -    Menggulungpadatanaman lain ataupohon yang menyebabkantanamaninangmatidanrapuh    Parasit    Parasit   




Daun Padi    Bercak Daun Cercospora    Nekrotis    Pada daun tanaman muncul bercak-bercak    Mycosphaerella musicola
Daun Pisang    Virus    Hipoplasia    Dauntanaman menguning hanya setempat-setempat    TMV
Puru sawo    Puru Berkayu (Woody Gall)
    Hyperplasia    Benjolan melunak dibatang jeruk    Citrus Vein Enation-Woody Gall Virus (CVEV)
Kacang Tanah    Virus Alternia, sp    Hipoplastis    daun kacang yang kecil.    Sapu setan
Kentang    Oomycetes    jamur    Pada daun muncul bintik-bintik    Sporangium phytophtora sp.
Daun Terong    Bercak Coklat    Nekrosis        Cendawan Alternaria solani


4.2.    Pembahasan
4.2.1.    Antraknosa
Pada pengamatan cabe (Capsicum annum) yang terserang penyakit Antraknosa seperti pada htabel diatas, dengan tipe gejala nekrotik gejala serangan antara lain yaitu pada permukaan buah cabe terdapat bagian yang mengkerut dan mengering, danberwarna coklat kehitaman.
Pada penyakit ini siklus hidup dariColletotrichum capsici yang menyerang tanaman cabai (Capsicum annum) sekitar 20 hari, pada dataran rendah 7-12 hari. Jamur pada buah masuk kedalam ruang biji dan menginfeksi biji.Menurut Irzayanti, 2009Kelak jamur menginfeksi semai yang tumbuh dari biji buah yang sakit karena konodium jamur dapat bertahan dalam waktu yang lama
    
Cabai yang terserang antraknosa Colletotrichum capsici
Cara pengendaliannya untuk menghindari penyakit ini dapat dilakukan sanitasi, pemusnahan pohon yang cabai yangp terserang Jamur (Colletotrichum capsici). Pengendalian juga dapat dilakukan dengan menggunakan benih yang sehat dan tahan terhadap Jamur (Colletotrichum capsici).Pengendalian Jamur (Colletotrichum capsici) dapat dilakukan dengan tidak menanam biji yang terinfeksi.Buah-buah yang terinfeksi jangan diambil bijinya.

4.2.2.    Busuk basah pada tanaman Wortel(Dacus carota)
Pada tabel di atas, pengamatan pada wortel(Dacus carotavora) yang terserang penyakit Busuk basah, terdapat gejala serangan antara lain umbi pada tanaman wortel yang busuk hitam kecoklatan,     terjadi pembusukan yang berair yang berair yang berbau tidak sedap, karena terjadi kerusakan jaringan tanaman. Bakteri berada dalam sel tanaman yang rusak (luka) dan mengeluarkan enzim-enzim yang dapat menyebar ke sel-sel sekelompoknya dan melarutkan midel lamela dindin sel. Hal ini diikuti oleh plasmolisa dan kematian sel. Jadi bakteri lebih cenderunghidup dalam sel-sel yang mati daripada sel-sel yang masih hidup.
 
Wortel yang terserang busuk basah   Dacus carotavora
Untuk pengendalian yang dilakukan menjaga kebersihan kebun dari sisa-sisa tanaman sakit, menanam dengan jarak tanam yang tidak terlalu rapat supaya kelembapan tidak tinggi agar penyakit ini dapat terhambat dalam penyerangannya.

4.2.3.    Busuk basah pada tanaman tomat
Pada tabel diatas, pengamatan pada tanaman tomat yang terserang penyakit busukbasah terdapat gejala terdapat bagian buah yang busuk dan terdapat bercak-bercak coklat. Infeksi terjadi melalui luka karena gigitan serangga atau karena alat-alat pertanian.Serangga ini membuat luka, dan dalam tubuh serangga mengandung bakteri.terjadi pembusukan yang berair yang berair yang berbau tidak sedap, karena terjadi kerusakan jaringan tanaman. Bakteri berada dalam sel tanaman yang rusak (luka) dan mengeluarkan enzim-enzim yang dapat menyebar ke sel-sel sekelompoknya dan melarutkan midel lamela dinding sel.
 
        Tomat yang tersrang busuk basah     Bakteri busuk basah
Pengendalian yang dilakukan Sanitasi kebun, dengan memetik semua buah busuk lalu membenamnya dalam tanah sedalam 30 cm.Kultur teknis, yaitu dengan pengaturan pohon pelindung dan lakukan pemangkasan pada tanaman-nya sehingga kelembaban di dalam kebun akan turun.Cara kimia, yaitu menyemprot buah dengan fungisida seperti :Sandoz, cupravit Cobox, dll. Penyemprotan dilakukan dengan frekuensi 2 minggu sekali; (4) penggunaan klon tahan hama/penyakit seperti: klon DRC 16, Sca 6,ICS 6 dan hibrida DR1.

4.2.4.    Virus pada tanaman jeruk
Pada tabel diatas, pengamatan pada tanaman jeruk yang terserang virus CMV, terdapat gejala pada bentuk daun yang menggulung dan keriting, Disebabkan oleh virus yang merusak pembuluh tapis (floem) tanaman jeruk. Daun jeruk menjadi lebih kecil dan berwarna kuning serta pertumbuhan kuncupnya lambat. Pada stadium lanjut, daun jeruk akan gugur sehingga menjadi tidak produktif lagi dan mati.

Jeruk terserang virus CMV
Pengendalian penyakit ini bisa dengan cara, menggunakan mata tempel yang sehat, mengeradikasi / pemusnahan bibit yang terserang penyakit dan mencegah penyebaran dan pemasarannya, dan sterilisasi alat - alat perbanyakan dengan alkohol 70 % atau klorok.
4.2.5.    Tanaman Sisik Naga(Drymoglossum piloselloides [L.] Presl.)
Sisik Naga merupakan tumbuhan epifit (tumbuhan yang menumpang pada pohon lain), tetapi bukan parasit karena dapat membuat makanan sendiri. Sisik naga dapat ditemukan tumbuh liar di hutan, di ladang, dan tempat-tempat lainnya pada daerah yang agak lembab mulai dari dataran rendah sampai ketinggian 1.000 m dpl.Terna, tumbuh di batang dan dahan pohon, akar rimpang panjang, kecil, merayap, bersisik, panjang 5-22 cm, akar melekat kuat.Daun yang satu dengan yang lainnya tumbuh dengan jarak yang pendek.Daun bertangkai pendek, tebal berdaging, berbentuk jorong atau jorong memanjang, ujung tumpul atau membundar, pangkal runcing, tepi rata, permukaan daun tua gundul atau berambut jarang pada permukaan bawah, berwarna hijau sampai hijau kecokelatan.Daunnya ada yang mandul dan ada yang membawa spora. Daun fertil bertangkai pendek atau duduk, oval memanjang, panjang 1-5 cm, lebar 1-2 cm. Ukuran daun yang berbentuk bulat sampai jorong hampir sama dengan uang logam picisan sehingga tanaman ini dinamakan picisan. Sisik naga dapat diperbanyak dengan spora dan pemisahan akar.

4.2.6.    Daun Padi (Oryza sativa)
Padi yang terserang  Gejala bercak-bercak sempit memanjang, berwarna coklat kemerahan, sejajar ibu tulang daun. . Siklus infeksi  jamur penyebab penyakit bercak daun mengadakan penetrasi ke jaringan melalui stomata. Miselia berkembang didalam jaringan parenkim dan didalam sel epidermis. Faktor lingkungan yang berpengaruh , dipengaruhi pemupukan dan kekeringan.
Untuk pengendalian bercak daun pada tanaman padi ini yaitu dengan pemberian N, P, K yang sesuai, serta fungisida difenoconazol 1 kali dengan dosis 1cc per liter air 400-500 l/ha.

4.2.7.    Daun Pisang
    Gejala yang terbentuk adalah bercak kecil dan memanjang kuning pucat atau hijau kecoklatan sejajar tulang daun, bercak lalu mem besar menjadi coklat tua hingga hitam ellips (0.5 cm x 1.5 cm), pada daun tua pusat bercak mengering kelabu dengan tepinya coklat tua dengan halo kuning, di pusat bercak ada titik hitam. Faktor lingkungan yang berpengaruh : sangat dipengaruhi oleh faktor ketahanan varietas dan pemupukan
Siklus infeksi : Mycosphaerella musicola  yang menyerang pohon pisang menjadi vector penularan antar infeksi pohon yang berdekatan. Perpindahan pohon terinfeksi ketempat jauh biasanya dilakukan oleh manusia. Cendawan ini dapat berpindah melalui materi perbanyakan seperti rhizome, pucuk lateral, atau kultur jaringan.
Pengendalian : Pengendalian bercak daun Cercospora dapat dilakukan dengan penanaman varietas tahan dan perbaikan kondisi tanaman. Pemberian pupuk NPK yang cukup dapat sangat efektif menahan serangan penyakit ini. Penyerapan fungisida difenoconazol  satu kali dengan dosis pemberian 1 cc per satu liter air juga akan dapat menahan perkembangan penyakit ini.

4.2.8.    Puru Sawo
Penyebab penyakit puru ini adalah Virus puru berkayu jeruk atau Citrus Vein Enation-Woody Gall Virus (CVEV).Gejala yang timbul pada tanaman jeruk nipis, infeksi CVEV menyebabkan munculnya tonjolan - tonjolan (enation) yang tersebar tidak beraturan pada tulang daun di permukaan bawah daun.Gejala ini mula - mula berukuran kecil dan mulai tampak pada daun - daun muda yang biasanya terjadi 2 - 3 bulan sejak penularan.Gejala tersebut semakin jelas bila daun menjadi tua.Pada tanaman terinfeksi, gejala tonjolan - tonjolan ini bisa terjadi pada sebagian atau seluruh daun.

Puru pada Sawo
Pengendalian penyakit meliputi, pengendalian serangga vektor dengan insektisida, pemilihan pohon induk yang bebas virus, yang menghasilkan barang atas yang sehat, dan alat - alat yang dipakai dalam penempelan didisinfeksi dengan teratur.

4.2.9.     Kacang Tanah ( Arachis hypogea).
Gejalanya yaitu muncul bercak – bercak cokelat memanjang   di batang dan daun bagian bawah yang lama kelamaan menyebar kesemua bagian tanaman. Penyakit ini disebabkan oleh serangan cendawan Uromyces arachidae. Siklus penyakit ini dimulai dari penyebaran urediniosporadengan bantuan angin, hujan maupun serangga. Bagian tanman yang diserang biasanya adalah bagian batang dan daunnya.

Gambar. Daun Kacang Tanah
Pengendaliannya yaitu dengan menggunakan varietas tanamn yang resisten terhadap penyakit atau hama yang menyerang, pergiliran tanaman, serta penggunaan pestisida yang tepat dan sesuai.

4.2.10.    Kentang (Potato leaf blight)
Gejala penyakit ini dimulai dari  bercak daun hitam kecoklatan atau keunguan mulai timbul pada anak daun, tangkai atau batang, dan bila keadaan membantu akan tumbuh dengan cepat, sehingga dapat menyebabkan kematian.Pada bercak yang meluas, bagian yang paling luar berwarna kuning pucat yang beralih ke bagian yang berwarna hijau biasa.

Gambar. Daun Kentang
Siklus penyakit ini dimulai ketika sporangium jamur terutama disebarkan oleh angin. Jika jatuh pada setetes air pada tanaman yang rentan, sporangium akan mengeluarkan spora kembara (zoospora) yang dapat berenang, yang seterusnya membentuk pembuluh kecambah yang mengadakan infeksi. Suhu berkisar antara 3- 26 0C dengan suhu optimum 18-22 0 C dan  Kelembaban udara 91-100%.
Untuk hawar daun ini dapat dilakukan dengan cara  pada saat olah tanah biarkan beberapa hari tanah yang telah dicangkul agar terkena cahaya matahari.Tanaman yang telah terserang segera dicabut dan dibakar, Tanaman yang sakit tidak boleh dipendam di areal pertanaman tomat.Menanam varietas tomat yang tahan.Dan rotasi tanaman dengan tanaman yang bukan sefamili serta secara kimia disemprot dengan fungisida misalnya Dithane M-45, Difolatan, zineb, propineb, maneb atau fungisida lainya sesuai rekomendasi setempat. (anonym, 2009)

4.2.11.    Daun Terong ( Solanum melongena)
Gejala  yang muncul pada daun terong ini mula – mula yang timbul bercak kecil pada daun, bulat atau bersudut, coklat tua sampai hitam sebesar kepala jarum sampai ± 4mm. Pada batang memyebabkan terjadinya bercak gelapyang mempunyai lingkaran-lingkaran sepusat. Jika infeksi terjadi dekat percabangan, cabang akan mudah patah jika buah besar. Disebabkan oleh serangan Jamur.






Gambar. Daun Terong
V.    KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.     Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik darihasil praktikum ini adalah yang pertama, pada pembudidayaannya tanaman mengalami banyak ganguan salah satunya oleh penyakit tanaman. Jenis-jenis penyakit yang beraneka ragam dapat menyerang tanaman setiap waktu.Untuk gejala dan tanda penyakit pada tumbuhan umumnya berbeda-beda, tergantung pada jenis dan penyebab penyakit. Untuk menangani atau mengendalikan penyakit harus diketahui terlebih dahulu gejala dan tanda dari penyakit tersebut baik jenis penyebab penyakitnya, cara penyebaran dan siklus infeksinya.
Penyebab penyakit terbagi menjadi dua macam yaitu yang berasal dari faktor abiotik (noninfeksius) dan faktor biotik (infeksius). Namun penyebab penyakit yang sering menyerang dan jumlahnya relatif tinggi berasal dari faktor biotik. Penyebab penyakit ini meliputi cendawan, bakteri, virus, dan tanaman tingkat tinggi. Setiap jenis penyebab penyakit ini, memiliki gejala yang khas pada setiap tanaman yang diinfeksinya tergantung dari jenis penyakitnya.

5.2.     Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan berkaitan dengan diadakannya praktikum ini adalah agar pada pertanian di indonesia mulai melihat gejala dan tanda serta cara penyebaran dan siklus patogen yang menyerang tanaman, agar pengendalian yang dilakukan dapat dilakukan secara tepat agar tanaman dapat bertahan dari serangan dan tidak merusak keberlanjutan ekosistem lingkungan.





DAFTAR PUSTAKA

Yunasfi, 2002.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Penyakit Danpenyakit Yang Disebabkan Oleh Jamur. Universitas Sumatera Utara.

Irzayanti D, 2009. http://deasyirzayanti.blog.com/2009/pengenalan-penyakit-kubis-kubisan

Anonym, 2010.http://cerianet-agricultur.blogspot.com/2009/02/penyakit-penting-pada-tanaman-jeruk.html

Fatah, abdul.2009.http://the_blues68@ymail.com( rabu, 8 april 2009)

Ari, Roby. 2011. http://chipids_blog.com( minggu, 10 april 2011)

Ridwan, 2010.http://ridwanmancuru.blogspot.com/( 19 februari 2010)

Anonim, 2009.http://komplexpertanian.wordpress.com/2009/01/10/pengenalan-jenis-hama-tanaman-tomat/

Rio, 2009.http://riostones.blogspot.com/2009/08/busuk-lunak-soft-rot-erwinia-carotovora.html

Anonym, 2011.http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id=254