I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam dunia pertanian khususnya di Indonesia kita mengenal beberapa aspek yang menentukan keberhasilan suatu usaha budidaya pertanian salah satu dari aspek tersebut adalah bagaimana cara menjaga baiknya pertumbuhan tanaman dengan mengendalikan hama dan penyakit yang akan mengganggu dan menyerang pertumbuhan dan perkembangan tanaman baik tanaman perkebunan ataupun tanaman hortikultura yang dapat mengakibatkan menurunnya mutu hasil produksi dari sebagian kualitas dan kwantitas hasil (Hartati, 2009).
Selain penyakit kita juga tidak jarang menjumpai hal-hal yang dapat merusak tanaman seperti hama tanaman. Hama dapat berkembang menjadikan tanaman yang kita tanam sebagai inangnya. Oleh karena itu kita harus mengendalikan hama tersebut. Untuk mengendalikannya pertama-tama kita harus mengenali hama yang menyerang tanaman kemudian mencari cara untuk mengendalikannya sehingga pada periode tanaman berikutnya hama tersebut tidak lagi menyerang, minimal mengurangi intensitas serangan hama yang sama. Contoh dari serangan hama yang merugikan adalah serangan dari hama ordo Orthoptera yaitu belalang (Valanga rigricornis) yang dapat menyerang tanaman sayur seperti sawi.
Dalam hal pengendalian hama tanaman sangat penting mengenali jenis hama yang menyerang. karena dengan mengenali hama tersebut dapat diketahui apa yang seharusnya diperbuat untuk mencegah kerugian yang lebih parah. Untuk itu seiring dengan perkembangan jaman telah muncul berbagai macam cara pencegahan hama yang sesuai dengan setiap jenis hama yang menyerang tanaman. Tetapi kemajuan teknologi itu tidak dapat dinikmati oleh setiap kalangan sehingga sampai sekarang masih bisa kita lihat pengendalian hama dengan cara lama dan dengan hasil yang kurang optimal pula. Seperti adanya pestisida fungi untuk pengendalian jamu, insektisida untuk mengendalikan serangga, rodentisida untuk mengendalikan tikus, dan masih banyak yang lainnya (Hartati, 2009).
Dalam pertanian, hama adalah organisme pengganggu tanaman yang menimbulkan kerusakan secara fisik, dan ke dalamnya praktis adalah semua hewan yang menyebabkan kerugian dalam pertanian.
Hama pada tanaman merupakan momok dalam budidaya tanaman meningkatkan hasil produksi. Penanggulangan hama dan penyakit yang tepat dan meminimalkan dampak negatif terhadap erorganisme-organisme biotik sebagai musuh alami menjadi prioritas penting dalam pengendalian.
Dampak yang timbul akibat serangan hama menyebabkan kerugian baik terhadap nilai ekonomi produksi, pertumbuhan dan perkembangan tanaman, serta petani sebagai pelaku budiaya tanaman dengan kegagalan panen serta turunnya kwalitas dan kuantitas hasil panen. Pengendalian hama yang tidak sesuai dan tepat akan memberikan dampak kerugian yang lebih besar dari pada serangan hama itu sendiri terhadap tanaman.( Hartati, 2009).
Adapun manfaat dalam mempelajari hama tanaman khususnya ke enam ordo serangga hama adalah agar praktikan dapat mengenal serangga hama, jenis mulut, daur hidup, tipe perkembangbiakan dan siklus penyerangannya sehingga dapat diketahui cara yang tepat untuk pengendalian serangga hama tersebut.
1.2. Tujuan
a. Untuk mengetahui perbedaan ke enam ordo serangga tersebut.
b. Untuk mengetahui lebih jelas perbedaan masing-masing bagian tubuh serangga (kepala, dada, sayap, perut, dan kaki) sehingga memudahkan pengklasifikasian/identifikasi keenam serangga hama tersebut.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Deskripsi Serangga Hama
Hama adalah organisme yang dianggap merugikan dan tak diinginkan dalam kegiatan sehari-hari manusia. Walaupun dapat digunakan untuk semua organisme, dalam praktek istilah ini paling sering dipakai hanya kepada hewan. Suatu hewan juga dapat disebut hama jika menyebabkan kerusakan pada ekosistem alami atau menjadi agen penyebaran penyakit dalam habitat manusia.
Serangga merupakan kelompok hewan yang dominan di muka bumi dengan jumlah spesies hampir 80 persen dari jumlah total hewan di bumi. Dari 751.000 spesies golongan serangga, sekitar 250.000 spesies terdapat di Indonesia. Serangga di bidang pertanian banyak dikenal sebagai hama (Kalshoven 1981). Sebagian bersifat sebagai predator, parasitoid, atau musuh alami (Christian & Gotisberger 2000).
Hama terdapat dalam berbagai jenis, salah satunya yaitu hama serangga. Serangga (disebut pula Insecta, dibaca "insekta") adalah kelompok utama dari hewan beruas (Arthropoda) yang bertungkai enam (tiga pasang); karena itulah mereka disebut pula Hexapoda (dari bahasa Yunani, berarti "berkaki enam").
Secara morfologi Arthropoda dicirikan dengan badan yang beruas biasanya mencapai lebih dari 21 ruas, yang tiap ruasnya mempunyai sepasang anggota badan (appendages) namun sepasang anggota badan ini ada yang mereduksi atau berubah bentuk dan fungsi sesuai dengan kebutuhan masing-masing kelompok. Ciri penting lain adalah kelompok arthropoda tidak memunyai struktur tulang di dalam tubuhnya. Arthropoda mempunyai struktur dinding badan keras yang menutupi tubuh bagian luar untuk melindungi bagian dalam tubuh yang biasanya disebut eksosekeleton. Bagian paling luar mempunyai struktur yang paling keras dan diperkuat oleh khitin. Meskipun keras namun strukutur ini masih memungkinkan pergerakan di tiap ruas.
2.2. Golongan Serangga Hama
Memahami pengetahuan morfologi serangga tersebut sangatlah penting, karena anggota serangga pada tiap-tiap ordo biasanya memiliki sifat morfologi yang khas yang secara sederhana dapat digunakan untuk mengenali atau menentukan kelompok serangga tersebut. Sifat morfologi tersebut juga menyangkut morfologi serangga stadia muda, karena bentuk-bentuk serangga muda tersebut juga memiliki ciri yang khas yang juga dapat digunakan dalam identifikasi. (Rioardi, 2009).
Serangga (Insecta) dibagi menjadi 2 subkelas:
• Apterygota (Tidak bersayap)
• Pterygota (Bersayap)
Untuk penggolongan ordo serangga yang berpotensi menjadi hama ordo-ordo ini terbagi menjadi enam golongan yaitu :
2.2.1. Ordo Orthoptera (bangsa belalang)
Sebagian anggotanya dikenal sebagai pemakan tumbuhan, namun ada beberapa di antaranya yang bertindak sebagai predator pada serangga lain. Anggota dari ordo ini umumnya memiliki sayap dua pasang. Sayap depan lebih sempit daripada sayap belakang dengan vena-vena menebal/mengeras dan disebut tegmina . Sayap belakang membranus dan melebar dengan vena-vena yang teratur. Pada waktu istirahat sayap belakang melipat di bawah sayap depan.
Alat-alat tambahan lain pada caput antara lain : dua buah (sepasang) mata facet, sepasang antene, serta tiga buah mata sederhana (occeli). Dua pasang sayap serta tiga pasang kaki terdapat pada thorax. Pada segmen (ruas) pertama abdomen terdapat suatu membran alat pendengar yang disebut tympanum . Spiralukum yang merupakan alat pernafasan luar terdapat pada tiap-tiap segmen abdomen maupun thorax. Anus dan alat genetalia luar dijumpai pada ujung abdomen (segmen terakhir abdomen).
Metamorfose sederhana (paurometabola) dengan perkembangan melalui tiga stadia yaitu telur - nimfa - dewasa (imago). Bentuk nimfa dan dewasa terutama dibedakan pada bentuk dan ukuran sayap serta ukuran tubuhnya. Beberapa jenis serangga anggota ordo Orthoptera ini adalah : Kecoa ( Periplaneta sp.) Belalang sembah/mantis ( Otomantis sp.) Belalang kayu ( Valanga nigricornis Drum.)
2.2.2. Ordo Orthoptera (bangsa belalang)
Sebagian anggotanya dikenal sebagai pemakan tumbuhan, namun ada beberapa di antaranya yang bertindak sebagai predator pada serangga lain. Anggota dari ordo ini umumnya memiliki sayap dua pasang. Sayap depan lebih sempit daripada sayap belakang dengan vena-vena menebal/mengeras dan disebut tegmina . Sayap belakang membranus dan melebar dengan vena-vena yang teratur. Pada waktu istirahat sayap belakang melipat di bawah sayap depan.
Alat-alat tambahan lain pada caput antara lain : dua buah (sepasang) mata facet, sepasang antene, serta tiga buah mata sederhana (occeli). Dua pasang sayap serta tiga pasang kaki terdapat pada thorax. Pada segmen (ruas) pertama abdomen terdapat suatu membran alat pendengar yang disebut tympanum . Spiralukum yang merupakan alat pernafasan luar terdapat pada tiap-tiap segmen abdomen maupun thorax. Anus dan alat genetalia luar dijumpai pada ujung abdomen (segmen terakhir abdomen).
Metamorfose sederhana (paurometabola) dengan perkembangan melalui tiga stadia yaitu telur - nimfa - dewasa (imago). Bentuk nimfa dan dewasa terutama dibedakan pada bentuk dan ukuran sayap serta ukuran tubuhnya. Beberapa jenis serangga anggota ordo Orthoptera ini adalah : Kecoa ( Periplaneta sp.) Belalang sembah/mantis ( Otomantis sp.) Belalang kayu ( Valanga nigricornis Drum.)
2.2.3. Ordo Hemiptera (bangsa kepik) / kepinding
Ordo ini memiliki anggota yang sangat besar serta sebagian besar anggotanya bertindak sebagai pemakan tumbuhan (baik nimfa maupun imago). Namun beberapa di antaranya ada yang bersifat predator yang mingisap cairan tubuh serangga lain. Umumnya memiliki sayap dua pasang (beberapa spesies ada yang tidak bersayap). Sayap depan menebal pada bagian pangkal ( basal ) dan pada bagian ujung membranus. Bentuk sayap tersebut disebut Hemelytra . Sayap belakang membranus dan sedikit lebih pendek daripada sayap depan.
Pada bagian kepala dijumpai adanya sepasang antene, mata facet dan occeli. Tipe alat mulut pencucuk pengisap yang terdiri atas moncong (rostum) dan dilengkapi dengan alat pencucuk dan pengisap berupa stylet. Pada ordo Hemiptera, rostum tersebut muncul pada bagian anterior kepala (bagian ujung). Rostum tersebut beruas-ruas memanjang yang membungkus stylet. Pada alat mulut ini terbentuk dua saluran, yakni saluran makanan dan saluran ludah.
Metamorfose bertipe sederhana (paurometabola) yang dalam perkembangannya melalui stadia : telur - nimfa - dewasa. Bentuk nimfa memiliki sayap yang belum sempurna dan ukuran tubuh lebih kecil dari dewasanya. Beberapa contoh serangga anggota ordo Hemiptera ini adalah Walang sangit ( Leptorixa oratorius Thumb.) Kepik hijau ( Nezara viridula L) Bapak pucung ( Dysdercus cingulatus F)
2.2.4. Ordo Homoptera (wereng, dan kutu)
Anggota ordo Homoptera memiliki morfologi yang mirip dengan ordo Hemiptera. Perbedaan pokok antara keduanya antara lain terletak pada morfologi sayap depan dan tempat pemunculan rostumnya. Sayap depan anggota ordo Homoptera memiliki tekstur yang homogen, bisa keras semua atau membranus semua, sedang sayap belakang bersifat membranus.
Alat mulut juga bertipe pencucuk pengisap dan rostumnya muncul dari bagian posterior kepala. Alat-alat tambahan baik pada kepala maupun thorax umumnya sama dengan anggota Hemiptera. Tipe metamorfose sederhana (paurometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur - nimfa - dewasa. Baik nimfa maupun dewasa umumnya dapat bertindak sebagai hama tanaman. Serangga anggota ordo Homoptera ini meliputi kelompok wereng dan kutu-kutuan, seperti : Wereng coklat ( Nilaparvata lugens Stal.) Kutu putih daun kelapa ( Aleurodicus destructor Mask.) Kutu loncat lamtoro ( Heteropsylla sp.).
2.2.5. Ordo Coleoptera (bangsa kumbang)
Anggota-anggotanya ada yang bertindak sebagai hama tanaman, namun ada juga yang bertindak sebagai predator (pemangsa) bagi serangga lain. Sayap terdiri dari dua pasang. Sayap depan mengeras dan menebal serta tidak memiliki vena sayap dan disebut elytra. Apabila istirahat, elytra seolah-olah terbagi menjadi dua (terbelah tepat di tengah-tengah bagian dorsal). Sayap belakang membranus dan jika sedang istirahat melipat di bawah sayap depan. Alat mulut bertipe penggigit-pengunyah , umumnya mandibula berkembang dengan baik.
Pada beberapa jenis, khususnya dari suku Curculionidae alat mulutnya terbentuk pada moncong yang terbentuk di depan kepala. Metamorfose bertipe sempurna (holometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur - larva - kepompong (pupa) - dewasa (imago). Larva umumnya memiliki kaki thoracal (tipe oligopoda), namun ada beberapa yang tidak berkaki (apoda). Kepompong tidak memerlukan pakan dari luar (istirahat) dan bertipe bebas/libera. Beberapa contoh anggotanya adalah : Kumbang badak ( Oryctes rhinoceros L) Kumbang janur kelapa ( Brontispa longissima Gestr) Kumbang buas (predator) Coccinella sp.
2.2.6. Ordo Lepidoptera (bangsa kupu/ngengat)
Dari ordo ini, hanya stadium larva (ulat) saja yang berpotensi sebagai hama, namun beberapa diantaranya ada yang predator. Serangga dewasa umumnya sebagai pemakan/pengisap madu atau nektar. Sayap terdiri dari dua pasang, membranus dan tertutup oleh sisik-sisik yang berwarna-warni. Pada kepala dijumpai adanya alat mulut seranga bertipe pengisap , sedang larvanya memiliki tipe penggigit .
Metamorfose bertipe sempurna (Holometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur – larva - kepompong - dewasa. Larva bertipe polipoda , memiliki baik kaki thoracal maupun abdominal, sedang pupanya bertipe obtekta. Beberapa jenisnya antara lain : Penggerek batang padi kuning ( Tryporiza incertulas Wlk) Kupu gajah ( Attacus atlas L) Ulat grayak pada tembakau ( Spodoptera litura).
2.2.7. Ordo Diptera (bangsa lalat, nyamuk)
Serangga anggota ordo Diptera meliputi serangga pemakan tumbuhan, pengisap darah, predator dan parasitoid. Serangga dewasa hanya memiliki satu pasang sayap di depan, sedang sayap belakang mereduksi menjadi alat keseimbangan berbentuk gada dan disebut halter . Pada kepalanya juga dijumpai adanya antene dan mata facet.
Metamorfosenya sempurna (holometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur - larva - kepompong - dewasa. Larva tidak berkaki (apoda biasanya hidup di sampah atau sebagai pemakan daging, namun ada pula yang bertindak sebagai hama, parasitoid dan predator. Pupa bertipe coartacta. Beberapa contoh anggotanya adalah : lalat buah ( Dacus spp.) lalat predator pada Aphis ( Asarcina aegrota F) lalat rumah ( Musca domestica Linn.) lalat parasitoid ( Diatraeophaga striatalis ). Ordo Hemiptera (bangsa kepik) / kepinding
Ordo ini memiliki anggota yang sangat besar serta sebagian besar anggotanya bertindak sebagai pemakan tumbuhan (baik nimfa maupun imago). Namun beberapa di antaranya ada yang bersifat predator yang mingisap cairan tubuh serangga lain. Umumnya memiliki sayap dua pasang (beberapa spesies ada yang tidak bersayap). Sayap depan menebal pada bagian pangkal ( basal ) dan pada bagian ujung membranus. Bentuk sayap tersebut disebut Hemelytra . Sayap belakang membranus dan sedikit lebih pendek daripada sayap depan.
Pada bagian kepala dijumpai adanya sepasang antene, mata facet dan occeli. Tipe alat mulut pencucuk pengisap yang terdiri atas moncong (rostum) dan dilengkapi dengan alat pencucuk dan pengisap berupa stylet. Pada ordo Hemiptera, rostum tersebut muncul pada bagian anterior kepala (bagian ujung). Rostum tersebut beruas-ruas memanjang yang membungkus stylet. Pada alat mulut ini terbentuk dua saluran, yakni saluran makanan dan saluran ludah.
Metamorfose bertipe sederhana (paurometabola) yang dalam perkembangannya melalui stadia : telur - nimfa - dewasa. Bentuk nimfa memiliki sayap yang belum sempurna dan ukuran tubuh lebih kecil dari dewasanya. Beberapa contoh serangga anggota ordo Hemiptera ini adalah Walang sangit ( Leptorixa oratorius Thumb.) Kepik hijau ( Nezara viridula L).
2.3. Tipe-tipe Perkembangan Hidup Serangga Hama
Serangga dalam perkembangannya menuju dewasa mengalami metamorfosis. Metamorfosis adalah perubahan bentuk serangga mulai dari larva sampai dewasa. Adapula serangga yang selama hidupnya tidak pernah mengalami metamorfosis, misal kutu buku (Episma saccharina). Berdasarkan metamorfisnya, serangga dibedakan atas dua kelompok, yaitu: Paurometabola dan Holometabola (Rioardi, 2009).
a. Paurometabola
Hemitabola/Paurometabola yaitu serangga yang mengalami metamorfosis tidak sempurna. Dalam daur hidupnya Paurometabola serangga mengalami tahapan perkembangan sebagai berikut:
• Telur
• Nimfa, ialah serangga muda yang mempunyai sifat dan bentuk sama dengan dewasanya. Difase ini serangga muda mengalami pergantian kulit.
• Imago (dewasa), ialah fase yang ditandai telah berkembangnya semua organ tubuh dengan baik, termasuk alat perkembangbiakan serta sayapnya.
b. Holometabola
Holometabola yaitu serangga yang mengalami metamorfosis sempurna. Tahapan dari daur serangga yang mengalami metamorfosis sempurna adalah telur – larva – pupa – imago. Larva adalah hewan muda yang bentuk dan sifatnya berbeda dengan dewasa. Pupa adalah kepompong dimana pada saat itu serangga tidak melakukan kegiatan, pada saat itu pula terjadi penyempurnaan dan pembentukan organ. Imago adalah fase dewasa atau fase perkembangbiakan.
2.4. Pengendalian Serangga Hama
Pengendalian hama tanaman merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dalam suatu usaha tani. Sesuai dengan tuntutan zaman, strategi dan tehnik pengendalian hama harus memenuhi syarat yang ada hubungannya dengan keamanan lingkungan dan keefektifitannya yang lestari tanpa efek samping yang membuat masalah perlindungan tanaman itu lebih kompleks.
Adapun cara pengendalian serangga hama yang tepat gar tidak merusak rantai makanan atau ekosistem adalah pengendalian hama secara terpadu (PHT). Pengendalian hama dapat dilakukan secara alami yaitu dengan memanfaatkan musuh alami atau yang lebih sering disebut dengan predator, rotasi dan pergiliran tanaman, penanaman varietas resisten, penanaman tanaman yang tidak disukai hama atau tanaman pagar, pengendalian secara fisik secara langsung ataupun dengan jebakan, pengendalian secara hayati dengan bahan buatan dari faktor hayati, dan pengendalian secara kimia yang teratur dan sesuai prosedur (Rioardi, 2009).
III. BAHAN DAN METODE
3.1. Waktu dan Tempat
Kegiatan praktikum Acara I (Mengenal Gejala Penyakit Tumbuhan) dilakukan dengan pengambilan sampel tanaman sakit dan bagian yang bergejala dari lapangan dan pengamatan dilaksanakan di Laboratorium Budidaya pertanian Fakultas Pertanian Unpar. Kegiatan dilaksanakan pada hari senin 14 April 2012 jam 13.15-14.55 WIB.
3.2. Bahan dan Alat
Adapun bahan yang digunakan adalah spesimen serangga hama (ordo orthoptera, hemiptera, homoptera, lepidoptera, diptera, dan coleoptera), alkohol. Sedangkan alat yang digunakan adalah toples, botol, cawan petri,pinset, dan lup.
3.3. Cara Kerja
Adapun cara kerja dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
a. Membuat hasil pengamatan dalam bentuk gambar dari masing-masing ordo serangga hama, yang digambar adalah :
• Bentuk serangga secara keseluruhan
• Per masing-masing bagian, yaitu sayap depan, sayap belakang, kepala (caput), dada (thorax), perut (abdomen), dan kaki.
• Melakukan pengklasifikasian (genus, spesies, ordo dan familia)
• Membuat resume singkat meliputi : gejala serangan, tanaman yang diserang, dan biologi serangga tersebut dan dicantumkan dalam laporan.
b. Menggambar hasil pengamatan (per kelompok) dibuat sebagian laporan sementara yang ditandatangani oleh asisten yang bertugas.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan
Dari Hasil Pengamatan Hama Penyakit (makroskopis) dan mikroskopis disajikan pada Tabel I berikut.
Tabel 1. Hasil Pengamatan Ordo Serangga Hama
NO Nama Serangga Ordo Serangga Tipe Perkembangan Tipe Alat Mulut Bagian tanaman yang terserang
1 Belalang Kayu (Valanga ningricornis) Orthoptera Peurometabola Nimfa dan imago menggigit mengunyah Daun Tanaman Bayam
2 Walang Sangit (Leptocorisa acuta) Hemiptera Peurometabola Menusuk menghisap Pada Tanaman Tomat
3 Kutu Daun (Aphis Sp) Homoptera Peurometabola Menusuk Menghisap Pada Daun jambu biji
4 Ulat Grayak (Spodoptera, sp) Lepidoptera Holometabola Menggigit menguyah Pada daun jagung
5 Lalat Buah (Dacus sp) Diptera Holometabola Menggigit menguyah dan menjilat Pada Buah Belimbing
6 Kumbang Kelapa (Oryctes rhinoceros) Cloeptera Holoemetabola Menggigit menguyah Pada tanaman kelapa
4.2. Pembahasan
4.2.1. Belalang Kayu (Valanga nigricornis)
(a) (b)
Gambar 1. (a) Belalang kayu, (b) Tanaman bayang yang diserang
Klasifikasi Hama Belalang:
Pylum : Arthopoda
Sub Filum : Mandibulata
Klas : Insect
Sub Klas : Pterygota
Ordo : Ortytoptera
Family : Acridiae
Genus : Valanga
Spesies : Valangga nigricornis
Daur Hidup dari ordo orthoptera (Valanga rignicornis) ini melewati masa perkembangan dengan tipe paurometabola yaitu melewati tahap telur, nimfa, dan kemudian imago. Imago ini yang kemudian kembali melakukan perkawinan dan bertelur serta meletakan telurnya di tanaman demikian siklus ini berjalan terus menerus.
Berdasarkan hasil pengamatan pada Ordo orthoptera yakni Belalang (Valanga nigricornis) secara umum morfologi hama serangga ini terdiri dari kepala (Caput) yang terdapat antena, dada (Toraks) terdapat enam kaki den sayap, dan perut (Abdomen) beruas. Caput meliputi antena dan mata majemuk, pada Toraks meliputi protoraks dan mesotoraks.
Tipe mulut pada belalang (Valanga nigricornis) merupakan bagian yang beruas-ruas yang terdiri dari tergum atau strenum, yang mana setiap strenum terdapat sigma, serta terdapat pula ovipositor yang berfungsi sebagai alat peletakkan telur (Ordo-ordo serangga, 2009).
Pengendalian Hama Belalang ini yaitu Telur belalang didalam tanah diambil, demikian juga nimfa yang ada diberikan kepada ayam, menyemprotkan phosdrin, diazinon, basudin, dan insektisida lainnya.
4.2.2. Walang Sangit (Leptocorisa acuta)
(a) (b)
Gambar 2. (a) Walang sangit, (b) tomat yang terserang
Klasifikasi Haman walang sangit;
Pylum : Arthopoda
Klas : Insecta
Sub Klas : Pterygota
Ordo ; Hemiptera
Family : Alydidae
Genus : Leptocarisa
Spesies : Leptocarisa accuta
Daur Hidup dari ordo hemiptera (Leptocorisa acuta) ini melewati masa perkembangan dengan tipe paurometabola yaitu melewati tahap telur, nimfa, dan kemudian imago. Imago ini yang kemudian kembali melakukan perkawinan dan bertelur serta meletakan telurnya di tanaman demikian siklus ini berjalan terus menerus secara berkesinambungan.
Berdasarkan hasil pengamatan pada Ordo Hemiptera yakni walang sangit (Leptocorixa acuta) secara umum morfologi hama serangga ini terdiri dari kepala (Caput), dada (Toraks), dan perut (Abdomen). Nama Hemiptera berarti "yang bersayap setengah". Nama itu diberikan karena serangga dari ordo ini memiliki sayap depan yang bagian pangkalnya keras seperti kulit, namun bagian belakangnya tipis seperti membran. Sayap depan ini pada sebagian anggota Hemiptera bisa dilipat di atas tubuhnya dan menutupi sayap belakangnya yang seluruhnya tipis dan transparan, sementara pada anggota Hemiptera lain sayapnya tidak dilipat sekalipun sedang tidak terbang. Ciri khas utama serangga anggota Hemiptera adalah struktur mulutnya yang berbentuk seperti jarum. Mereka menggunakan struktur mulut ini untuk menusuk ringanja dari makannya dan kemudian menghisap cairan di dalamnya (Rioardi, 2009).
Untuk walang sangit ini pengendaliannya dapat dilakukan secara manual namun cara pengendalian yang baik tergantung pada adalah Pengendalian hama terpadu tindakan ini adalah tindakan yang paling tepat dan merupakan tindakan yang bersifat fleksibel dalam menanggulangi hama yang menyerang tanaman terutama pada serangan yang disebabkan oleh walang sangit.
4.2.3. Kutu Daun (Aphis Sp)
(a) (b)
Gambar 3. (a) Kutu Daun, (b) Daun Jambu Biji Terserang
Klasifikasi Hama Kutu daun;
Pylum : Arthopoda
Klas : Insecta
Sub Klas : Apterygota
Ordo : Hemiptera
Family : Aphididae
Genus : Aphis
Spesies : Aphis, sp
Tanaman yang menjadi inang utama bagi kutu daun ini sebenarnya adalah jagung. Akan tetapi kutu ini memiliki inang alternative mulai dari tanaman padi sampai pada tanaman hutan seperti Acacia sp. Berdasarkan hasil pengamatan pada Ordo ini secara umum morfologi hama serangga ini terdiri dari kepala (Caput), dada (Toraks), dan perut (Abdomen).
Kutu ini menginfeksi semua bagian tanaman, akan tetapi infeksi terbanyak terjadi pada daun. Kutu ini selain merusak daun tanaman inangnya juga membawa sebagai vector dari berbagai macam virus penyakit. Populasi kutu ini dapat mengalami perkembangan yang pesat. Hal ini disebabkan oleh sifat perkembangbiakkannya yang parthenogenesis. Perkembangbiakan secara parthenogenesis memungkinkan suatu spesies untuk melestarikan jenisnya tanpa harus melakukan perkawinan (Kalshoven, 1981).
Daur hidup kutu ini dimulai dari telur, kemudian nympha, dan kutu dewasa. Pada fase nympha, kutu ini mengalami 4 tahapan.Tahapan pertama nympha akan tampak berwarna hijau cerah dan sudah terdapat antena. Tahap nympha kedua tampak berwarna hijau pale dan sudah tampak kepala, abdomen, mata berwarna merah, dan antenna yang terlihat lebih gelap dari pada warna tubuh. Pada tahap ketiga, antena akan terbagi menjadi 2 segmen, warna tubuh masih hijau pale dengan sedikit lebih gelap pada sisi lateral tubuhnya, kaki tampak lebih gelap daripada warna tubuh (Kalshoven, 1981).
Kutu dewasa ada beberapa yang memiliki sayap (alate) dan yang tidak memiliki saya (apterous). Sayap pada kutu ini memiliki panjang antara 0,04 to 0,088 inchi. Tubuh kutu dewasa berwarna kuning kehijauan sampai berwarna hijau gelap. Populasi kutu ini dapat dikontrol dengan kehadiran Aphelinus maidis. A. maidis akan memparasit kutu ini pada fase nympha. Selain itu, terdapat juga organisme predator seperti Allograpta sp. dan beberapa jenis kumbang (Kalshoven, 1981)
Untuk kutu daun ini cara pengendalian yang baik tergantung pada adalah Pengendalian hama terpadu tindakan ini adalah tindakan yang paling tepat dan merupakan tindakan yang bersifat fleksibel dalam menanggulangi hama yang menyerang tanaman terutama pada serangan yang disebabkan oleh kutu daun.
4.2.4. Ulat Grayak (Spodoptera spp)
(b) (b)
Gambar 4. (a) Ulat Grayak, (b) Daun jagung yang terserang
Klasifikasi Hama ulat grayak;
Pylum : Arthopoda
Klas : Insecta
Sub Klas : Pterygota
Ordo : Lepidoptera
Family : Noctuidae
Genus : Spodoptera
Spesies : Spodoptera litura
Ulat grayak dikenal dengan nama latin Leucania spp dan Spodoptera spp. Ulat “Grayak” sangat ditakuti oleh petani karena setiap musim panen hama ini selalu ada. Ulat “grayak” ini menyerang tanaman padi pada semua stadia. Serangan terjadi pada malam hari dan siang harinya, larva ulat “grayak” bersembunyi pada pangkal tanaman, dalam tanah atau di tempat-tempat yang tersembunyi.
Berdasarkan hasil pengamatan pada Ordo ini secara umum morfologi hama serangga ini terdiri dari kepala (Caput), dan perut (Abdomen). Serangga dewasa jenis Spodoptera litura, memiliki ukuran panjang badan 20 – 25 mm, berumur 5 – 10 hari dan untuk seekor serangga betina jenis ini dapat bertelur 1.500 butir dalam kelompok-kelompok 300 butir. Serangga ini sangat aktif pada malam hari, sementara pada siang hari serangga dewasa ini diam ditempat yang gelap dan bersembunyi.Serangga ini memiliki telur dengan bentuk bulat. Telur dari serangga Leucania separata susunannya diletakkan dalam 2 barisan dalam gulungan daun atau pada pangkal daun permukaan sebelah bawah, dengan ukuran 0,5 x 0,45 mm, berwarna putih abu-abu dan berubah menjadi kuning sebelum menetas. Sedangkan serangga Spodoptera F susunan telurnya diletakkan dalam kelompok tiap kelompok tersusun oleh 2 – 3 lapisan telur, dan kelompok telur tertutup oleh bulu-bulu pendek berwarna coklat kekuningan dengan umur telur 3 – 4 hari.
Larva Leucania separata memiliki jumlah instar 6 dengan ukuran instar 1 panjang 1,8 mm dan instar 6 panjang 30 – 35 mm berwarna hijau sampai merah jambu dan berumur 14 – 22 hari. Pada bagian punggungnya terdapat 4 garis berwarna hitam yang membujur sepanjang badan.Meskipun umur larva atau ulat grayak ini berkisar 20 – 26 hari, namun perlu diwaspadai karena larva atau ulat ini dapat menyerang hampir semua tanaman termasuk padi pada semua stadium pertumbuhan.
Daur atau iklus hidupnya setelah 20 – 26 hari ulat ini hidup dan menyerang tanaman, maka ia akan berubah menjadi kepompong dan selanjutnya berubah jadi kupu-kupu. Kupu-kupu bertelur dan setelah 4 – 5 hari akan menetas menjadi ulat atau larva yang akan menyerang tanaman.
Adapun cara pengendalian yang baik tergantung pada pengetahuan yang tentang biologi dan ekologi, terutama hubungan serangga hama dengan tanaman inang. Pengendalian hama terpadu merupakan tindakan yang bersifat fleksibel dalam menanggulangi hama yang menyerang tanaman.
4.2.5. Lalat Buah (Dacus sp)
(a) (b)
Gambar 5. (a) Lalat Buah, (b) Buah belimbing yang terserang
Klasifikasi Ilmiah
Kingdom : Animalia
Phyllum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
Famili : Drosophilidae
Genus : Drosophila
Spesies : Drosophila melanogaster
Lalat buah adalah organisme yang memiliki ciri yang sudah dikenal dan sesuai untuk penyelidikan genetika karena mudah berkembang biak dan memiliki siklus hidup singkat. Sepasang lalat buah dapat menghasilkan 300-400 butir telur. Siklus hidup drosophila terdiri atas stadium telur, larva, pupa, dan imago. Telur Drosophila sp. Telur Drosophila berukuran kira-kira 0,5 mm berbentuk lonjong, permukaan dorsal agak mendatar, sedangkan permukaan ventral agak membulat. Pada bagian anterodorsal terdapat sepasang filament yang fungsinya yang melekatkan diri pada permukaan, agar telur tidak tenggelam pada medium. Pada bagian ujung anterior terdapat lubang kecil yang disebut micropyle, yaitu tempat masuknya spermatozoa. Telur yang dikeluarkan dari tubuh biasanya sudah dalam tahap blastula. Dalam waktu 24 jam telur akan menetas menjadi larva. Larva yang menetas ini akan mengalami 2 kali pergantian kulit, sehingga periode stadium yang paling aktif. Larva kemudian menjadi pupa yang melekat pada permukaan yang relative kering, yaitu pada dinding botol kultur atau pada kertas saring. Pupa akan menetas menjadi imago setelah berumur 8-11 hari bergantung pada spesies dan suhu lingkungan. (http://supportme5.wordpress.com).
Dewasa pada Drosophila sp dalam satu siklus hidupnya berusia sekitar 9 hari. Setelah keluar dari pupa, lalat buah warnanya masih pucat dan sayapnya belum terbentang. Sementara itu, lalat betina akan kawin setelah berumur 8 jam dan akan menyimpan sperma dalam jumlah yang sangat banyak dari lalat buah jantan. Pada ujung anterior terdapat mikrophyle, tempat spermatozoa masuk ke dalam telur. Walaupun banyak sperma yang masuk ke dalam mikrophyle tapi hanya satu yang dapat berfertilisasi dengan pronuleus betina dan yang lainnya segera berabsorpsi dalam perkembangan jaringan embrio.
Pengendalian serangga hama ini adalah dengan pancingan minyak sereh wangi. Untuk membunuh lalat buah yang tertarik datang pada minyak sereh wangi yang diteteskan pada kapas, diperlukan bahan lain, misalnya deterjen atau bahan perekat. Dengan menambahkan bahan perekat pada tetesan minyak sereh wangi pada kapas ternyata dapat menambah keefektikan dalam mengendalikan populasi lalat buah jantan maupun betina.
4.2.6. Kumbang Kelapa (Oryctes rhinoceros)
(a) (b)
Gambar 6. (a) Kumbang kelapa, (b) Daun kelapa yang terserang
Sistematika kumbang kelapa menurut Kalshoven (1981) adalah sbb:
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Coleoptera
Famili : Scarabaeidae
Genus : Oryctes
Spesies : Oryctes rhinoceros L.
Oryctes rhinoceros L. Merupakan serangga yang mengalami metamorfosis sempurna yang daur Hidup dari ordo ini melewati masa perkembangan dengan tipe holometabola yaitu melewati tahap telur, larva, pupa dan kemudian imago. Imago ini yang kemudian kembali melakukan perkawinan dan bertelur serta meletakan telurnya di tanaman demikian siklus ini berjalan terus menerus secara berkesinambungan.
Berdasarkan hasil pengamatan pada Ordo Coleoptera yakni kumbang kelapa (Oryctes rhinocheros) secara umum morfologi hama serangga ini terdiri dari kepala (Caput), dada (Toraks), dan perut (Abdomen). Mo (1957) dan Anonim (1989), mengemukakan bahwa telur serangga ini berarna putih, bentuknya mula-mula oval, kemudian bulat dengan diameter kurang lebih 3 mm. Telur-telur ini diletakkan oleh serangga betina pada tempat yang baik dan aman (misalnya dalam pohon kelapa yang melapuk), setelah 2 minggu telur-telur ini menetas.
Rata-rata fekunditas seekor serangga betina berkisar antara 49-61 butir telur, sedangkan di Australia berkisar 51 butir telur, bahkan dapat mencapai 70 butir (Bedford, 1980). Stadium telur berkisar antara 11-13 hari, rata-rata 12 hari (Khalshoven, 1981). Sedangkan menurut suhadirman (1996), telur-telur menetas setelah 12 hari.
Larva yang baru menetas berwarna putih dan setelah dewasa berwarna putih kekuningan, warna bagian ekornya agak gelap dengan panjang 7-10 cm. Larva deasa berukuran panjang 12 mm dengan kepala berwarna merah kecoklatan. Tubuh bagian belakang lebih besar dari bagian depan. Pada permukaan tubuh larva terdapat bulu-bulu pendek dan pada bagian ekor bulu-bulu tersebut tumbuh lebih rapat. Stadium larva 4-5 bulan ( Suhadirman, 1996), bahkan adapula yang mencapai 2-4 bulan lamanya (Nayar, 1976). Stadium larva terdiri dari 3 instar yaitu instar I selama 11-21 hari, instar II selama 12-21 hari dan instar III selama 60-165 hari (Berdford,1980).
Menurut Mo (1975), kumbang O.rhinoceros pada bagian atas berwarna hitam mengkilat, bagian bawah coklat merah tua. Panjangnya 3-5 cm. Tanduk kumbang jantan lebih panjang dari tanduk betina. Pada kumbang betina terdapat bulu yang tumbuh pada ujung abdomennya, sedangkan pada kumbang jantan bulu-bulu tersebut hampir tidak ditemukan.
Tanaman yang diserang oleh O. Rhinocheros adalah kelapa biasa, kelapa sawit, Royal palm (Roestonea regia), Latanier palm (Livistona chinensis), Talipot palm (Corypha umbraculifera) dan Raphia palm (Raphia roffia) (Bedford, 1980), selain itu dapat juga menyerang tanaman sagu, tebu, nenas dan tanaman aloe (Nayar, 1976).
Cara pengendalian yang baik tergantung pada pengetahuan yang tentang biologi dan ekologi, terutama hubungan serangga hama dengan tanaman inang. Pengendalian hama terpadu merupakan tindakan yang bersifat fleksibel dalam menanggulangi hama yang menyerang tanaman. Cara dan saat perlakuan tergantung pada bebagai faktor yaitu luas serangan atau tingkat populasi dan faktor lingkungan
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil praktikum ini yaitu hama adalah organisme yang menyerang tanaman sehingga mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman menjadi terganggu, yang berdampak turunnya kualitas dan kuantitas serta kerugian ekonomis bagi manusia.
Hama terdapat dalam berbagai jenis, salah satunya yaitu hama serangga. Serangga (disebut pula Insecta, dibaca "insekta") adalah kelompok utama dari hewan beruas (Arthropoda) yang bertungkai enam (tiga pasang); karena itulah mereka disebut pula Hexapoda (dari bahasa Yunani, berarti "berkaki enam").
Hama terbagi dalam beberapa ordo yaitu ordo orthoptera, ordo hemiptera, ordo homoptera, ordo diptera, ordo lepidoptera, dan ordo coleoptera. Untuk mengendalikan serangga hama ini harus dilakukan dengn menggunakan konsep pengendalian hama secara terpadu yang tidak merusak ekosistem dan terputusnya rantai makanan.
5.2. Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan berkaitan dengan diadakannya praktikum ini adalah agar pada pertanian di indonesia pemerintah dapat membantu petani dalam menghadapi masalah serangga hama yang kadang kala masalah ini menjadi problem utama petani bahkan kerab petani menjadi gagal panen akibat serangannya.
Dalam tindakannya diharapkan pemerintah membantu petani secara efektif juga pengendaliannya didasarkan atas pengendalian hama terpadu yang tidak merusak keberlangsungan ekosistem dan rantai makanan agar tidak terputus. Hingga diakhirnya diharapkan petani-petani indonesia menjadi sukses di bidangnya.
DAFTAR PUSTAKA
Arief, arifin. 1994. Perlindungan Tanaman Hama Penyakit dan Gulma. Usaha Nasional. Surabaya.
Sudarmo, subiyakto. 1995. Pengendalian Hama dan Gulma Pada Tanaman Perkebunan. Kanius.Yogyakarta.
Hartati, 2009. Laporan Praktikum Zoologi. http:// biologi-staincrb.web.id. Di akses pada tanggal 19 April 2012.
Jumar. 2000. Entomologi Pertanian. Rineka cipta, Jakarta
Sumangun H. 2000. Penyakit-penyakit Tanaman Hortikultura Di Indonesia.
Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Rioardi, 2009. Ordo-Ordo Serangga. http://rioardi.wordpress.com. Di akses pada tanggal 19 April 2012.
Wikipedia. Homoptera. 2011. http://id.wikipedia.org/wiki/Homoptera. Di akses pada tanggal 19 April 2012.
Wikipedia. Hemiptera. 2011. http://id.wikipedia.org/wiki/Hemiptera. Di akses pada tanggal 19 April 2012.
1.1. Latar Belakang
Dalam dunia pertanian khususnya di Indonesia kita mengenal beberapa aspek yang menentukan keberhasilan suatu usaha budidaya pertanian salah satu dari aspek tersebut adalah bagaimana cara menjaga baiknya pertumbuhan tanaman dengan mengendalikan hama dan penyakit yang akan mengganggu dan menyerang pertumbuhan dan perkembangan tanaman baik tanaman perkebunan ataupun tanaman hortikultura yang dapat mengakibatkan menurunnya mutu hasil produksi dari sebagian kualitas dan kwantitas hasil (Hartati, 2009).
Selain penyakit kita juga tidak jarang menjumpai hal-hal yang dapat merusak tanaman seperti hama tanaman. Hama dapat berkembang menjadikan tanaman yang kita tanam sebagai inangnya. Oleh karena itu kita harus mengendalikan hama tersebut. Untuk mengendalikannya pertama-tama kita harus mengenali hama yang menyerang tanaman kemudian mencari cara untuk mengendalikannya sehingga pada periode tanaman berikutnya hama tersebut tidak lagi menyerang, minimal mengurangi intensitas serangan hama yang sama. Contoh dari serangan hama yang merugikan adalah serangan dari hama ordo Orthoptera yaitu belalang (Valanga rigricornis) yang dapat menyerang tanaman sayur seperti sawi.
Dalam hal pengendalian hama tanaman sangat penting mengenali jenis hama yang menyerang. karena dengan mengenali hama tersebut dapat diketahui apa yang seharusnya diperbuat untuk mencegah kerugian yang lebih parah. Untuk itu seiring dengan perkembangan jaman telah muncul berbagai macam cara pencegahan hama yang sesuai dengan setiap jenis hama yang menyerang tanaman. Tetapi kemajuan teknologi itu tidak dapat dinikmati oleh setiap kalangan sehingga sampai sekarang masih bisa kita lihat pengendalian hama dengan cara lama dan dengan hasil yang kurang optimal pula. Seperti adanya pestisida fungi untuk pengendalian jamu, insektisida untuk mengendalikan serangga, rodentisida untuk mengendalikan tikus, dan masih banyak yang lainnya (Hartati, 2009).
Dalam pertanian, hama adalah organisme pengganggu tanaman yang menimbulkan kerusakan secara fisik, dan ke dalamnya praktis adalah semua hewan yang menyebabkan kerugian dalam pertanian.
Hama pada tanaman merupakan momok dalam budidaya tanaman meningkatkan hasil produksi. Penanggulangan hama dan penyakit yang tepat dan meminimalkan dampak negatif terhadap erorganisme-organisme biotik sebagai musuh alami menjadi prioritas penting dalam pengendalian.
Dampak yang timbul akibat serangan hama menyebabkan kerugian baik terhadap nilai ekonomi produksi, pertumbuhan dan perkembangan tanaman, serta petani sebagai pelaku budiaya tanaman dengan kegagalan panen serta turunnya kwalitas dan kuantitas hasil panen. Pengendalian hama yang tidak sesuai dan tepat akan memberikan dampak kerugian yang lebih besar dari pada serangan hama itu sendiri terhadap tanaman.( Hartati, 2009).
Adapun manfaat dalam mempelajari hama tanaman khususnya ke enam ordo serangga hama adalah agar praktikan dapat mengenal serangga hama, jenis mulut, daur hidup, tipe perkembangbiakan dan siklus penyerangannya sehingga dapat diketahui cara yang tepat untuk pengendalian serangga hama tersebut.
1.2. Tujuan
a. Untuk mengetahui perbedaan ke enam ordo serangga tersebut.
b. Untuk mengetahui lebih jelas perbedaan masing-masing bagian tubuh serangga (kepala, dada, sayap, perut, dan kaki) sehingga memudahkan pengklasifikasian/identifikasi keenam serangga hama tersebut.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Deskripsi Serangga Hama
Hama adalah organisme yang dianggap merugikan dan tak diinginkan dalam kegiatan sehari-hari manusia. Walaupun dapat digunakan untuk semua organisme, dalam praktek istilah ini paling sering dipakai hanya kepada hewan. Suatu hewan juga dapat disebut hama jika menyebabkan kerusakan pada ekosistem alami atau menjadi agen penyebaran penyakit dalam habitat manusia.
Serangga merupakan kelompok hewan yang dominan di muka bumi dengan jumlah spesies hampir 80 persen dari jumlah total hewan di bumi. Dari 751.000 spesies golongan serangga, sekitar 250.000 spesies terdapat di Indonesia. Serangga di bidang pertanian banyak dikenal sebagai hama (Kalshoven 1981). Sebagian bersifat sebagai predator, parasitoid, atau musuh alami (Christian & Gotisberger 2000).
Hama terdapat dalam berbagai jenis, salah satunya yaitu hama serangga. Serangga (disebut pula Insecta, dibaca "insekta") adalah kelompok utama dari hewan beruas (Arthropoda) yang bertungkai enam (tiga pasang); karena itulah mereka disebut pula Hexapoda (dari bahasa Yunani, berarti "berkaki enam").
Secara morfologi Arthropoda dicirikan dengan badan yang beruas biasanya mencapai lebih dari 21 ruas, yang tiap ruasnya mempunyai sepasang anggota badan (appendages) namun sepasang anggota badan ini ada yang mereduksi atau berubah bentuk dan fungsi sesuai dengan kebutuhan masing-masing kelompok. Ciri penting lain adalah kelompok arthropoda tidak memunyai struktur tulang di dalam tubuhnya. Arthropoda mempunyai struktur dinding badan keras yang menutupi tubuh bagian luar untuk melindungi bagian dalam tubuh yang biasanya disebut eksosekeleton. Bagian paling luar mempunyai struktur yang paling keras dan diperkuat oleh khitin. Meskipun keras namun strukutur ini masih memungkinkan pergerakan di tiap ruas.
2.2. Golongan Serangga Hama
Memahami pengetahuan morfologi serangga tersebut sangatlah penting, karena anggota serangga pada tiap-tiap ordo biasanya memiliki sifat morfologi yang khas yang secara sederhana dapat digunakan untuk mengenali atau menentukan kelompok serangga tersebut. Sifat morfologi tersebut juga menyangkut morfologi serangga stadia muda, karena bentuk-bentuk serangga muda tersebut juga memiliki ciri yang khas yang juga dapat digunakan dalam identifikasi. (Rioardi, 2009).
Serangga (Insecta) dibagi menjadi 2 subkelas:
• Apterygota (Tidak bersayap)
• Pterygota (Bersayap)
Untuk penggolongan ordo serangga yang berpotensi menjadi hama ordo-ordo ini terbagi menjadi enam golongan yaitu :
2.2.1. Ordo Orthoptera (bangsa belalang)
Sebagian anggotanya dikenal sebagai pemakan tumbuhan, namun ada beberapa di antaranya yang bertindak sebagai predator pada serangga lain. Anggota dari ordo ini umumnya memiliki sayap dua pasang. Sayap depan lebih sempit daripada sayap belakang dengan vena-vena menebal/mengeras dan disebut tegmina . Sayap belakang membranus dan melebar dengan vena-vena yang teratur. Pada waktu istirahat sayap belakang melipat di bawah sayap depan.
Alat-alat tambahan lain pada caput antara lain : dua buah (sepasang) mata facet, sepasang antene, serta tiga buah mata sederhana (occeli). Dua pasang sayap serta tiga pasang kaki terdapat pada thorax. Pada segmen (ruas) pertama abdomen terdapat suatu membran alat pendengar yang disebut tympanum . Spiralukum yang merupakan alat pernafasan luar terdapat pada tiap-tiap segmen abdomen maupun thorax. Anus dan alat genetalia luar dijumpai pada ujung abdomen (segmen terakhir abdomen).
Metamorfose sederhana (paurometabola) dengan perkembangan melalui tiga stadia yaitu telur - nimfa - dewasa (imago). Bentuk nimfa dan dewasa terutama dibedakan pada bentuk dan ukuran sayap serta ukuran tubuhnya. Beberapa jenis serangga anggota ordo Orthoptera ini adalah : Kecoa ( Periplaneta sp.) Belalang sembah/mantis ( Otomantis sp.) Belalang kayu ( Valanga nigricornis Drum.)
2.2.2. Ordo Orthoptera (bangsa belalang)
Sebagian anggotanya dikenal sebagai pemakan tumbuhan, namun ada beberapa di antaranya yang bertindak sebagai predator pada serangga lain. Anggota dari ordo ini umumnya memiliki sayap dua pasang. Sayap depan lebih sempit daripada sayap belakang dengan vena-vena menebal/mengeras dan disebut tegmina . Sayap belakang membranus dan melebar dengan vena-vena yang teratur. Pada waktu istirahat sayap belakang melipat di bawah sayap depan.
Alat-alat tambahan lain pada caput antara lain : dua buah (sepasang) mata facet, sepasang antene, serta tiga buah mata sederhana (occeli). Dua pasang sayap serta tiga pasang kaki terdapat pada thorax. Pada segmen (ruas) pertama abdomen terdapat suatu membran alat pendengar yang disebut tympanum . Spiralukum yang merupakan alat pernafasan luar terdapat pada tiap-tiap segmen abdomen maupun thorax. Anus dan alat genetalia luar dijumpai pada ujung abdomen (segmen terakhir abdomen).
Metamorfose sederhana (paurometabola) dengan perkembangan melalui tiga stadia yaitu telur - nimfa - dewasa (imago). Bentuk nimfa dan dewasa terutama dibedakan pada bentuk dan ukuran sayap serta ukuran tubuhnya. Beberapa jenis serangga anggota ordo Orthoptera ini adalah : Kecoa ( Periplaneta sp.) Belalang sembah/mantis ( Otomantis sp.) Belalang kayu ( Valanga nigricornis Drum.)
2.2.3. Ordo Hemiptera (bangsa kepik) / kepinding
Ordo ini memiliki anggota yang sangat besar serta sebagian besar anggotanya bertindak sebagai pemakan tumbuhan (baik nimfa maupun imago). Namun beberapa di antaranya ada yang bersifat predator yang mingisap cairan tubuh serangga lain. Umumnya memiliki sayap dua pasang (beberapa spesies ada yang tidak bersayap). Sayap depan menebal pada bagian pangkal ( basal ) dan pada bagian ujung membranus. Bentuk sayap tersebut disebut Hemelytra . Sayap belakang membranus dan sedikit lebih pendek daripada sayap depan.
Pada bagian kepala dijumpai adanya sepasang antene, mata facet dan occeli. Tipe alat mulut pencucuk pengisap yang terdiri atas moncong (rostum) dan dilengkapi dengan alat pencucuk dan pengisap berupa stylet. Pada ordo Hemiptera, rostum tersebut muncul pada bagian anterior kepala (bagian ujung). Rostum tersebut beruas-ruas memanjang yang membungkus stylet. Pada alat mulut ini terbentuk dua saluran, yakni saluran makanan dan saluran ludah.
Metamorfose bertipe sederhana (paurometabola) yang dalam perkembangannya melalui stadia : telur - nimfa - dewasa. Bentuk nimfa memiliki sayap yang belum sempurna dan ukuran tubuh lebih kecil dari dewasanya. Beberapa contoh serangga anggota ordo Hemiptera ini adalah Walang sangit ( Leptorixa oratorius Thumb.) Kepik hijau ( Nezara viridula L) Bapak pucung ( Dysdercus cingulatus F)
2.2.4. Ordo Homoptera (wereng, dan kutu)
Anggota ordo Homoptera memiliki morfologi yang mirip dengan ordo Hemiptera. Perbedaan pokok antara keduanya antara lain terletak pada morfologi sayap depan dan tempat pemunculan rostumnya. Sayap depan anggota ordo Homoptera memiliki tekstur yang homogen, bisa keras semua atau membranus semua, sedang sayap belakang bersifat membranus.
Alat mulut juga bertipe pencucuk pengisap dan rostumnya muncul dari bagian posterior kepala. Alat-alat tambahan baik pada kepala maupun thorax umumnya sama dengan anggota Hemiptera. Tipe metamorfose sederhana (paurometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur - nimfa - dewasa. Baik nimfa maupun dewasa umumnya dapat bertindak sebagai hama tanaman. Serangga anggota ordo Homoptera ini meliputi kelompok wereng dan kutu-kutuan, seperti : Wereng coklat ( Nilaparvata lugens Stal.) Kutu putih daun kelapa ( Aleurodicus destructor Mask.) Kutu loncat lamtoro ( Heteropsylla sp.).
2.2.5. Ordo Coleoptera (bangsa kumbang)
Anggota-anggotanya ada yang bertindak sebagai hama tanaman, namun ada juga yang bertindak sebagai predator (pemangsa) bagi serangga lain. Sayap terdiri dari dua pasang. Sayap depan mengeras dan menebal serta tidak memiliki vena sayap dan disebut elytra. Apabila istirahat, elytra seolah-olah terbagi menjadi dua (terbelah tepat di tengah-tengah bagian dorsal). Sayap belakang membranus dan jika sedang istirahat melipat di bawah sayap depan. Alat mulut bertipe penggigit-pengunyah , umumnya mandibula berkembang dengan baik.
Pada beberapa jenis, khususnya dari suku Curculionidae alat mulutnya terbentuk pada moncong yang terbentuk di depan kepala. Metamorfose bertipe sempurna (holometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur - larva - kepompong (pupa) - dewasa (imago). Larva umumnya memiliki kaki thoracal (tipe oligopoda), namun ada beberapa yang tidak berkaki (apoda). Kepompong tidak memerlukan pakan dari luar (istirahat) dan bertipe bebas/libera. Beberapa contoh anggotanya adalah : Kumbang badak ( Oryctes rhinoceros L) Kumbang janur kelapa ( Brontispa longissima Gestr) Kumbang buas (predator) Coccinella sp.
2.2.6. Ordo Lepidoptera (bangsa kupu/ngengat)
Dari ordo ini, hanya stadium larva (ulat) saja yang berpotensi sebagai hama, namun beberapa diantaranya ada yang predator. Serangga dewasa umumnya sebagai pemakan/pengisap madu atau nektar. Sayap terdiri dari dua pasang, membranus dan tertutup oleh sisik-sisik yang berwarna-warni. Pada kepala dijumpai adanya alat mulut seranga bertipe pengisap , sedang larvanya memiliki tipe penggigit .
Metamorfose bertipe sempurna (Holometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur – larva - kepompong - dewasa. Larva bertipe polipoda , memiliki baik kaki thoracal maupun abdominal, sedang pupanya bertipe obtekta. Beberapa jenisnya antara lain : Penggerek batang padi kuning ( Tryporiza incertulas Wlk) Kupu gajah ( Attacus atlas L) Ulat grayak pada tembakau ( Spodoptera litura).
2.2.7. Ordo Diptera (bangsa lalat, nyamuk)
Serangga anggota ordo Diptera meliputi serangga pemakan tumbuhan, pengisap darah, predator dan parasitoid. Serangga dewasa hanya memiliki satu pasang sayap di depan, sedang sayap belakang mereduksi menjadi alat keseimbangan berbentuk gada dan disebut halter . Pada kepalanya juga dijumpai adanya antene dan mata facet.
Metamorfosenya sempurna (holometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur - larva - kepompong - dewasa. Larva tidak berkaki (apoda biasanya hidup di sampah atau sebagai pemakan daging, namun ada pula yang bertindak sebagai hama, parasitoid dan predator. Pupa bertipe coartacta. Beberapa contoh anggotanya adalah : lalat buah ( Dacus spp.) lalat predator pada Aphis ( Asarcina aegrota F) lalat rumah ( Musca domestica Linn.) lalat parasitoid ( Diatraeophaga striatalis ). Ordo Hemiptera (bangsa kepik) / kepinding
Ordo ini memiliki anggota yang sangat besar serta sebagian besar anggotanya bertindak sebagai pemakan tumbuhan (baik nimfa maupun imago). Namun beberapa di antaranya ada yang bersifat predator yang mingisap cairan tubuh serangga lain. Umumnya memiliki sayap dua pasang (beberapa spesies ada yang tidak bersayap). Sayap depan menebal pada bagian pangkal ( basal ) dan pada bagian ujung membranus. Bentuk sayap tersebut disebut Hemelytra . Sayap belakang membranus dan sedikit lebih pendek daripada sayap depan.
Pada bagian kepala dijumpai adanya sepasang antene, mata facet dan occeli. Tipe alat mulut pencucuk pengisap yang terdiri atas moncong (rostum) dan dilengkapi dengan alat pencucuk dan pengisap berupa stylet. Pada ordo Hemiptera, rostum tersebut muncul pada bagian anterior kepala (bagian ujung). Rostum tersebut beruas-ruas memanjang yang membungkus stylet. Pada alat mulut ini terbentuk dua saluran, yakni saluran makanan dan saluran ludah.
Metamorfose bertipe sederhana (paurometabola) yang dalam perkembangannya melalui stadia : telur - nimfa - dewasa. Bentuk nimfa memiliki sayap yang belum sempurna dan ukuran tubuh lebih kecil dari dewasanya. Beberapa contoh serangga anggota ordo Hemiptera ini adalah Walang sangit ( Leptorixa oratorius Thumb.) Kepik hijau ( Nezara viridula L).
2.3. Tipe-tipe Perkembangan Hidup Serangga Hama
Serangga dalam perkembangannya menuju dewasa mengalami metamorfosis. Metamorfosis adalah perubahan bentuk serangga mulai dari larva sampai dewasa. Adapula serangga yang selama hidupnya tidak pernah mengalami metamorfosis, misal kutu buku (Episma saccharina). Berdasarkan metamorfisnya, serangga dibedakan atas dua kelompok, yaitu: Paurometabola dan Holometabola (Rioardi, 2009).
a. Paurometabola
Hemitabola/Paurometabola yaitu serangga yang mengalami metamorfosis tidak sempurna. Dalam daur hidupnya Paurometabola serangga mengalami tahapan perkembangan sebagai berikut:
• Telur
• Nimfa, ialah serangga muda yang mempunyai sifat dan bentuk sama dengan dewasanya. Difase ini serangga muda mengalami pergantian kulit.
• Imago (dewasa), ialah fase yang ditandai telah berkembangnya semua organ tubuh dengan baik, termasuk alat perkembangbiakan serta sayapnya.
b. Holometabola
Holometabola yaitu serangga yang mengalami metamorfosis sempurna. Tahapan dari daur serangga yang mengalami metamorfosis sempurna adalah telur – larva – pupa – imago. Larva adalah hewan muda yang bentuk dan sifatnya berbeda dengan dewasa. Pupa adalah kepompong dimana pada saat itu serangga tidak melakukan kegiatan, pada saat itu pula terjadi penyempurnaan dan pembentukan organ. Imago adalah fase dewasa atau fase perkembangbiakan.
2.4. Pengendalian Serangga Hama
Pengendalian hama tanaman merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dalam suatu usaha tani. Sesuai dengan tuntutan zaman, strategi dan tehnik pengendalian hama harus memenuhi syarat yang ada hubungannya dengan keamanan lingkungan dan keefektifitannya yang lestari tanpa efek samping yang membuat masalah perlindungan tanaman itu lebih kompleks.
Adapun cara pengendalian serangga hama yang tepat gar tidak merusak rantai makanan atau ekosistem adalah pengendalian hama secara terpadu (PHT). Pengendalian hama dapat dilakukan secara alami yaitu dengan memanfaatkan musuh alami atau yang lebih sering disebut dengan predator, rotasi dan pergiliran tanaman, penanaman varietas resisten, penanaman tanaman yang tidak disukai hama atau tanaman pagar, pengendalian secara fisik secara langsung ataupun dengan jebakan, pengendalian secara hayati dengan bahan buatan dari faktor hayati, dan pengendalian secara kimia yang teratur dan sesuai prosedur (Rioardi, 2009).
III. BAHAN DAN METODE
3.1. Waktu dan Tempat
Kegiatan praktikum Acara I (Mengenal Gejala Penyakit Tumbuhan) dilakukan dengan pengambilan sampel tanaman sakit dan bagian yang bergejala dari lapangan dan pengamatan dilaksanakan di Laboratorium Budidaya pertanian Fakultas Pertanian Unpar. Kegiatan dilaksanakan pada hari senin 14 April 2012 jam 13.15-14.55 WIB.
3.2. Bahan dan Alat
Adapun bahan yang digunakan adalah spesimen serangga hama (ordo orthoptera, hemiptera, homoptera, lepidoptera, diptera, dan coleoptera), alkohol. Sedangkan alat yang digunakan adalah toples, botol, cawan petri,pinset, dan lup.
3.3. Cara Kerja
Adapun cara kerja dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
a. Membuat hasil pengamatan dalam bentuk gambar dari masing-masing ordo serangga hama, yang digambar adalah :
• Bentuk serangga secara keseluruhan
• Per masing-masing bagian, yaitu sayap depan, sayap belakang, kepala (caput), dada (thorax), perut (abdomen), dan kaki.
• Melakukan pengklasifikasian (genus, spesies, ordo dan familia)
• Membuat resume singkat meliputi : gejala serangan, tanaman yang diserang, dan biologi serangga tersebut dan dicantumkan dalam laporan.
b. Menggambar hasil pengamatan (per kelompok) dibuat sebagian laporan sementara yang ditandatangani oleh asisten yang bertugas.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan
Dari Hasil Pengamatan Hama Penyakit (makroskopis) dan mikroskopis disajikan pada Tabel I berikut.
Tabel 1. Hasil Pengamatan Ordo Serangga Hama
NO Nama Serangga Ordo Serangga Tipe Perkembangan Tipe Alat Mulut Bagian tanaman yang terserang
1 Belalang Kayu (Valanga ningricornis) Orthoptera Peurometabola Nimfa dan imago menggigit mengunyah Daun Tanaman Bayam
2 Walang Sangit (Leptocorisa acuta) Hemiptera Peurometabola Menusuk menghisap Pada Tanaman Tomat
3 Kutu Daun (Aphis Sp) Homoptera Peurometabola Menusuk Menghisap Pada Daun jambu biji
4 Ulat Grayak (Spodoptera, sp) Lepidoptera Holometabola Menggigit menguyah Pada daun jagung
5 Lalat Buah (Dacus sp) Diptera Holometabola Menggigit menguyah dan menjilat Pada Buah Belimbing
6 Kumbang Kelapa (Oryctes rhinoceros) Cloeptera Holoemetabola Menggigit menguyah Pada tanaman kelapa
4.2. Pembahasan
4.2.1. Belalang Kayu (Valanga nigricornis)
(a) (b)
Gambar 1. (a) Belalang kayu, (b) Tanaman bayang yang diserang
Klasifikasi Hama Belalang:
Pylum : Arthopoda
Sub Filum : Mandibulata
Klas : Insect
Sub Klas : Pterygota
Ordo : Ortytoptera
Family : Acridiae
Genus : Valanga
Spesies : Valangga nigricornis
Daur Hidup dari ordo orthoptera (Valanga rignicornis) ini melewati masa perkembangan dengan tipe paurometabola yaitu melewati tahap telur, nimfa, dan kemudian imago. Imago ini yang kemudian kembali melakukan perkawinan dan bertelur serta meletakan telurnya di tanaman demikian siklus ini berjalan terus menerus.
Berdasarkan hasil pengamatan pada Ordo orthoptera yakni Belalang (Valanga nigricornis) secara umum morfologi hama serangga ini terdiri dari kepala (Caput) yang terdapat antena, dada (Toraks) terdapat enam kaki den sayap, dan perut (Abdomen) beruas. Caput meliputi antena dan mata majemuk, pada Toraks meliputi protoraks dan mesotoraks.
Tipe mulut pada belalang (Valanga nigricornis) merupakan bagian yang beruas-ruas yang terdiri dari tergum atau strenum, yang mana setiap strenum terdapat sigma, serta terdapat pula ovipositor yang berfungsi sebagai alat peletakkan telur (Ordo-ordo serangga, 2009).
Pengendalian Hama Belalang ini yaitu Telur belalang didalam tanah diambil, demikian juga nimfa yang ada diberikan kepada ayam, menyemprotkan phosdrin, diazinon, basudin, dan insektisida lainnya.
4.2.2. Walang Sangit (Leptocorisa acuta)
(a) (b)
Gambar 2. (a) Walang sangit, (b) tomat yang terserang
Klasifikasi Haman walang sangit;
Pylum : Arthopoda
Klas : Insecta
Sub Klas : Pterygota
Ordo ; Hemiptera
Family : Alydidae
Genus : Leptocarisa
Spesies : Leptocarisa accuta
Daur Hidup dari ordo hemiptera (Leptocorisa acuta) ini melewati masa perkembangan dengan tipe paurometabola yaitu melewati tahap telur, nimfa, dan kemudian imago. Imago ini yang kemudian kembali melakukan perkawinan dan bertelur serta meletakan telurnya di tanaman demikian siklus ini berjalan terus menerus secara berkesinambungan.
Berdasarkan hasil pengamatan pada Ordo Hemiptera yakni walang sangit (Leptocorixa acuta) secara umum morfologi hama serangga ini terdiri dari kepala (Caput), dada (Toraks), dan perut (Abdomen). Nama Hemiptera berarti "yang bersayap setengah". Nama itu diberikan karena serangga dari ordo ini memiliki sayap depan yang bagian pangkalnya keras seperti kulit, namun bagian belakangnya tipis seperti membran. Sayap depan ini pada sebagian anggota Hemiptera bisa dilipat di atas tubuhnya dan menutupi sayap belakangnya yang seluruhnya tipis dan transparan, sementara pada anggota Hemiptera lain sayapnya tidak dilipat sekalipun sedang tidak terbang. Ciri khas utama serangga anggota Hemiptera adalah struktur mulutnya yang berbentuk seperti jarum. Mereka menggunakan struktur mulut ini untuk menusuk ringanja dari makannya dan kemudian menghisap cairan di dalamnya (Rioardi, 2009).
Untuk walang sangit ini pengendaliannya dapat dilakukan secara manual namun cara pengendalian yang baik tergantung pada adalah Pengendalian hama terpadu tindakan ini adalah tindakan yang paling tepat dan merupakan tindakan yang bersifat fleksibel dalam menanggulangi hama yang menyerang tanaman terutama pada serangan yang disebabkan oleh walang sangit.
4.2.3. Kutu Daun (Aphis Sp)
(a) (b)
Gambar 3. (a) Kutu Daun, (b) Daun Jambu Biji Terserang
Klasifikasi Hama Kutu daun;
Pylum : Arthopoda
Klas : Insecta
Sub Klas : Apterygota
Ordo : Hemiptera
Family : Aphididae
Genus : Aphis
Spesies : Aphis, sp
Tanaman yang menjadi inang utama bagi kutu daun ini sebenarnya adalah jagung. Akan tetapi kutu ini memiliki inang alternative mulai dari tanaman padi sampai pada tanaman hutan seperti Acacia sp. Berdasarkan hasil pengamatan pada Ordo ini secara umum morfologi hama serangga ini terdiri dari kepala (Caput), dada (Toraks), dan perut (Abdomen).
Kutu ini menginfeksi semua bagian tanaman, akan tetapi infeksi terbanyak terjadi pada daun. Kutu ini selain merusak daun tanaman inangnya juga membawa sebagai vector dari berbagai macam virus penyakit. Populasi kutu ini dapat mengalami perkembangan yang pesat. Hal ini disebabkan oleh sifat perkembangbiakkannya yang parthenogenesis. Perkembangbiakan secara parthenogenesis memungkinkan suatu spesies untuk melestarikan jenisnya tanpa harus melakukan perkawinan (Kalshoven, 1981).
Daur hidup kutu ini dimulai dari telur, kemudian nympha, dan kutu dewasa. Pada fase nympha, kutu ini mengalami 4 tahapan.Tahapan pertama nympha akan tampak berwarna hijau cerah dan sudah terdapat antena. Tahap nympha kedua tampak berwarna hijau pale dan sudah tampak kepala, abdomen, mata berwarna merah, dan antenna yang terlihat lebih gelap dari pada warna tubuh. Pada tahap ketiga, antena akan terbagi menjadi 2 segmen, warna tubuh masih hijau pale dengan sedikit lebih gelap pada sisi lateral tubuhnya, kaki tampak lebih gelap daripada warna tubuh (Kalshoven, 1981).
Kutu dewasa ada beberapa yang memiliki sayap (alate) dan yang tidak memiliki saya (apterous). Sayap pada kutu ini memiliki panjang antara 0,04 to 0,088 inchi. Tubuh kutu dewasa berwarna kuning kehijauan sampai berwarna hijau gelap. Populasi kutu ini dapat dikontrol dengan kehadiran Aphelinus maidis. A. maidis akan memparasit kutu ini pada fase nympha. Selain itu, terdapat juga organisme predator seperti Allograpta sp. dan beberapa jenis kumbang (Kalshoven, 1981)
Untuk kutu daun ini cara pengendalian yang baik tergantung pada adalah Pengendalian hama terpadu tindakan ini adalah tindakan yang paling tepat dan merupakan tindakan yang bersifat fleksibel dalam menanggulangi hama yang menyerang tanaman terutama pada serangan yang disebabkan oleh kutu daun.
4.2.4. Ulat Grayak (Spodoptera spp)
(b) (b)
Gambar 4. (a) Ulat Grayak, (b) Daun jagung yang terserang
Klasifikasi Hama ulat grayak;
Pylum : Arthopoda
Klas : Insecta
Sub Klas : Pterygota
Ordo : Lepidoptera
Family : Noctuidae
Genus : Spodoptera
Spesies : Spodoptera litura
Ulat grayak dikenal dengan nama latin Leucania spp dan Spodoptera spp. Ulat “Grayak” sangat ditakuti oleh petani karena setiap musim panen hama ini selalu ada. Ulat “grayak” ini menyerang tanaman padi pada semua stadia. Serangan terjadi pada malam hari dan siang harinya, larva ulat “grayak” bersembunyi pada pangkal tanaman, dalam tanah atau di tempat-tempat yang tersembunyi.
Berdasarkan hasil pengamatan pada Ordo ini secara umum morfologi hama serangga ini terdiri dari kepala (Caput), dan perut (Abdomen). Serangga dewasa jenis Spodoptera litura, memiliki ukuran panjang badan 20 – 25 mm, berumur 5 – 10 hari dan untuk seekor serangga betina jenis ini dapat bertelur 1.500 butir dalam kelompok-kelompok 300 butir. Serangga ini sangat aktif pada malam hari, sementara pada siang hari serangga dewasa ini diam ditempat yang gelap dan bersembunyi.Serangga ini memiliki telur dengan bentuk bulat. Telur dari serangga Leucania separata susunannya diletakkan dalam 2 barisan dalam gulungan daun atau pada pangkal daun permukaan sebelah bawah, dengan ukuran 0,5 x 0,45 mm, berwarna putih abu-abu dan berubah menjadi kuning sebelum menetas. Sedangkan serangga Spodoptera F susunan telurnya diletakkan dalam kelompok tiap kelompok tersusun oleh 2 – 3 lapisan telur, dan kelompok telur tertutup oleh bulu-bulu pendek berwarna coklat kekuningan dengan umur telur 3 – 4 hari.
Larva Leucania separata memiliki jumlah instar 6 dengan ukuran instar 1 panjang 1,8 mm dan instar 6 panjang 30 – 35 mm berwarna hijau sampai merah jambu dan berumur 14 – 22 hari. Pada bagian punggungnya terdapat 4 garis berwarna hitam yang membujur sepanjang badan.Meskipun umur larva atau ulat grayak ini berkisar 20 – 26 hari, namun perlu diwaspadai karena larva atau ulat ini dapat menyerang hampir semua tanaman termasuk padi pada semua stadium pertumbuhan.
Daur atau iklus hidupnya setelah 20 – 26 hari ulat ini hidup dan menyerang tanaman, maka ia akan berubah menjadi kepompong dan selanjutnya berubah jadi kupu-kupu. Kupu-kupu bertelur dan setelah 4 – 5 hari akan menetas menjadi ulat atau larva yang akan menyerang tanaman.
Adapun cara pengendalian yang baik tergantung pada pengetahuan yang tentang biologi dan ekologi, terutama hubungan serangga hama dengan tanaman inang. Pengendalian hama terpadu merupakan tindakan yang bersifat fleksibel dalam menanggulangi hama yang menyerang tanaman.
4.2.5. Lalat Buah (Dacus sp)
(a) (b)
Gambar 5. (a) Lalat Buah, (b) Buah belimbing yang terserang
Klasifikasi Ilmiah
Kingdom : Animalia
Phyllum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
Famili : Drosophilidae
Genus : Drosophila
Spesies : Drosophila melanogaster
Lalat buah adalah organisme yang memiliki ciri yang sudah dikenal dan sesuai untuk penyelidikan genetika karena mudah berkembang biak dan memiliki siklus hidup singkat. Sepasang lalat buah dapat menghasilkan 300-400 butir telur. Siklus hidup drosophila terdiri atas stadium telur, larva, pupa, dan imago. Telur Drosophila sp. Telur Drosophila berukuran kira-kira 0,5 mm berbentuk lonjong, permukaan dorsal agak mendatar, sedangkan permukaan ventral agak membulat. Pada bagian anterodorsal terdapat sepasang filament yang fungsinya yang melekatkan diri pada permukaan, agar telur tidak tenggelam pada medium. Pada bagian ujung anterior terdapat lubang kecil yang disebut micropyle, yaitu tempat masuknya spermatozoa. Telur yang dikeluarkan dari tubuh biasanya sudah dalam tahap blastula. Dalam waktu 24 jam telur akan menetas menjadi larva. Larva yang menetas ini akan mengalami 2 kali pergantian kulit, sehingga periode stadium yang paling aktif. Larva kemudian menjadi pupa yang melekat pada permukaan yang relative kering, yaitu pada dinding botol kultur atau pada kertas saring. Pupa akan menetas menjadi imago setelah berumur 8-11 hari bergantung pada spesies dan suhu lingkungan. (http://supportme5.wordpress.com).
Dewasa pada Drosophila sp dalam satu siklus hidupnya berusia sekitar 9 hari. Setelah keluar dari pupa, lalat buah warnanya masih pucat dan sayapnya belum terbentang. Sementara itu, lalat betina akan kawin setelah berumur 8 jam dan akan menyimpan sperma dalam jumlah yang sangat banyak dari lalat buah jantan. Pada ujung anterior terdapat mikrophyle, tempat spermatozoa masuk ke dalam telur. Walaupun banyak sperma yang masuk ke dalam mikrophyle tapi hanya satu yang dapat berfertilisasi dengan pronuleus betina dan yang lainnya segera berabsorpsi dalam perkembangan jaringan embrio.
Pengendalian serangga hama ini adalah dengan pancingan minyak sereh wangi. Untuk membunuh lalat buah yang tertarik datang pada minyak sereh wangi yang diteteskan pada kapas, diperlukan bahan lain, misalnya deterjen atau bahan perekat. Dengan menambahkan bahan perekat pada tetesan minyak sereh wangi pada kapas ternyata dapat menambah keefektikan dalam mengendalikan populasi lalat buah jantan maupun betina.
4.2.6. Kumbang Kelapa (Oryctes rhinoceros)
(a) (b)
Gambar 6. (a) Kumbang kelapa, (b) Daun kelapa yang terserang
Sistematika kumbang kelapa menurut Kalshoven (1981) adalah sbb:
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Coleoptera
Famili : Scarabaeidae
Genus : Oryctes
Spesies : Oryctes rhinoceros L.
Oryctes rhinoceros L. Merupakan serangga yang mengalami metamorfosis sempurna yang daur Hidup dari ordo ini melewati masa perkembangan dengan tipe holometabola yaitu melewati tahap telur, larva, pupa dan kemudian imago. Imago ini yang kemudian kembali melakukan perkawinan dan bertelur serta meletakan telurnya di tanaman demikian siklus ini berjalan terus menerus secara berkesinambungan.
Berdasarkan hasil pengamatan pada Ordo Coleoptera yakni kumbang kelapa (Oryctes rhinocheros) secara umum morfologi hama serangga ini terdiri dari kepala (Caput), dada (Toraks), dan perut (Abdomen). Mo (1957) dan Anonim (1989), mengemukakan bahwa telur serangga ini berarna putih, bentuknya mula-mula oval, kemudian bulat dengan diameter kurang lebih 3 mm. Telur-telur ini diletakkan oleh serangga betina pada tempat yang baik dan aman (misalnya dalam pohon kelapa yang melapuk), setelah 2 minggu telur-telur ini menetas.
Rata-rata fekunditas seekor serangga betina berkisar antara 49-61 butir telur, sedangkan di Australia berkisar 51 butir telur, bahkan dapat mencapai 70 butir (Bedford, 1980). Stadium telur berkisar antara 11-13 hari, rata-rata 12 hari (Khalshoven, 1981). Sedangkan menurut suhadirman (1996), telur-telur menetas setelah 12 hari.
Larva yang baru menetas berwarna putih dan setelah dewasa berwarna putih kekuningan, warna bagian ekornya agak gelap dengan panjang 7-10 cm. Larva deasa berukuran panjang 12 mm dengan kepala berwarna merah kecoklatan. Tubuh bagian belakang lebih besar dari bagian depan. Pada permukaan tubuh larva terdapat bulu-bulu pendek dan pada bagian ekor bulu-bulu tersebut tumbuh lebih rapat. Stadium larva 4-5 bulan ( Suhadirman, 1996), bahkan adapula yang mencapai 2-4 bulan lamanya (Nayar, 1976). Stadium larva terdiri dari 3 instar yaitu instar I selama 11-21 hari, instar II selama 12-21 hari dan instar III selama 60-165 hari (Berdford,1980).
Menurut Mo (1975), kumbang O.rhinoceros pada bagian atas berwarna hitam mengkilat, bagian bawah coklat merah tua. Panjangnya 3-5 cm. Tanduk kumbang jantan lebih panjang dari tanduk betina. Pada kumbang betina terdapat bulu yang tumbuh pada ujung abdomennya, sedangkan pada kumbang jantan bulu-bulu tersebut hampir tidak ditemukan.
Tanaman yang diserang oleh O. Rhinocheros adalah kelapa biasa, kelapa sawit, Royal palm (Roestonea regia), Latanier palm (Livistona chinensis), Talipot palm (Corypha umbraculifera) dan Raphia palm (Raphia roffia) (Bedford, 1980), selain itu dapat juga menyerang tanaman sagu, tebu, nenas dan tanaman aloe (Nayar, 1976).
Cara pengendalian yang baik tergantung pada pengetahuan yang tentang biologi dan ekologi, terutama hubungan serangga hama dengan tanaman inang. Pengendalian hama terpadu merupakan tindakan yang bersifat fleksibel dalam menanggulangi hama yang menyerang tanaman. Cara dan saat perlakuan tergantung pada bebagai faktor yaitu luas serangan atau tingkat populasi dan faktor lingkungan
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil praktikum ini yaitu hama adalah organisme yang menyerang tanaman sehingga mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman menjadi terganggu, yang berdampak turunnya kualitas dan kuantitas serta kerugian ekonomis bagi manusia.
Hama terdapat dalam berbagai jenis, salah satunya yaitu hama serangga. Serangga (disebut pula Insecta, dibaca "insekta") adalah kelompok utama dari hewan beruas (Arthropoda) yang bertungkai enam (tiga pasang); karena itulah mereka disebut pula Hexapoda (dari bahasa Yunani, berarti "berkaki enam").
Hama terbagi dalam beberapa ordo yaitu ordo orthoptera, ordo hemiptera, ordo homoptera, ordo diptera, ordo lepidoptera, dan ordo coleoptera. Untuk mengendalikan serangga hama ini harus dilakukan dengn menggunakan konsep pengendalian hama secara terpadu yang tidak merusak ekosistem dan terputusnya rantai makanan.
5.2. Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan berkaitan dengan diadakannya praktikum ini adalah agar pada pertanian di indonesia pemerintah dapat membantu petani dalam menghadapi masalah serangga hama yang kadang kala masalah ini menjadi problem utama petani bahkan kerab petani menjadi gagal panen akibat serangannya.
Dalam tindakannya diharapkan pemerintah membantu petani secara efektif juga pengendaliannya didasarkan atas pengendalian hama terpadu yang tidak merusak keberlangsungan ekosistem dan rantai makanan agar tidak terputus. Hingga diakhirnya diharapkan petani-petani indonesia menjadi sukses di bidangnya.
DAFTAR PUSTAKA
Arief, arifin. 1994. Perlindungan Tanaman Hama Penyakit dan Gulma. Usaha Nasional. Surabaya.
Sudarmo, subiyakto. 1995. Pengendalian Hama dan Gulma Pada Tanaman Perkebunan. Kanius.Yogyakarta.
Hartati, 2009. Laporan Praktikum Zoologi. http:// biologi-staincrb.web.id. Di akses pada tanggal 19 April 2012.
Jumar. 2000. Entomologi Pertanian. Rineka cipta, Jakarta
Sumangun H. 2000. Penyakit-penyakit Tanaman Hortikultura Di Indonesia.
Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Rioardi, 2009. Ordo-Ordo Serangga. http://rioardi.wordpress.com. Di akses pada tanggal 19 April 2012.
Wikipedia. Homoptera. 2011. http://id.wikipedia.org/wiki/Homoptera. Di akses pada tanggal 19 April 2012.
Wikipedia. Hemiptera. 2011. http://id.wikipedia.org/wiki/Hemiptera. Di akses pada tanggal 19 April 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar