Senin, 17 Juni 2013

DASPERLINTAN "Mengenal Ordo Serangga Parasit dan Predator"

I.    PENDAHULUAN

1.1.    Latar Belakang
Populasi makhluk hidup di alam tidaklah statis, tetapi selalu dalam keadaan yang dinamis. Segala perubahan yang terjadi pada jumlah anggota populasi dan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut dipelajari dalam studi dinamika populasi. Komposisi makhluk di alam tidaklah stabil sesuai dengan ukuran populasi dan ukuran jenis individu makhluk hidup tersebut. Ukuran populasi makhluk hidup tergantung pada individu-individu yang lahir, mati, datang (imigrasi), dan pergi (emigrasi). Ukuran populasi akan bertambah dengan adanya kelahiran dan imigrasi, serta berkurang dengan adanya kematian dan emigrasi. Berbagai faktor lingkungan dapat bekerja sebagai suatu kekuatan alam yang mengakibatkan naik turunnya kelimpahan populasi sejenis makhluk hidup. Faktor-faktor lingkungan tersebut dapat membantu atau menghambat usaha pengendalian hama (Adisubroto, W. 1990).
Hampir semua orang kini menerima pandangan bahwa populasi makhluk hidup di alam diatur oleh faktor-faktor yang terkait dengan kepadatan. Faktor-faktor yang tidak terkait dengan kepadatan hanya dapat mengubah tetapi tidak mengatur kepadatan populasi makhluk hidup di alam. Peranan faktor biotik dan abiotik dalam menentukan ukuran populasi makhluk hidup di suatu ekosistem dapat digambarkan melalui skenario umpan balik lingkungan (environmental feedback). Persaingan antarindividu sejenis (intraspesifik) dalam memperebutkan sumber daya akan mengurangi ukuran populasi atau terjadi umpan balik negatif (negative feedback). Pada waktu ukuran populasi cukup rendah, maka kondisi lingkungan mulai pulih dan siklus yang sama akan terjadi lagi.
Dalam dunia pertanian khususnya di Indonesia kita mengenal beberapa aspek yang menentukan keberhasilan suatu usaha budidaya pertanian salah satu dari aspek tersebut adalah bagaimana cara menjaga baiknya pertumbuhan tanaman dengan mengendalikan hama dan penyakit yang akan mengganggu dan menyerang pertumbuhan dan perkembangan tanaman baik tanaman perkebunan ataupun tanaman hortikultura yang dapat mengakibatkan menurunnya mutu hasil produksi dari sebagian kualitas dan kwantitas hasil (Hartati, 2009).
Dalam pertanian Indonesia, hama adalah organisme pengganggu tanaman yang menimbulkan kerusakan secara fisik, dan ke dalamnya praktis adalah semua hewan yang menyebabkan kerugian dalam pertanian. Hama pada tanaman merupakan momok dalam budidaya tanaman meningkatkan hasil produksi. Penanggulangan hama dan penyakit yang tepat dan meminimalkan dampak negatif terhadap erorganisme-organisme biotik sebagai musuh alami menjadi prioritas penting dalam pengendalian.
Kerugian yang timbul akibat serangan hama menyebabkan kerugian baik terhadap nilai ekonomi produksi, pertumbuhan dan perkembangan tanaman, serta petani sebagai pelaku budiaya tanaman dengan kegagalan panen serta turunnya kwalitas dan kuantitas hasil panen. Pengendalian hama yang tidak sesuai dan tepat akan memberikan dampak kerugian yang lebih besar dari pada serangan hama itu sendiri terhadap tanaman.( Hartati, 2009).
Adapun peranan serangga predator dan serangga parasit ini adalah hidup dengan cara memakan serangga lain yang merugikan dibidang pertanian yang sering disebut dengan hama baik sebagian maupun seluruhnya. Perbedaan antara predator dan parasitoid terletak pada cara hidup dan cara memakan serangga lain tersebut. Predator umunya aktif dan mempunyai tubuh yang lebih besar dan lebih kuat dari serangga mangsanya, walaupun ada predator yang bersikap menunggu seperti belalang sembah. Istilah parasitoid digunakan untuk membedakannya dari istilah parasit sesungguhan seperti umum dijumpai pada hewan vertebrata. Predator dan parasitoid berperan penting sebagai agen pengendali alami di dalam ekosistem. Pada ekosistem buatan umumya kehidupan kelompok serangga ini sering terganggu oleh campur tangan manusia dalam kegiatan budi daya tanaman, terutama dalam penggunaan pestisida.
Adapun manfaat dalam mempelajari serangga predator dan serangga parasit di bidang pertanian adalah agar praktikan dapat mengenal serangga-serangga tersebut mulai dari jenis mulut, daur hidup, tipe perkembangbiakan dan siklus penyerangannya terhadap hama yang merugikan di bidang pertanian sehingga dapat diketahui cara pengembangannya dan mempertahankannya di ekosistem hingga dapat mengendalikan hama-hama lain yang merugikan di bidang pertanian.

1.2.    Tujuan
Adapun tujuan praaktikum kali ini adalah untuk mengetahui perbedaan lebih jelas antara serangga parasit dengan predator (dalam hal habitat, jumlah inang/mangsa, keaktifan dan ukuran tubuh) sehingga memudahkan identifikasi.


II.    TINJAUAN PUSTAKA
   
2.1.    Deskripsi Serangga Predator
 Musuh alami terdiri dari pemangsa/predator, parasitoid dan patogen. Pemangsa adalah binatang (serangga, laba-laba dan binatang lain) yang memakan binatang lain sehingga menyebabkan kematian. Kadang-kadang disebut “predator”. Predator berguna karena memakan hama tanaman.
Pemangsa atau yang sering disebut dengan predator adalah serangga atau hewan pemakan serangga yang selama masa hidupnya banyak memakan mangsa. Secara fisiologis, ciri pemangsa adalah bentuknya lebih besar dari mangsanya. Jenis pemangsa, antara lain kumbang, lalat, laba-laba, tawon, dan seranga-serangga kecil lainnya. Aktivitas serangga pemangsa hama tanaman yang disebut musuh-musuh alami (predator dan parasitor),secara tidak langsung ikut membantu manusia khususnya petani dalam menekan perkembangan hama tanaman.
Predator sebagai serangga liar yang berguna ini perlu mendapat perhatian kita karena seringkali akibat perbuatan manusia, jumlah musuh-musuh alami ini cenderung menjadi sedikit, bahkan musnah sama sekali. Kita sudah maklum bahwa hama tanaman merupakan salah satu penyebab rendahnya produksi tanaman. Penurunan hasil karena serangan hama dapat mencapai lebih dari 50%. Karena itu banyak dilakukan usaha-usaha untuk menanggulangi kehadiran hama tanaman. Usaha penanggulangannya dilakukan dengan berbagai cara, antara lain, yaitu dengan perbaikan cara bercocok tanam, menggunakan musuh alami, menggunakan pestisida, menanam varietas tahan, dan kombinasi dari cara-cara pengendalian tersebut. Semua orang mengira dan memang tidak kita sangsikan bahwa pestisida merupakan satu-satunya “alat” yang paling ampuh untuk mengendalikan serangan hama, terutama jika populasi serangga hama telah melampaui atau mencapai tingkat “ambang kerusakan ekonomi”, yaitu suatu tingkat serangan hama yang segera akan menyebabkan kerugian ekonomi apabila tidak dikendalikan. Namun, kenyataan menunjukkan bahwa penggunaan pestisida yang berspektrum luas secara terus-menerus dan berlebihan ternyata dapat menimbulkan dampak negatif antara lain yaitu serangga hama menjadi lebih tahan, pencemaran lingkungan, bahaya langsung terhadap pemakai, bahaya residu terhadap manusia dan hewan peliharaan, serta akibat yang lebih serius adalah matinya serangga berguna seperti predator, parasitoid dan serangga penyerbuk, dan selanjutnya dapat menimbulkan terjadinya peningkatan populasi hama setelah penggunaan pestisida (resurgensi) dan terjadinya ledakan hama sekunder.

2.2.    Deskripsi Serangga Parasit
Serangga parasit atau serangga parasitoid adalah serangga yang sebelum tahap dewasa berkembang pada atau di dalam tubuh inang (biasanya serangga juga). Parasitoid mempunyai karakteristik pemangsa karena membunuh inangnya dan seperti parasit karena hanya membutuhkan satu inang untuk tumbuh, berkembang, dan bermetamorfosis.
.Parasitoid sering juga disebut parasit. Kebanyakan serangga parasitoid hanya menyerang jenis /hama secara spesifik.Serangga parasitoid dewasa menyalurkan suatu cairan atau bertelur pada suatu hama sebagai inangnya. Ketika telur parasitoid menetas, larva akan memakan inang dan membunuhnya. Setelah itu keluar meninggalkan inang untuk menjadi kepompong lalu menjadi serangga lagi.
Sebagian besar parasitoid ditemukan di dalam dua kelompok utama bangsa serangga, yaitu Hymenoptera (lebah, tawon, semut, dan lalat gergaji) dan bangsa Diptera (lalat beserta kerabatnya). Meskipun tidak banyak, parasitoid juga ditemukan pada bangsa Coleoptera, Lepidoptera, dan Neuroptera. Sebagian besar serangga parasitoid yang bermanfaat adalah dari jenis-jenis tawon atau lalat.
Ada tiga bentuk partenogenesis yang dijumpai pada parasitoid, yaitu thelyotoky (semua keturunannya betina diploid tanpa induk jantan), deuterotoky (keturunannya sebagian besar betina diploid yang tidak mempunyai induk jantan dan jarang ditemukan jantan haploid), dan arrhenotoky (keturunan jantan haploid tidak mempunyai induk jantan, dan keturunan betinanya berasal dari induk betina dan jantan (diploid) (Sofa, 2008).
Parasitoid disebut internal atau endoparasitoid jika perkembangannya di dalam rongga tubuh inang dan eksternal atau ektoparasitoid apabila perkembangannya di luar tubuh inang. Parasitoid yang membunuh atau yang melumpuhkan inang setelah meletakkan telur disebut idiobiont. Parasitoid yang tidak membunuh atau tidak melumpuhkan secara permanen setelah melakukan oviposisi disebut koinobiont. Parasitoud yang menghasilkan hanya satu keturunan dari satu inang disebut soliter dan disebut gregarius kalau jumlah keturunan yang muncul lebih dari satu individu (tetapi berasal dari satu induk) per inang (Sofa, 2008).
Hiperparasitoid atau parasitoid sekunder adalah parasitoid yang menyerang parasitoid primer. Adelphoparasitoid adalah parasitoid jantan yang memparasiti larva betina dari jenisnya sendiri. Multiparasitisme adalah parasitisme terhadap inang yang sama oleh lebih dari satu jenis parasitoid primer, superparasitisme adalah parasitisme satu inang oleh banyak parasitoid dari jenis yang sama (Sofa, 2008).Parasitoid dianggap lebih baik daripada pemangsa sebagai agen pengendali hayati. Analisis terhadap introduksi musuh alami ke Amerika serikat menunjukkan bahwa keberhasilan penggunaan parasitoid dalam pengendalian hayati mencapai dua kali lebih besar daripada pemangsa.

2.3.    Golongan Serangga Predator
Adapun penggolongan serangga predator berdasarkan ordo adalah sebagai berikut :
2.3.1.    Ordo Orthoptera (bangsa belalang)
Sebagian anggotanya dikenal sebagai pemakan tumbuhan, namun ada beberapa di antaranya yang bertindak sebagai predator pada serangga lain. Anggota dari ordo ini umumnya memilki sayap dua pasang. Sayap depan lebih sempit daripada sayap belakang dengan vena-vena menebal/mengeras dan disebut tegmina . Sayap belakang membranus dan melebar dengan vena-vena yang teratur. Pada waktu istirahat sayap belakang melipat di bawah sayap depan.
Alat-alat tambahan lain pada caput antara lain : dua buah (sepasang) mata facet, sepasang antene, serta tiga buah mata sederhana (occeli). Dua pasang sayap serta tiga pasang kaki terdapat pada thorax. Pada segmen (ruas) pertama abdomen terdapat suatu membran alat pendengar yang disebut tympanum . Spiralukum yang merupakan alat pernafasan luar terdapat pada tiap-tiap segmen abdomen maupun thorax. Anus dan alat genetalia luar dijumpai pada ujung abdomen (segmen terakhir abdomen).
Ada mulutnya bertipe penggigit dan penguyah yang memiliki bagian-bagian labrum, sepasang mandibula, sepasang maxilla dengan masing-masing terdapat palpus maxillarisnya, dan labium dengan palpus labialisnya.
Metamorfose sederhana (paurometabola) dengan perkembangan melalui tiga stadia yaitu telur —> nimfa —> dewasa (imago). Bentuk nimfa dan dewasa terutama dibedakan pada bentuk dan ukuran sayap serta ukuran tubuhnya. Beberapa jenis serangga anggota ordo Orthoptera ini adalah : Kecoa ( Periplaneta sp.), Belalang sembah/mantis ( Otomantis sp.), dan Belalang kayu ( Valanga nigricornis Drum.)

2.3.2.    Ordo Hemiptera (bangsa kepik) / kepinding
Ordo ini memiliki anggota yang sangat besar serta sebagian besar anggotanya bertindak sebagai pemakan tumbuhan (baik nimfa maupun imago). Namun beberapa di antaranya ada yang bersifat predator yang mingisap cairan tubuh serangga lain. Umumnya memiliki sayap dua pasang (beberapa spesies ada yang tidak bersayap). Sayap depan menebal pada bagian pangkal ( basal ) dan pada bagian ujung membranus. Bentuk sayap tersebut disebut Hemelytra . Sayap belakang membranus dan sedikit lebih pendek daripada sayap depan. Pada bagian kepala dijumpai adanya sepasang antene, mata facet dan occeli. Tipe alat mulut pencucuk pengisap yang terdiri atas moncong (rostum) dan dilengkapi dengan alat pencucuk dan pengisap berupa stylet. Pada ordo Hemiptera, rostum tersebut muncul pada bagian anterior kepala (bagian ujung). Rostum tersebut beruas-ruas memanjang yang membungkus stylet.
Metamorfose bertipe sederhana (paurometabola) yang dalam perkembangannya melalui stadia : telur —> nimfa —> dewasa. Bnetuk nimfa memiliki sayap yang belum sempurna dan ukuran tubuh lebih kecil dari dewasanya. Beberapa contoh serangga anggota ordo Hemiptera ini adalah Walang sangit ( Leptorixa oratorius Thumb.), Kepik hijau ( Nezara viridula L), dan Bapak pucung ( Dysdercus cingulatus F)

2.3.3.    Ordo Coleoptera (bangsa kumbang)
Anggota-anggotanya ada yang bertindak sebagai hama tanaman, namun ada juga yang bertindak sebagai predator (pemangsa) bagi serangga lain. Sayap terdiri dari dua pasang. Sayap depan mengeras dan menebal serta tidak memiliki vena sayap dan disebut elytra. Apabila istirahat, elytra seolah-olah terbagi menjadi dua (terbelah tepat di tengah-tengah bagian dorsal). Sayap belakang membranus dan jika sedang istirahat melipat di bawah sayap depan. Alat mulut bertipe penggigit-pengunyah, umumnya mandibula berkembang dengan baik. Pada beberapa jenis, khususnya dari suku Curculionidae alat mulutnya terbentuk pada moncong yang terbentuk di depan kepala. Metamorfose bertipe sempurna (holometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur —> larva —> kepompong (pupa) —> dewasa (imago). Larva umumnya memiliki kaki thoracal (tipe oligopoda), namun ada beberapa yang tidak berkaki (apoda). Kepompong tidak memerlukan pakan dari luar (istirahat) dan bertipe bebas/libera. Beberapa contoh anggotanya adalah Kumbang badak ( Oryctes rhinoceros L), Kumbang janur kelapa ( Brontispa longissima Gestr), dan Kumbang buas (predator) Coccinella sp.
2.3.4.    Ordo Diptera (bangsa lalat, nyamuk)
Serangga anggota ordo Diptera meliputi serangga pemakan tumbuhan, pengisap darah, predator dan parasitoid. Serangga dewasa hanya memiliki satu pasang sayap di depan, sedang sayap belakang mereduksi menjadi alat keseimbangan berbentuk gada dan disebut halter . Pada kepalanya juga dijumpai adanya antene dan mata facet. Tipe alat mulut bervariasi, tergantung sub ordonya, tetapi umumnya memiliki tipe penjilat-pengisap, pengisap, atau pencucuk pengisap. Pada tipe penjilat pengisap alat mulutnya terdiri dari tiga bagian yaitu bagian pangkal yang berbentuk kerucut disebut rostum, bagian tengah yang berbentuk silindris disebut haustellum, dan bagian ujung yang berupa spon disebut labellum atau oral disc .
Metamorfosenya sempurna (holometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur —> larva —> kepompong —> dewasa. Larva tidak berkaki (apoda _ biasanya hidup di sampah atau sebagai pemakan daging, namun ada pula yang bertindak sebagai hama, parasitoid dan predator. Pupa bertipe coartacta. Beberapa contoh anggotanya adalah lalat buah ( Dacus spp.), lalat predator pada Aphis ( Asarcina aegrota F), lalat parasitoid ( Diatraeophaga striatalis ), dan lalat rumah ( Musca domestica Linn.).

2.3.5.    Ordo Lepidoptera (bangsa kupu/ngengat)
Dari ordo ini, hanya stadium larva (ulat) saja yang berpotensi sebagai hama , namun beberapa diantaranya ada yang predator. Serangga dewasa umumnya sebagai pemakan/pengisap madu atau nektar. Sayap terdiri dari dua pasang, membranus dan tertutup oleh sisik-sisik yang berwarna-warni. Pada kepala dijumpai adanya alat mulut seranga bertipe pengisap , sedang larvanya memiliki tipe penggigit . Pada serangga dewasa, alat mulut berupa tabung yang disebut proboscis, palpus maxillaris dan mandibula biasanya mereduksi, tetapi palpus labialis berkembang sempurna.
Metamorfose bertipe sempurna (Holometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur —> larva —> kepompong —> dewasa. Larva bertipe polipoda , memiliki baik kaki thoracal maupun abdominal, sedang pupanya bertipe obtekta. Beberapa jenisnya antara lain Penggerek batang padi kuning ( Tryporiza incertulas Wlk), Kupu gajah ( Attacus atlas L), dan Ulat grayak pada tembakau ( Spodoptera litura ).

2.3.6.    Ordo Odonata (bangsa capung/kinjeng)
Memiliki anggota yang cukup besar dan mudah dikenal. Sayap dua pasang dan bersifat membranus. Pada capung besar dijumpai vena-vena yang jelas dan pada kepala dijumpai adanya mata facet yang besar. Metamorfose tidak sempurna (Hemimetabola), pada stadium larva dijumpai adanya alat tambahan berupa insang dan hidup di dalam air. Anggota-anggotanya dikenal sebagai predator pada beberapa jenis serangga keecil yang termasuk hama , seperti beberapa jenis trips, wereng, kutu loncat serta ngengat penggerek batang padi (Kunte, 2008).

2.4.    Golongan Serangga Parasit
Sebagian besar parasitoid ditemukan di dalam dua kelompok utama bangsa serangga, yaitu Hymenoptera (lebah, tawon, semut, dan lalat gergaji) dan bangsa Diptera (lalat beserta kerabatnya). Adapun penggolongan serangga predator berdasarkan ordo adalah sebagai berikut :
2.4.1.    Ordo Diptera (bangsa lalat, nyamuk)
Dari bangsa Diptera hanya suku Tachinidae yang paling penting di dalam pengendalian alami dan hayati hama pertanian dan kehutanan. Serangga anggota ordo Diptera meliputi serangga pemakan tumbuhan, pengisap darah, predator dan parasitoid. Serangga dewasa hanya memiliki satu pasang sayap di depan, sedang sayap belakang mereduksi menjadi alat keseimbangan berbentuk gada dan disebut halter . Pada kepalanya juga dijumpai adanya antene dan mata facet. Tipe alat mulut bervariasi, tergantung sub ordonya, tetapi umumnya memiliki tipe penjilat-pengisap, pengisap, atau pencucuk pengisap. Pada tipe penjilat pengisap alat mulutnya terdiri dari tiga bagian yaitu bagian pangkal yang berbentuk kerucut disebut rostum, bagian tengah yang berbentuk silindris disebut haustellum, dan bagian ujung yang berupa spon disebut labellum atau oral disc .
Metamorfosenya sempurna (holometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur —> larva —> kepompong —> dewasa. Larva tidak berkaki (apoda _ biasanya hidup di sampah atau sebagai pemakan daging, namun ada pula yang bertindak sebagai hama, parasitoid dan predator. Pupa bertipe coartacta. Beberapa contoh anggotanya adalah lalat buah ( Dacus spp.), lalat predator pada Aphis ( Asarcina aegrota F), lalat parasitoid ( Diatraeophaga striatalis ), dan lalat rumah ( Musca domestica Linn.).

2.4.2.    Ordo Hymenoptera (bangsa tawon, tabuhan, semut)
Kelompok terbesar parasitoid, yaitu bangsa Hymenoptera merupakan kelompok yang sangat penting. Dua suku utama dari supersuku Ichneumonoidea, yaitu Braconidae dan Ichneumonidae, sangat penting dalam pengendalian alami dan hayati. Dari supersuku Chalcidoidea yang dianggap sebagai kelompok parasitoid paling penting dalam pengendalian alami dan hayati adalah Mymaridae, Trichogrammatidae, Eulophidae, Pteromalidae, Encyrtidae, dan Aphelinidae. Kebanyakan dari anggotanya bertindak sebagai predator/parasitoid pada serangga lain dan sebagian yang lain sebagai penyerbuk. Sayap terdiri dari dua pasang dan membranus. Sayap depan umumnya lebih besar daripada sayap belakang. Pada kepala dijumpai adanya antene (sepasang), mata facet dan occelli. Tipe alat mulut penggigit atau penggigit-pengisap yang dilengkapi flabellum sebagai alat pengisapnya.
Pada ordo ini metamorfose sempurna (Holometabola) yang melalui stadia : telur-> larva–> kepompong —> dewasa. Anggota famili Braconidae, Chalcididae, Ichnemonidae, Trichogrammatidae dikenal sebagai tabuhan parasit penting pada hama tanaman. Beberapa contoh anggotanya antara lain adalah. Apanteles artonae Rohw. (tabuhan parasit ulat Artona), Tetratichus brontispae Ferr. (parasit kumbang Brontispa), dan Trichogramma sp. (parasit telur penggerek tebu/padi).

2.5.    Daur Hidup Serangga Predator
2.5.1.    Ordo Orthoptera (bangsa belalang)
Metamorfose sederhana (paurometabola) dengan perkembangan melalui tiga stadia yaitu telur —> nimfa —> dewasa (imago). Bentuk nimfa dan dewasa terutama dibedakan pada bentuk dan ukuran sayap serta ukuran tubuhnya.
 Telur diletakkan pada tanaman dalam semacam “bungkus” khusus. Bungkus dikeluarkan dari ekor betina dalam bentuk campuran telur dan cairan khusus yang kemudian menjadi kering dan keras. Telur dilindungi dalam bungkus itu hingga menetas. Masing-masing bungkus dapat berisi 200 telur. Nimfa keluar dari bungkus telur secara berurutan dari lubang yang sama. Nimfa kelihatan seperti dewasa kecuali ukurannya lebih kecil dan sayap belum sempurna. Nimfa berganti kulit beberapa kali. Pada waktu kawin, biasanya betina dewasa memakan jantan mulai dari kepalanya. Kemudian, betina mengeluarkan bungkus” telur.

2.5.2.    Ordo Hemiptera (bangsa kepik) / kepinding
Metamorfose bertipe sederhana (paurometabola) yang dalam perkembangannya melalui stadia : telur —> nimfa —> dewasa. Bnetuk nimfa memiliki sayap yang belum sempurna dan ukuran tubuh lebih kecil dari dewasanya.
Beberapa jenis kepik meletakkan kumpulan telur pada permukaan tanaman. Jenis lain meletakkan telur secara terpisah. Nimfa kepik leher bentuknya mirip dengan dewasa, tetapi lebih kecil dan tidak mempunyai sayap sempurna , jadi tidak dapat terbang. Debu dan kotoran menempel pada badan beberapa jenis, sehingga tersamar. Banyak jenis kepik leher dewasa berwarna coklat atau hitam, tetapi ada juga yang berwarna terang, ada pula yang berbentuk aneh, seperti daun kering.

2.5.3.    Ordo Coleoptera (bangsa kumbang)
Metamorfose bertipe sempurna (holometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur —> larva —> kepompong (pupa) —> dewasa (imago). Larva umumnya memiliki kaki thoracal (tipe oligopoda), namun ada beberapa yang tidak berkaki (apoda). Kepompong tidak memerlukan pakan dari luar (istirahat) dan bertipe bebas/libera.
Setelah keluar dari telur, larva sangat aktif, mencari mangsa seperti ulat dan serangga lain pada tanah dan tanaman. Larva biasanya berwarna hitam atau coklat. Tubuh larva panjang, dengan sekitar 12 ruas yang mudah dilihat. Larva menjadi kepompong, dan kumbang dewasa yang keluar dapat hidup lebih dari setahun.

2.5.4.    Ordo Lepidoptera (bangsa kupu/ngengat)
Metamorfose bertipe sempurna (Holometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur —> larva —> kepompong —> dewasa. Larva bertipe polipoda , memiliki baik kaki thoracal maupun abdominal, sedang pupanya bertipe obtekta.
Kupu-kupu dewasa atau imago meletakkan telurnya di berbagai tempat terutama di bagian tanaman saperti buah, kemudian telur ini menetas menjadi larva yang kebanyakan menjadi hama tanaman meskipun sebagian menjadi predator. Setelah itu larva ini berubah menjadi kepompong untuk menuju proses dewasa. Setelah mencapai imago dan siap kawin siklus ini berjalan terus menerus.

2.5.5.    Ordo Diptera (bangsa lalat, nyamuk)
Metamorfosenya sempurna (holometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur —> larva —> kepompong —> dewasa. Larva tidak berkaki (apoda _ biasanya hidup di sampah atau sebagai pemakan daging, namun ada pula yang bertindak sebagai hama , parasitoid dan predator. Pupa bertipe coartacta.
Lalat dewasa meletakkan telur di dalam kolam air atau kayu lapuk. Larva dapat hidup di air, kayu lapuk, batang rumput-rumputan, di bawah kayu dan juga ada yang bersifat parasit. Setelah larva berganti kulit beberapa kali, dia menjadi kepompong.

2.5.6.    Ordo Hymenoptera (bangsa tawon, tabuhan, semut)
Metamorfose sempurna (Holometabola) yang melalui stadia : telur-> larva–> kepompong —> dewasa. Anggota famili Braconidae, Chalcididae, Ichnemonidae, Trichogrammatidae dikenal sebagai tabuhan parasit penting pada hama tanaman.
Ratu tawon meletakkan sebutir telur dalam setiap lubang atau sel di sarang itu dan kemudian menetas menjadi larva yang diberi makan oleh kaum pekerja di dalam sarang. Telur menetas dan tawon pekerja membawa potongan tubuh ulat atau serangga lain untuk makanan larva. Madu juga dibawa untuk makanan larva. Setelah keluar dari kepompong, tabuhan ini muncul sebagai tawon pekerja yang baru. Ia meneruskan hidupnya sebagai pekerja dewasa, dan ikut mencari makanan untuk sarang. Tawon pekerja tidak kawin. Hanya ratu saja yang kawin dan meletakkan telur.

2.5.7.    Ordo Odonata (bangsa capung/kinjeng)
Metamorfose tidak sempurna (Hemimetabola), pada stadium larva dijumpai adanya alat tambahan berupa insang dan hidup di dalam air. Anggota-anggotanya dikenal sebagai predator pada beberapa jenis serangga keecil yang termasuk hama , seperti beberapa jenis trips, wereng, kutu loncat serta ngengat penggerek batang padi (Kunte, 2008).
Capung besar dan capung jarum melewatkan masa remajanya dalam air seperti: sawah, kolam atau sungai. Capung betina meletakkan telur di dalam air, dan telur menetas di sana. Nimfa melata di tanaman dan ranting di bawah permukaan air dalam kolam, sungai atau sawah. Nimfa capung menangkap dan memakan binatang air,seperti serangga kecil, bibit ikan kecil, jentik nyamuk dan kecebong. Jika sudah besar, nimfa melata ke luar air (biasanya pada buluh) dan melepaskan kulitnya menjadi dewasa yang bersayap. Ia memompa cairan ke dalam urat sayap untuk membuka sayapnya. Kadang-kadang terlihat dua capung yang ekornya disambung. Capung ini sedang kawin untuk menghasilkan generasi baru serangga yang indah dan berguna ini.

2.6.    Daur Hidup Serangga Parasit
2.6.1.    Ordo Diptera (bangsa lalat, nyamuk)
Metamorfosenya sempurna (holometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur —> larva —> kepompong —> dewasa. Larva tidak berkaki (apoda _ biasanya hidup di sampah atau sebagai pemakan daging, namun ada pula yang bertindak sebagai hama , parasitoid dan predator. Pupa bertipe coartacta.
Lalat dewasa meletakkan telur di dalam kolam air atau kayu lapuk. Larva dapat hidup di air, kayu lapuk, batang rumput-rumputan, di bawah kayu dan juga ada yang bersifat parasit. Setelah larva berganti kulit beberapa kali, dia menjadi kepompong.

2.6.2.    Ordo Hymenoptera (bangsa tawon, tabuhan, semut)
Pada ordo ini metamorfose sempurna (Holometabola) yang melalui stadia : telur-> larva–> kepompong —> dewasa. Anggota famili Braconidae, Chalcididae, Ichnemonidae, Trichogrammatidae dikenal sebagai tabuhan parasit penting pada hama tanaman.
Ratu tawon meletakkan sebutir telur dalam setiap lubang atau sel di sarang itu dan kemudian menetas menjadi larva yang diberi makan oleh kaum pekerja di dalam sarang. Telur menetas dan tawon pekerja membawa potongan tubuh ulat atau serangga lain untuk makanan larva. Madu juga dibawa untuk makanan larva. Setelah keluar dari kepompong, tabuhan ini muncul sebagai tawon pekerja yang baru. Ia meneruskan hidupnya sebagai pekerja dewasa, dan ikut mencari makanan untuk sarang. Tawon pekerja tidak kawin. Hanya ratu saja yang kawin dan meletakkan telur.



III.    BAHAN DAN METODE

3.1.    Waktu dan Tempat
Kegiatan praktikum Acara III (Mengenal Ordo Serangga Parasit dan Predator) dilakukan dengan pengambilan sampel tanaman sakit dan bagian yang bergejala dari lapangan  dan pengamatan dilaksanakan di Laboratorium Budidaya pertanian Fakultas Pertanian Unpar. Kegiatan dilaksanakan pada hari senin 23 April 2012 jam 13.15-14.55 WIB.

3.2.    Bahan dan Alat
Adapun bahan yang digunakan adalah spesimen serangga predator dan spesimen seranga parasit.
Sedangkan alat yang digunakan adalah mikroskop stereo,lup, alat gambar, dan alat tulis.

3.3.    Cara Kerja
Adapun cara kerja dari praktikum ini adalah membuat hasil pengamatan dalam bentuk gambar, yaitu :
a.    Bentuk serangga secara utuh.
b.    Masing-masing bagian (sayap depan dan belakang, kepala (caput), dada (thorax), perut (abdomen), dan kaki .
c.    Melakukan pengklasifikasian (spesies, genus, ordo, dan familia), serta biologi serangga tersebut (telur-larva-pupa-imago atau telur-nimfa-imago) pada serangga predator dan mangsanya, serangga parasit dengan inangnya.
d.    Membuat resume singkat yang menyangkut perbedaan serangga parasit dan predator tersebut (habitat, jumlah inang/mangsa, keaktifan, dan ukuran tubuh) dan dicantumkan ke dalam laporan.


IV.    HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.    Hasil Pengamatan
Dari hasil pengamatan serangga parasite dan serangga predator disajikan pada Tabel I berikut.
Tabel 1. Hasil Pengamatan Ordo Serangga Parasit dan Predator
Nama Serangga    Ordo Serangga    Tipe Perkem
bangbiakan    Tipe Alat Mulut    Golongan
Serangga    Mangsa/
Inang
Belalang Sembah (Hierodula vitrea)    Orthoptera    Peurometabola    Nimfa dan imago menggigit mengunyah    Predator    Walang
Sangit
Capung (Agriocermis fygmae )    Odonata    Peurometabola    Menggigit
Mengunyah    Perdator    Kutu Daun
Kelapa
 Kumbang Lembing
(Coccinella  Sp)    Homoptera    Holometabola    Menggigit
Mengunyah    Predator    Lalat
Buah
Pinggang
Ramping (Xantopinepla Sp )    Hymenoptera    Paurometabola    Menusuk
Menghisap    Parasit    Kumbang
Kelapa
Lalat Buas (Laptogaster sp)    Diptera    Holometabola    Menggigit menguyah dan menjilat    Predator    Kutu Loncat Pemakan Daun Lamtoro
4.2.    Pembahasan
4.2.1.    Ordo Orthoptera (bangsa belalang)

Belalang Sembah (Hierodula vitrea)

Klasifikasi Predator Belalang Sembah:
Pylum    :    Arthopoda
Sub Filum    :    Mandibulata
Klas        :    Insect
Sub Klas    :    Pterygota
Ordo    :    Ortytoptera
Family    :    Mantidae
Genus    :    Hierodula
Spesies    :    Hierodula vitrea

Metamorfose sederhana (paurometabola) dengan perkembangan melalui tiga stadia yaitu telur —> nimfa —> dewasa (imago). Bentuk nimfa dan dewasa terutama dibedakan pada bentuk dan ukuran sayap dan juga pada ukuran tubuhnya.
Pada daur hidupnya telur diletakkan pada tanaman dalam semacam “bungkus” khusus. Bungkus dikeluarkan dari ekor betina dalam bentuk campuran telur dan cairan khusus yang kemudian menjadi kering dan keras. Telur dilindungi dalam bungkus itu hingga menetas. Masing-masing bungkus dapat berisi 200 telur. Nimfa keluar dari bungkus telur secara berurutan dari lubang yang sama. Nimfa kelihatan seperti dewasa kecuali ukurannya lebih kecil dan sayap belum sempurna. Nimfa berganti kulit beberapa kali. Pada waktu kawin, biasanya betina dewasa memakan jantan mulai dari kepalanya. Kemudian, betina mengeluarkan bungkus” telur.
Berdasarkan hasil pengamatan pada Ordo orthoptera yakni Belalang sembah (Hierodula vitrea) secara umum morfologi hama serangga ini terdiri dari kepala (Caput) yang terdapat antena, dada (Toraks) terdapat enam kaki den sayap, dan perut (Abdomen) beruas. Caput meliputi antena dan mata majemuk, pada Toraks meliputi protoraks dan mesotoraks.
Tipe mulut pada belalang (Hierodula vitrea) merupakan bagian yang beruas-ruas yang terdiri dari tergum atau strenum, yang mana setiap strenum terdapat sigma, serta terdapat pula ovipositor yang berfungsi sebagai alat peletakkan telur (Ordo-ordo serangga, 2009).
Serangga ini bertindak sebagai predator pada serangga hama lain. Anggota dari ordo ini umumnya memilki sayap dua pasang. Sayap depan lebih sempit daripada sayap belakang dengan vena-vena menebal/mengeras dan disebut tegmina. Sayap belakang membranus dan melebar dengan vena-vena yang teratur.
Belalang sembah dilestarikan dengan cara Konservasi, yakni upaya pelestarian keberadaan musuh alami di suatu wilayah dengan antara lain melalui pengelolaan habitat. Dapat juga dengan augmentasi, yaitu belalang sembah lokal yang telah ada diperbanyak secara massal pada kondisi yang terkontrol di laboratorium sehingga dapat dilepas kelapangan.




4.2.2.    Ordo Coleoptera (bangsa kumbang)

Gambar 2. Kumbang Lembing (Monochillus scymoculatus)

Klasifikasi Ilmiah
Kingdom             :     Animalia
Phyllum               :     Arthropoda
Kelas                   :     Insecta
Ordo                    :     Coleoptera
Famili                  :     Cocultopdoe
Genus                  :     Monochillus
Spesies                :     Monochillus scymoculatus

Metamorfose bertipe sempurna (holometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur —> larva —> kepompong (pupa) —> dewasa (imago). Larva umumnya memiliki kaki thoracal (tipe oligopoda), namun ada beberapa yang tidak berkaki (apoda). Kepompong tidak memerlukan pakan dari luar (istirahat) dan bertipe bebas/libera.
Setelah keluar dari telur, larva sangat aktif, mencari mangsa seperti ulat dan serangga lain pada tanah dan tanaman. Larva biasanya berwarna hitam atau coklat. Tubuh larva panjang, dengan sekitar 12 ruas yang mudah dilihat. Larva menjadi kepompong, dan kumbang dewasa yang keluar dapat hidup lebih dari setahun.
Anggota-anggotanya ada yang bertindak sebagai hama tanaman, namun ada juga yang bertindak sebagai predator (pemangsa) bagi serangga lain. Sayap terdiri dari dua pasang. Sayap depan mengeras dan menebal serta tidak memiliki vena sayap dan disebut elytra. Apabila istirahat, elytra seolah-olah terbagi menjadi dua (terbelah tepat di tengah-tengah bagian dorsal). Sayap belakang membranus dan jika sedang istirahat melipat di bawah sayap depan. Alat mulut bertipe penggigit-pengunyah, umumnya mandibula berkembang dengan baik. Pada beberapa jenis, khususnya dari suku Curculionidae alat mulutnya terbentuk pada moncong yang terbentuk di depan kepala.
Untuk pelestarian kumbang lembing ini sendiri adalah dengan upaya sedapat mungkin untuk tidak sampai mematikan serangga ini baik dalam perlakuan pada usahatani dan juga melakukan pelestarian dengan cara pengembangan skala wilayah area predator ini kewilayah baru sehingga populasi serangga ini dapat meningkat.

4.2.3.    Ordo Odonata (bangsa capung/kinjeng)

Gambar 3. Capung Jarum (Agriocermis fygmae)


Klasifikasi Ilmiah
Kingdom             :     Animalia
Phyllum               :     Arthropoda
Kelas                   :     Insecta
Ordo                    :     Odonata
Famili                  :     Coenayrionidae
Genus                  :     Agriocermis
Spesies                :     Agriocermis fygmae
Metamorfose tidak sempurna (Hemimetabola), pada stadium larva dijumpai adanya alat tambahan berupa insang dan hidup di dalam air. Anggota-anggotanya dikenal sebagai predator pada beberapa jenis serangga keecil yang termasuk hama , seperti beberapa jenis trips, wereng, kutu loncat serta ngengat penggerek batang padi (Kunte, 2008).
Capung besar dan capung jarum melewatkan masa remajanya dalam air seperti: sawah, kolam atau sungai. Capung betina meletakkan telur di dalam air, dan telur menetas di sana. Nimfa melata di tanaman dan ranting di bawah permukaan air dalam kolam, sungai atau sawah. Nimfa capung menangkap dan memakan binatang air,seperti serangga kecil, bibit ikan kecil, jentik nyamuk dan kecebong. Jika sudah besar, nimfa melata ke luar air (biasanya pada buluh) dan melepaskan kulitnya menjadi dewasa yang bersayap. Ia memompa cairan ke dalam urat sayap untuk membuka sayapnya. Kadang-kadang terlihat dua capung yang ekornya disambung. Capung ini sedang kawin untuk menghasilkan generasi baru serangga yang indah dan berguna ini.
Memiliki anggota yang cukup besar dan mudah dikenal. Sayap dua pasang dan bersifat membranus. Pada capung besar dijumpai vena-vena yang jelas dan pada kepala dijumpai adanya mata facet yang besar. Metamorfose tidak sempurna (Hemimetabola), pada stadium larva dijumpai adanya alat tambahan berupa insang dan hidup di dalam air. Anggota-anggotanya dikenal sebagai predator pada beberapa jenis serangga keecil yang termasuk hama , seperti beberapa jenis trips, wereng, kutu loncat serta ngengat penggerek batang padi (Kunte, 2008).
Capung dapat dilestarikan dengan Introduksi, yakni upaya mendatangkan musuh alami dari luar ke wilayah yang baru dan juga cara konservasi, yakni upaya pelestarian keberadaan capung di suatu wilayah dengan antara lain melalui pengelolaan habitat. Juga dengan cara memperbanyak serangga ini dilaboratorium sebagai agensia dan dilepaskan di lapangan.

4.2.4.    Ordo Diptera (bangsa lalat, nyamuk)

Gambar 4. Lalat Buas (Laptogaster Sp)

Klasifikasi Ilmiah
Kingdom             :     Animalia
Phyllum               :     Arthropoda
Kelas                   :     Insecta
Ordo                    :     Diptera
Famili                  :     Asilidae
Genus                  :     Laptogaster
Spesies                :     Laptogaster Sp

Metamorfosenya sempurna (holometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur —> larva —> kepompong —> dewasa. Larva tidak berkaki biasanya hidup di sampah atau sebagai pemakan daging, namun ada pula yang bertindak sebagai hama , parasitoid dan predator. Pupa bertipe coartacta.
Lalat dewasa meletakkan telur di dalam kolam air atau kayu lapuk. Larva dapat hidup di air, kayu lapuk, batang rumput-rumputan, di bawah kayu dan juga ada yang bersifat parasit. Setelah larva berganti kulit beberapa kali, dia menjadi kepompong.
Serangga anggota ordo Diptera meliputi serangga pemakan tumbuhan, pengisap darah, predator dan parasitoid. Serangga dewasa hanya memiliki satu pasang sayap di depan, sedang sayap belakang mereduksi menjadi alat keseimbangan berbentuk gada dan disebut halter . Pada kepalanya juga dijumpai adanya antene dan mata facet. Tipe alat mulut bervariasi, tergantung sub ordonya, tetapi umumnya memiliki tipe penjilat-pengisap, pengisap, atau pencucuk pengisap. Pada tipe penjilat pengisap alat mulutnya terdiri dari tiga bagian yaitu bagian pangkal yang berbentuk kerucut disebut rostum, bagian tengah yang berbentuk silindris disebut haustellum, dan bagian ujung yang berupa spon disebut labellum atau oral disc .
Dari bangsa Diptera hanya suku Tachinidae yang paling penting di dalam pengendalian alami dan hayati hama pertanian dan kehutanan. Serangga anggota ordo Diptera meliputi serangga pemakan tumbuhan, pengisap darah, predator dan parasitoid. Serangga dewasa hanya memiliki satu pasang sayap di depan, sedang sayap belakang mereduksi menjadi alat keseimbangan berbentuk gada dan disebut halter . Pada kepalanya juga dijumpai adanya antene dan mata facet. Tipe alat mulut bervariasi, tergantung sub ordonya, tetapi umumnya memiliki tipe penjilat-pengisap, pengisap, atau pencucuk pengisap. Pada tipe penjilat pengisap alat mulutnya terdiri dari tiga bagian yaitu bagian pangkal yang berbentuk kerucut disebut rostum, bagian tengah yang berbentuk silindris disebut haustellum, dan bagian ujung yang berupa spon disebut labellum atau oral disc .
Pelestarian serangga ini adalah dengan cara tidak merusak habitat dan mejaga kelestariannya dengan menjaga ekosistem habitatnya dapat juga bila diperlukan dengan cara Introduksi, Konservasi, dan augmentasi sehingga serangga ini dapat bertambah lagi populasinya sehingga dapat membantu usahatani untuk mengendalikan serangga hama lainnya.

4.2.5.    Ordo Hymenoptera (bangsa tawon, tabuhan, semut)

Gambar 5. Pinggang Ramping (Xantopinepla Sp)

Klasifikasi Ilmiah
Kingdom             :     Animalia
Phyllum               :     Arthropoda
Subphylum        :    Mandibulata
Kelas                   :     Insecta
Ordo                    :     Hymenoptera
Famili                  :     Braconidae
Genus                  :     Xantopinepla
Spesies                :     Xantopinepla Sp

Pada ordo ini metamorfosenya sempurna (Holometabola) yang melalui stadia : telur-> larva–> kepompong —> dewasa. Anggota famili Braconidae, Chalcididae, Ichnemonidae, Trichogrammatidae dikenal sebagai tabuhan parasit penting pada hama tanaman.
Daur hidupnya ratu tawon meletakkan sebutir telur dalam setiap lubang atau sel di sarang itu dan kemudian menetas menjadi larva yang diberi makan oleh kaum pekerja di dalam sarang. Telur menetas dan tawon pekerja membawa potongan tubuh ulat atau serangga lain untuk makanan larva. Madu juga dibawa untuk makanan larva. Setelah keluar dari kepompong, tabuhan ini muncul sebagai tawon pekerja yang baru. Ia meneruskan hidupnya sebagai pekerja dewasa, dan ikut mencari makanan untuk sarang. Tawon pekerja tidak kawin. Hanya ratu saja yang kawin dan meletakkan telur.
Kelompok terbesar parasitoid, yaitu bangsa Hymenoptera merupakan kelompok yang sangat penting. Dua suku utama dari supersuku Ichneumonoidea, yaitu Braconidae dan Ichneumonidae, sangat penting dalam pengendalian alami dan hayati. Dari supersuku Chalcidoidea yang dianggap sebagai kelompok parasitoid paling penting dalam pengendalian alami dan hayati adalah Mymaridae, Trichogrammatidae, Eulophidae, Pteromalidae, Encyrtidae, dan Aphelinidae. Kebanyakan dari anggotanya bertindak sebagai predator/parasitoid pada serangga lain dan sebagian yang lain sebagai penyerbuk. Sayap terdiri dari dua pasang dan membranus. Sayap depan umumnya lebih besar daripada sayap belakang. Pada kepala dijumpai adanya antene (sepasang), mata facet dan occelli. Tipe alat mulut penggigit atau penggigit-pengisap yang dilengkapi flabellum sebagai alat pengisapnya.
Serangga pinggang ramping dilestarikan dengan cara menjaga habitatnya dan juga dibantu dengan cara konservasi, yakni upaya pelestarian keberadaan musuh alami di suatu wilayah dengan antara lain melalui pengelolaan habitat. Dan  augmentasi apabila serangga ini mulai terlihat sangat kurang di suatu daerah.




V.    KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.    Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil praktikum ini yaitu tidak seluruh serangga merupakan hama/organisme yang menyerang tanaman sehingga mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman menjadi terganggu, yang berdampak turunnya kualitas dan kuantitas serta kerugian ekonomis bagi manusia nsmun sebagian dari golongan serangga ada yang menguntungkan manusia terutama petani.
Serangga-serangga yang menguntungkan ini bersifat predator dan parasit yang dapat mengurangi populasi dan dapat mengendalikan hama tanaman. Serangga menguntungkan ini biasanya berasal dari ordo orthoptera, ordo odonata, ordo diptera, ordo coleoptera merupakan serangga bersifat predator atau memangsa hama dan ordo hymenoptera yang bersifat parasit dan menjadikan serangga tanaman sebagai inang.
Perbedaan serangga predator dan serangga parasit yaitu berada pada strategi penanganan hama itu sendiri, untuk serangga predator ham yang diserang disebut dengan mangsa karena serangga ini secara langsung menyerang, membunuh dan memakan serangga hama dan ukuran serangga predator ini biasanya lebih besar dari pada hama yang dimangsanya. Sedangkan untuk serangga parasit serangga hama yang diserangnya disebut dengan inang karena sifat serangga ini adalah memparasiti hama serangga yang dapat menyebabkan sakit hingga kematian pada serangga hama dan ukurannya biasanya lebih kecil dari pada inangnya.
Serangga parasit dan predator ini sedapat mungkin jangan sampai terbasmi bila perlu dilakukan pelestarian terutama di lahan pertanian karena serangga ini sangat membantu petani untuk mengendalikan serangga hama sehingga keberadaan serangga hama tidak sampai pada ambang batas yang merugikan, sehingga produksi pertanian dapat dihasilkan secara maksimal.
5.2.    Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan berkaitan dengan diadakannya praktikum ini adalah agar pada pertanian di indonesia pemerintah dapat membantu petani dalam menghadapi masalah serangga hama yang kadang kala masalah ini menjadi problem utama petani bahkan kerab petani menjadi gagal panen akibat serangannya.
Dalam tindakannya diharapkan pemerintah membantu petani secara efektif juga pengendaliannya didasarkan atas pengendalian hama terpadu yang didalamnya juga terdapat khususnya pelestarian serangga predator dan serangga parasit dengan pemerintah dapat membantu konservasi, introduksi dan augmentasi serangga parasit dan predator ini sehingga dapat mengendalikan serangga hama yang kerab merusak produksi tani, sehingga dengan adanya serangga predator dan parasit ini diharapkan produksi tani petani dapat maksimal sehingga dapat memejukan pertanian Indonesia dan secara khususnya dapat meningkatkan kesejahteraan petani Indonesia.


DAFTAR PUSTAKA

Adisubroto, W. 1990. Pengkajian Populasi Predator Hama Kedelai pada Musim Tanam. Jurusan hama dan Penyakit Tumbuhan UGM, Yogyakarta.

Triharso. 2004. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Hartati, 2009. Laporan Praktikum Zoologi. http:// biologi-staincrb.web.id. Di akses pada tanggal 25 April 2012.

Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Wikipedia. Homoptera. 2011. http://id.wikipedia.org/wiki/Homoptera. Di akses pada tanggal 19 April 2012.

Wikipedia. Hemiptera. 2011. http://id.wikipedia.org/wiki/Hemiptera. Di akses pada tanggal 19 April 2012.

Radesa. 2008. Serangga Hama Cilembu. http://radesa.wordpress.com/. Di akses pada tanggal 25 April 2012.

Sofa. 2008. Menggunakan Serangga Pemangsa dan parasitoid sebagai Pengendalian Hama. http://massofa.wordpress.com/page/44/ Di akses pada tanggal 25 April 2012.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar