I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kadar air benih selama penyimpanan merupakan faktor yang paling mempengaruhi masa hidupnya. Oleh karena itu benih yang sudah masak dan cukup kering penting untuk segera dipanen, atau benihnya masih berkadar air tinggi yang juga harus segera dipanen. Menurut Bass (1953) mendapatkan, bahwa kehilangan viabilitas benih Kentucky blugrass yang baru dipanen berkorelasi dengan kadar air benihnya serta lamanya benih disimpan pada suhu tertentu. Benih berkadar air 54% disimpan pada suhu 300C selama 45 jam kehilangan daya kecambah sebanyak 20%. Tetapi benih berkadar air 44% akan tahan pada suhu 450C selama 36 jam tanpa kehilangan viabilitasnya. Benih berkadar air 22 dan 11% tidak menunjukkan kehilangan viabilitas pada suhu 500C selama 45 jam (Justice and Louis, 1994)
Kadar air merupakan salah satu komponen dari mutu benih (yang lainnya, kemurnian dandaya kecambah). Kadar air benih mempunyai peranan yang penting dalam penyimpanan benih.Kadar air benih dapat memacu proses pernafasan benih sehingga akan meningkatkan perombakan sadangan makanan benih, akibatnya benih akan kehabisan cadangan makanan padasaat diperlukan/berkecambah.Kadar air benih harus diketahui baik untuk tujuan pengolahan, maupun penyimpanan benih. Telah diketahui bahwa kadar air memiliki dampak besar terhadap benih selama penyimpanan. Menyimpan benih ortodok pada kadar air tinggi berisiko cepat mundurnya benihselama dalam penyimpanan. Tujuan penetapan kadar air diantaranya untuk untuk mengetahui kadar air benih sebelum disimpan dan untuk menetapkan kadar air yang tepat selama penyimpanan dalam rangka mempertahankan viabilitas benih tersebut (www.scribd.com,2009).
Penentuan kadar air benih dari suatu kelompok benih sangat penting untuk dilakukan. Karena laju kemunduran suatu benih dipengaruhi pula oleh kadar airnya. (Sutopo, 1984). Di dalam batas tertentu, makin rendah kadar air benih makin lama daya hidup benih tersebut. Kadar air optimum dalam penyimpanan bagi sebagian besar benih adalah antara 6%-8%. Kadar air yang terlalu tinggi dapat menyebabkan benih berkecambah sebelum ditanam. Sedang dalam penyimpanan menyebabkan naiknya aktifitas pernafasan yang dapat berakibat terkuras habisnya bahan cadangan makanan dalam benih. Selain itu merangsang perkembangan cendawan patogen di dalam tempat penyimpanan. Tetapi perlu diingat bahwa kadar air yang telalu rendah akan menyebabkan kerusakan pada embrio. (Mugnisjah, 1990).
Berdasarkan uraian di atas tentunya jelas bahwa uji kadar air benih perlu dilakukan. Khususnya dalam dunia pertanian dan benih untuk tujuan penanaman agar dalam praktiknya kualitas benih baik viabilitas, vigor benuh juga ditentukan oleh adanya kandungan air dalam benih.
1.2. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum pada acara II mengenai uji kadar air benih adalah untuk memperkenalkan dua metode pengukuran kadar air benih yang sering digunakan dalam pengujian kadar air benih khususnya pengukuran dengan metode tidak langsing dengan menggunakan steinlete moisture tester.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Kadar Air Benih
Yang dimaksud kadar air benih, ialah berat air yang “dikandung” dan yang kemudian hilang karena pemanasan sesuai dengan aturan yang ditetapkan, yang dinyatakan dalam persentase terhadap berat awal contoh benih. Penetapan Kadar Air adalah banyaknya kandungan air dalam benih yang diukur berdasarkan hilangnya kandungan air tersebut & dinyatakan dalam % terhadap berat asal contoh benih. Tujuan penetapan kadar air diantaranya untuk untuk mengetahui kadar air benih sebelum disimpan dan untuk menetapkan kadar air yang tepat selama penyimpanan dalam rangka mempertahankan viabilitas benih tersebut (http://teknologibenih.blogspot.com/2009).
Beberapa hal perlu diperhatikan dalam pengujian kadar air benih ini adalah contoh kerja yang digunakan merupakan benih yang diambil dan ditempatkan dalam wadah yang kedap udara. Karena untuk penetapan kadar air, jika contoh kerja yang digunakan telah terkontaminasi udara luar maka kemungkinan besar kadar air benih yang diuji bukan merupakan kadar air benih yang sebenarnya karena telah mengalami perubahan akibat adanya kontaminasi udara dari lingkungan. Yang kedua adalah untuk pengujian kadar air ini harus dilakukan sesegera mungkin, selama penetapan diusahakan agar contoh benih sesedikit mungkin berhubungan dengan udara luar serta untuk jenis tanaman yang tidak memerlukan penghancuran, contoh benih tidak boleh lebih dari 2 menit berada di luar wadah (http://teknologibenih.com/2009)
2.2. Benih Orthodoks dan Rekalsitran
Berdasarkan responnya terhadap perubahan kadar air biji tanaman digolongkan ke dalam dua kelompok yaitu biji Ortodoks dan rekalsitran. Biji kelompok ortodoks dicirikan oleh sifatnya yang bisa dikeringkan tanpa menglami kerusakan. Viabilitas biji ortodoks tidak mengalami penurunan yang berarti dengan penurunan kadar air hingga di bawah 20%, sehingga biji tipe ini bisa disimpan dalam kadar air yang rendah. Contoh biji kelompok ini adalah: Glysine max (kedelai), Vitis vinifera (anggur), Oryza sativa ( padi), Capsicum annum (cabe). Nah sulitnya penangan biji tipe rekalsitran ini hingga kini masih belum diperoleh taknik yang tepat untuk bisa mempertahankan viabilitas benih ini dalam jangka waktu yang lama (http://yunosuyono.wordpress.com,2008).
Untuk biji rekalsitran, biji tipe ini memiliki ciri-ciri antara lain hanya mampu hidup dalam kadar air tinggi (36-90 %). Penurunan kadar air bada biji tipe ini akan berakibat penurunan viabilitas biji hingga kematian, sehingga biji tipe ini tidak bisa disimpan dalam kadar air rendah. Contoh biji tipe ini adalah: Durio zibethinus (durian), Theobroma cacao( kakao), Sorea acuminata ( meranti) dan lain-lain (http://yunosuyono.wordpress.com,2008).
2.3. Macam Metode Pengukuran Uji Kadar Air Benih
Metode yang digunakan untuk menguji kadar air ini juga harus diperhatikan. Ada dua metode dalam pengujian kadar air benih, yaitu Konvensional ( Menggunakan Oven ) dan Automatic (Menggunakan Balance Moisture Tester, Ohaus MB 45, Higromer). Dalam penentuan uji kadar air digunakan 2 metode oven, yaitu metode temperatur rendah 103±2°C dan metode temperatur tinggi 130 - 133°C. Kedua metode tersebut dapat digunakan dalam penentuan kadar air (Bonner, 1995).
Pada metode pengukuran kadar air benih secara langsung, kadar air benih dihitung secara langsung dari berkurangnya berat benih akibat hilangnya air dalam benih dan ini yang sering disebut dengan metode oven. Sedangkan pengukuran kadar air secara tidak langsung kadar air di ukur tanpa mengeluarkan air dari benih, tetapi dengan menggunakan hambatan listrik dalam benih yang kemudian dikorelasikan dengan kadar air biaanya dengan menggunakan alat yang bernama Steinlete Moisture Tester (Tim Teknologi Benih Jurusan BDP, 2012).
2.4. Manfaat Pengujian Kadar Air Benih Bagi Pertanian
Beberapa keuntungan dari pengujian kadar air benih di bidang pertanian adalah untuk mengetahui seberapa besar kandungan air yang terkandung di dalam benih tersebut. Dengan pengujian ini tentu tidak lepas dari kualitas perkecambahan, viabilitas, dan vigor benih saat perkecambahan. Karena sebelum proses imbibisi air ke dalam benih sebelum perkecambahan benih ditentukan terlebih dahulu oleh kandungan awal air yang ada di dalam benih tersebut.
III. BAHAN DAN METODE
3.1. Waktu dan Tempat
Kegiatan praktikum Acara II (Uji Kadar Air Benih) dilaksanakan di Laboratorium Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Palangkaraya. Kegiatan dilaksanakan pada hari senin, 22 Oktober 2012 jam 09.00-10.40 WIB.
3.2. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah benih padi (Oyza sativa), jagung (Zea mays)), kedelai, kacang hijau, kacang panjang, tomat, cabai, dll). Sedangkan alat yang digunakan pada praktikum kali ini diantaranya alat penghancur seperti cawan porselen dan Steinlete Moisture Tester (desikator).
3.3. Cara Kerja
Adapun cara kerja dari praktikum ini adalah meyiapkan benih yang akan dilakukan pengujian kadar air benih. Kemudian benih yang telah disiapkn seperti kacang panjang, jagung, kacang tanah, dan lain-lain tersebut dihancurkan dan dijadikan menjadi partikel atau butir-butir yang lebih kecil dengan cara di tumbuk. Setelah benih dihancurkan atau ditumbuk benih di uji kadar airnya dengan metode tidak langsung dengan menggunakan alat desktikator.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan
Tabel 1. Hasil Pengamatan Kadar Air Benih Menggunakan Alat Desikator
No Golongan Benih Benih Kadar Air (%) Rata-rata Kadar air pembanding
Ulangan 1 Ulangan II
1. Monokotil a.Padi 14,7 14,3 14,5 11-12 %
b.Jagung 14,1 14,4 14,25 11-12 %
2 Dikotil a.Kacang tanah - - - 9-12 %
b.Kedelai 11,7 11,8 11,75 7,5-8,5 %
c.Tomat - - - 6% - 12%
d.Cabe - - - 7%
e.Kacang hijau 8,9 8,2 8,55 14 %
f.Kacang panjang 8,0 7,9 7,95 12 – 14 %
4.2. Pembahasan
Pada benih padi hasil perhitungan rata-rata kadar air yang didapatkan dari ulangan 1 dan ulangan 2 dengan menggunakan alat desikator adalah 14,5% sedangkan pada pada kadar air pembanding benih padi yakni 11-12% Dengan data demikian terlihat bahwa kadar air yang didapatkan pada saat praktikum pengukuran kadar air ini lebih tinggi dari pada kadar air pembanding. Kadar air yang tinggi ini dapat menyebabkan naiknya aktivitas respirasi. Selain itu merangsang perkembangan cendawan patogen di dalam tempat penyimpanan. Selain itu juga proses imbibisi air dan kemungkinan berkecambah akan meningkat juga benih dengan kadar air yang tinggi tidak tahan lama pada proses penyimpanan.
Pada jagung hasil perhitungan rata-rata kadar air yang didapatkan dari ulangan 1 dan ulangan 2 dengan menggunakan alat desikator adalah 14,25% sedangkan pada pada kadar air pembanding benih padi yakni 11-12% Dengan data demikian terlihat bahwa kadar air yang didapatkan pada saat praktikum pengukuran kadar air ini lebih tinggi dari pada kadar air pembanding. Kadar air yang tinggi ini dapat menyebabkan perkembangan cendawan patogen di dalam tempat penyimpanan. Selain itu juga proses imbibisi air dan kemungkinan berkecambah akan meningkat juga benih dengan kadar air yang tinggi tidak tahan lama pada proses penyimpanan.
Untuk kedelai hasil perhitungan rata-rata kadar air yang didapatkan dari ulangan 1 dan ulangan 2 dengan menggunakan alat desikator adalah 11,75% sedangkan pada pada kadar air pembanding benih padi yakni 7,5-8,5 %. Dengan data demikian terlihat bahwa kadar air yang didapatkan pada saat praktikum pengukuran kadar air ini lebih tinggi dari pada kadar air pembanding. Kadar air yang tinggi ini dapat menyebabkan naiknya aktivitas respirasi ,merangsang perkembangan cendawan patogen di dalam tempat penyimpanan. Selain itu kemungkinan berkecambah akan meningkat, benih dengan kadar air yang tinggi tidak tahan lama.
Pada kacang hijau hasil perhitungan rata-rata kadar air yang didapatkan dari ulangan 1 dan ulangan 2 dengan menggunakan alat desikator adalah 8,55% sedangkan pada pada kadar air pembanding benih padi yakni 14 %. Dengan data demikian terlihat bahwa kadar air yang didapatkan pada saat praktikum pengukuran kadar air ini lebih rendah dari pada kadar air pembanding. Kadar air yang rendah ini dapat menyebabkan embrio dalam benih tidak dapat berkembang menjadi kecambah karena cadangan air yang terlalu sedikit di dalam benih.
Yang terakhir adalah hasil perhitungan rata-rata kadar air yang didapatkan dari benih kacang panjang ulangan 1 dan ulangan 2 dengan menggunakan alat desikator adalah 7,95 % sedangkan pada pada kadar air pembanding benih padi yakni 12-14 % Dengan data demikian terlihat bahwa kadar air yang didapatkan pada saat praktikum pengukuran kadar air ini lebih tinggi dari pada kadar air pembanding. Kadar air yang tinggi ini dapat menyebabkan proses imbibisi air dan kemungkinan berkecambah akan meningkat juga benih dengan kadar air yang tinggi tidak tahan lama pada proses penyimpanan. Selain itu juga perkembangan cendawan patogen di dalam tempat penyimpanan meningkat bahkan hingga terjadi pembusukan benih.
V. PENUTUP
Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum pengujian kadar air benih, dapat diambil beberapa kesimpulan, Pengujian kadar air benih berguna untuk mengetahui kadar air suatu benih khususnyadalam proses penyimpanan, agar nantinya benih tidak berkecambah dan lebih tahan lama saat penyimpanan.
Sebelum melakukan penyimpanan benih, hendaknya terlebih dahulu dilakukan pengujian kadar air benih untuk mengetahui berapa kadar air benih an apakah benih tersebut sudah dapat disimpan atau tidak. Apabila kadar air masih terlalu tinggi, maka dilakukan pengeringan lanjut sebelum disimpan sehingga nantinya dalam penyimpanan benih, benih tidak berkecambah.
Ada dua metode dalam pengujian kadar air benih, yaitu Konvensional ( Menggunakan Oven ) dan Automatic (Menggunakan Balance Moisture Tester) atau yang sering disebut dengan metode langsung dan metode tidak langsung dalam pengujian kadar air benih.
DAFTAR PUSTAKA
Ashari, Sumaru.1995. Hortikultura Aspek Budidaya. UI Press ; Jakarta
Gradness. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. UI Press; Jakarta
Kamil, Jurnalis. 1979. Teknologi Benih I. Angkasa Raya; Padang
Kartasapoetra, Anto G. 1986. Pengelolaan Benih dan Tuntunan Praktikum. Bina Aksara; Jakarta
Rubenstin, Irwin dkk. 1978. The Plant Seed. Academi Press Inc; USA
Soetopo, Lita. 2002. Teknologi Benih. Rajawali Press; Jakarta
Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. Malang: Fakultas Pertanian UNBRAW .
Wikipedia, 2012. Kadar Air Benih. http//:www.wikipedia.com. Diakses pada tanggal 21 Oktober 2012.
Blogspot. 2009 http://teknologibenih.blogspot.com. Diakses Pada Tanggal 25 Oktober 2012
Wordpres, 2012 http://yunosuyono.wordpress.com. Diakses Pada Tanggal 25 Oktober 2012
1.1. Latar Belakang
Kadar air benih selama penyimpanan merupakan faktor yang paling mempengaruhi masa hidupnya. Oleh karena itu benih yang sudah masak dan cukup kering penting untuk segera dipanen, atau benihnya masih berkadar air tinggi yang juga harus segera dipanen. Menurut Bass (1953) mendapatkan, bahwa kehilangan viabilitas benih Kentucky blugrass yang baru dipanen berkorelasi dengan kadar air benihnya serta lamanya benih disimpan pada suhu tertentu. Benih berkadar air 54% disimpan pada suhu 300C selama 45 jam kehilangan daya kecambah sebanyak 20%. Tetapi benih berkadar air 44% akan tahan pada suhu 450C selama 36 jam tanpa kehilangan viabilitasnya. Benih berkadar air 22 dan 11% tidak menunjukkan kehilangan viabilitas pada suhu 500C selama 45 jam (Justice and Louis, 1994)
Kadar air merupakan salah satu komponen dari mutu benih (yang lainnya, kemurnian dandaya kecambah). Kadar air benih mempunyai peranan yang penting dalam penyimpanan benih.Kadar air benih dapat memacu proses pernafasan benih sehingga akan meningkatkan perombakan sadangan makanan benih, akibatnya benih akan kehabisan cadangan makanan padasaat diperlukan/berkecambah.Kadar air benih harus diketahui baik untuk tujuan pengolahan, maupun penyimpanan benih. Telah diketahui bahwa kadar air memiliki dampak besar terhadap benih selama penyimpanan. Menyimpan benih ortodok pada kadar air tinggi berisiko cepat mundurnya benihselama dalam penyimpanan. Tujuan penetapan kadar air diantaranya untuk untuk mengetahui kadar air benih sebelum disimpan dan untuk menetapkan kadar air yang tepat selama penyimpanan dalam rangka mempertahankan viabilitas benih tersebut (www.scribd.com,2009).
Penentuan kadar air benih dari suatu kelompok benih sangat penting untuk dilakukan. Karena laju kemunduran suatu benih dipengaruhi pula oleh kadar airnya. (Sutopo, 1984). Di dalam batas tertentu, makin rendah kadar air benih makin lama daya hidup benih tersebut. Kadar air optimum dalam penyimpanan bagi sebagian besar benih adalah antara 6%-8%. Kadar air yang terlalu tinggi dapat menyebabkan benih berkecambah sebelum ditanam. Sedang dalam penyimpanan menyebabkan naiknya aktifitas pernafasan yang dapat berakibat terkuras habisnya bahan cadangan makanan dalam benih. Selain itu merangsang perkembangan cendawan patogen di dalam tempat penyimpanan. Tetapi perlu diingat bahwa kadar air yang telalu rendah akan menyebabkan kerusakan pada embrio. (Mugnisjah, 1990).
Berdasarkan uraian di atas tentunya jelas bahwa uji kadar air benih perlu dilakukan. Khususnya dalam dunia pertanian dan benih untuk tujuan penanaman agar dalam praktiknya kualitas benih baik viabilitas, vigor benuh juga ditentukan oleh adanya kandungan air dalam benih.
1.2. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum pada acara II mengenai uji kadar air benih adalah untuk memperkenalkan dua metode pengukuran kadar air benih yang sering digunakan dalam pengujian kadar air benih khususnya pengukuran dengan metode tidak langsing dengan menggunakan steinlete moisture tester.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Kadar Air Benih
Yang dimaksud kadar air benih, ialah berat air yang “dikandung” dan yang kemudian hilang karena pemanasan sesuai dengan aturan yang ditetapkan, yang dinyatakan dalam persentase terhadap berat awal contoh benih. Penetapan Kadar Air adalah banyaknya kandungan air dalam benih yang diukur berdasarkan hilangnya kandungan air tersebut & dinyatakan dalam % terhadap berat asal contoh benih. Tujuan penetapan kadar air diantaranya untuk untuk mengetahui kadar air benih sebelum disimpan dan untuk menetapkan kadar air yang tepat selama penyimpanan dalam rangka mempertahankan viabilitas benih tersebut (http://teknologibenih.blogspot.com/2009).
Beberapa hal perlu diperhatikan dalam pengujian kadar air benih ini adalah contoh kerja yang digunakan merupakan benih yang diambil dan ditempatkan dalam wadah yang kedap udara. Karena untuk penetapan kadar air, jika contoh kerja yang digunakan telah terkontaminasi udara luar maka kemungkinan besar kadar air benih yang diuji bukan merupakan kadar air benih yang sebenarnya karena telah mengalami perubahan akibat adanya kontaminasi udara dari lingkungan. Yang kedua adalah untuk pengujian kadar air ini harus dilakukan sesegera mungkin, selama penetapan diusahakan agar contoh benih sesedikit mungkin berhubungan dengan udara luar serta untuk jenis tanaman yang tidak memerlukan penghancuran, contoh benih tidak boleh lebih dari 2 menit berada di luar wadah (http://teknologibenih.com/2009)
2.2. Benih Orthodoks dan Rekalsitran
Berdasarkan responnya terhadap perubahan kadar air biji tanaman digolongkan ke dalam dua kelompok yaitu biji Ortodoks dan rekalsitran. Biji kelompok ortodoks dicirikan oleh sifatnya yang bisa dikeringkan tanpa menglami kerusakan. Viabilitas biji ortodoks tidak mengalami penurunan yang berarti dengan penurunan kadar air hingga di bawah 20%, sehingga biji tipe ini bisa disimpan dalam kadar air yang rendah. Contoh biji kelompok ini adalah: Glysine max (kedelai), Vitis vinifera (anggur), Oryza sativa ( padi), Capsicum annum (cabe). Nah sulitnya penangan biji tipe rekalsitran ini hingga kini masih belum diperoleh taknik yang tepat untuk bisa mempertahankan viabilitas benih ini dalam jangka waktu yang lama (http://yunosuyono.wordpress.com,2008).
Untuk biji rekalsitran, biji tipe ini memiliki ciri-ciri antara lain hanya mampu hidup dalam kadar air tinggi (36-90 %). Penurunan kadar air bada biji tipe ini akan berakibat penurunan viabilitas biji hingga kematian, sehingga biji tipe ini tidak bisa disimpan dalam kadar air rendah. Contoh biji tipe ini adalah: Durio zibethinus (durian), Theobroma cacao( kakao), Sorea acuminata ( meranti) dan lain-lain (http://yunosuyono.wordpress.com,2008).
2.3. Macam Metode Pengukuran Uji Kadar Air Benih
Metode yang digunakan untuk menguji kadar air ini juga harus diperhatikan. Ada dua metode dalam pengujian kadar air benih, yaitu Konvensional ( Menggunakan Oven ) dan Automatic (Menggunakan Balance Moisture Tester, Ohaus MB 45, Higromer). Dalam penentuan uji kadar air digunakan 2 metode oven, yaitu metode temperatur rendah 103±2°C dan metode temperatur tinggi 130 - 133°C. Kedua metode tersebut dapat digunakan dalam penentuan kadar air (Bonner, 1995).
Pada metode pengukuran kadar air benih secara langsung, kadar air benih dihitung secara langsung dari berkurangnya berat benih akibat hilangnya air dalam benih dan ini yang sering disebut dengan metode oven. Sedangkan pengukuran kadar air secara tidak langsung kadar air di ukur tanpa mengeluarkan air dari benih, tetapi dengan menggunakan hambatan listrik dalam benih yang kemudian dikorelasikan dengan kadar air biaanya dengan menggunakan alat yang bernama Steinlete Moisture Tester (Tim Teknologi Benih Jurusan BDP, 2012).
2.4. Manfaat Pengujian Kadar Air Benih Bagi Pertanian
Beberapa keuntungan dari pengujian kadar air benih di bidang pertanian adalah untuk mengetahui seberapa besar kandungan air yang terkandung di dalam benih tersebut. Dengan pengujian ini tentu tidak lepas dari kualitas perkecambahan, viabilitas, dan vigor benih saat perkecambahan. Karena sebelum proses imbibisi air ke dalam benih sebelum perkecambahan benih ditentukan terlebih dahulu oleh kandungan awal air yang ada di dalam benih tersebut.
III. BAHAN DAN METODE
3.1. Waktu dan Tempat
Kegiatan praktikum Acara II (Uji Kadar Air Benih) dilaksanakan di Laboratorium Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Palangkaraya. Kegiatan dilaksanakan pada hari senin, 22 Oktober 2012 jam 09.00-10.40 WIB.
3.2. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah benih padi (Oyza sativa), jagung (Zea mays)), kedelai, kacang hijau, kacang panjang, tomat, cabai, dll). Sedangkan alat yang digunakan pada praktikum kali ini diantaranya alat penghancur seperti cawan porselen dan Steinlete Moisture Tester (desikator).
3.3. Cara Kerja
Adapun cara kerja dari praktikum ini adalah meyiapkan benih yang akan dilakukan pengujian kadar air benih. Kemudian benih yang telah disiapkn seperti kacang panjang, jagung, kacang tanah, dan lain-lain tersebut dihancurkan dan dijadikan menjadi partikel atau butir-butir yang lebih kecil dengan cara di tumbuk. Setelah benih dihancurkan atau ditumbuk benih di uji kadar airnya dengan metode tidak langsung dengan menggunakan alat desktikator.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan
Tabel 1. Hasil Pengamatan Kadar Air Benih Menggunakan Alat Desikator
No Golongan Benih Benih Kadar Air (%) Rata-rata Kadar air pembanding
Ulangan 1 Ulangan II
1. Monokotil a.Padi 14,7 14,3 14,5 11-12 %
b.Jagung 14,1 14,4 14,25 11-12 %
2 Dikotil a.Kacang tanah - - - 9-12 %
b.Kedelai 11,7 11,8 11,75 7,5-8,5 %
c.Tomat - - - 6% - 12%
d.Cabe - - - 7%
e.Kacang hijau 8,9 8,2 8,55 14 %
f.Kacang panjang 8,0 7,9 7,95 12 – 14 %
4.2. Pembahasan
Pada benih padi hasil perhitungan rata-rata kadar air yang didapatkan dari ulangan 1 dan ulangan 2 dengan menggunakan alat desikator adalah 14,5% sedangkan pada pada kadar air pembanding benih padi yakni 11-12% Dengan data demikian terlihat bahwa kadar air yang didapatkan pada saat praktikum pengukuran kadar air ini lebih tinggi dari pada kadar air pembanding. Kadar air yang tinggi ini dapat menyebabkan naiknya aktivitas respirasi. Selain itu merangsang perkembangan cendawan patogen di dalam tempat penyimpanan. Selain itu juga proses imbibisi air dan kemungkinan berkecambah akan meningkat juga benih dengan kadar air yang tinggi tidak tahan lama pada proses penyimpanan.
Pada jagung hasil perhitungan rata-rata kadar air yang didapatkan dari ulangan 1 dan ulangan 2 dengan menggunakan alat desikator adalah 14,25% sedangkan pada pada kadar air pembanding benih padi yakni 11-12% Dengan data demikian terlihat bahwa kadar air yang didapatkan pada saat praktikum pengukuran kadar air ini lebih tinggi dari pada kadar air pembanding. Kadar air yang tinggi ini dapat menyebabkan perkembangan cendawan patogen di dalam tempat penyimpanan. Selain itu juga proses imbibisi air dan kemungkinan berkecambah akan meningkat juga benih dengan kadar air yang tinggi tidak tahan lama pada proses penyimpanan.
Untuk kedelai hasil perhitungan rata-rata kadar air yang didapatkan dari ulangan 1 dan ulangan 2 dengan menggunakan alat desikator adalah 11,75% sedangkan pada pada kadar air pembanding benih padi yakni 7,5-8,5 %. Dengan data demikian terlihat bahwa kadar air yang didapatkan pada saat praktikum pengukuran kadar air ini lebih tinggi dari pada kadar air pembanding. Kadar air yang tinggi ini dapat menyebabkan naiknya aktivitas respirasi ,merangsang perkembangan cendawan patogen di dalam tempat penyimpanan. Selain itu kemungkinan berkecambah akan meningkat, benih dengan kadar air yang tinggi tidak tahan lama.
Pada kacang hijau hasil perhitungan rata-rata kadar air yang didapatkan dari ulangan 1 dan ulangan 2 dengan menggunakan alat desikator adalah 8,55% sedangkan pada pada kadar air pembanding benih padi yakni 14 %. Dengan data demikian terlihat bahwa kadar air yang didapatkan pada saat praktikum pengukuran kadar air ini lebih rendah dari pada kadar air pembanding. Kadar air yang rendah ini dapat menyebabkan embrio dalam benih tidak dapat berkembang menjadi kecambah karena cadangan air yang terlalu sedikit di dalam benih.
Yang terakhir adalah hasil perhitungan rata-rata kadar air yang didapatkan dari benih kacang panjang ulangan 1 dan ulangan 2 dengan menggunakan alat desikator adalah 7,95 % sedangkan pada pada kadar air pembanding benih padi yakni 12-14 % Dengan data demikian terlihat bahwa kadar air yang didapatkan pada saat praktikum pengukuran kadar air ini lebih tinggi dari pada kadar air pembanding. Kadar air yang tinggi ini dapat menyebabkan proses imbibisi air dan kemungkinan berkecambah akan meningkat juga benih dengan kadar air yang tinggi tidak tahan lama pada proses penyimpanan. Selain itu juga perkembangan cendawan patogen di dalam tempat penyimpanan meningkat bahkan hingga terjadi pembusukan benih.
V. PENUTUP
Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum pengujian kadar air benih, dapat diambil beberapa kesimpulan, Pengujian kadar air benih berguna untuk mengetahui kadar air suatu benih khususnyadalam proses penyimpanan, agar nantinya benih tidak berkecambah dan lebih tahan lama saat penyimpanan.
Sebelum melakukan penyimpanan benih, hendaknya terlebih dahulu dilakukan pengujian kadar air benih untuk mengetahui berapa kadar air benih an apakah benih tersebut sudah dapat disimpan atau tidak. Apabila kadar air masih terlalu tinggi, maka dilakukan pengeringan lanjut sebelum disimpan sehingga nantinya dalam penyimpanan benih, benih tidak berkecambah.
Ada dua metode dalam pengujian kadar air benih, yaitu Konvensional ( Menggunakan Oven ) dan Automatic (Menggunakan Balance Moisture Tester) atau yang sering disebut dengan metode langsung dan metode tidak langsung dalam pengujian kadar air benih.
DAFTAR PUSTAKA
Ashari, Sumaru.1995. Hortikultura Aspek Budidaya. UI Press ; Jakarta
Gradness. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. UI Press; Jakarta
Kamil, Jurnalis. 1979. Teknologi Benih I. Angkasa Raya; Padang
Kartasapoetra, Anto G. 1986. Pengelolaan Benih dan Tuntunan Praktikum. Bina Aksara; Jakarta
Rubenstin, Irwin dkk. 1978. The Plant Seed. Academi Press Inc; USA
Soetopo, Lita. 2002. Teknologi Benih. Rajawali Press; Jakarta
Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. Malang: Fakultas Pertanian UNBRAW .
Wikipedia, 2012. Kadar Air Benih. http//:www.wikipedia.com. Diakses pada tanggal 21 Oktober 2012.
Blogspot. 2009 http://teknologibenih.blogspot.com. Diakses Pada Tanggal 25 Oktober 2012
Wordpres, 2012 http://yunosuyono.wordpress.com. Diakses Pada Tanggal 25 Oktober 2012
Terima kasih atas tulisannya, saya jadi cukup terbantu dalam membuat laporan.
BalasHapus