Senin, 17 Juni 2013

DASPERLINTAN "Mengenal Pestisida dan Aplikasinya" Stefanuseko

I.    PENDAHULUAN

1.1.    Latar Belakang
Penggunaan pestisida kimia pertama kali diketahui sekitar 4.500 tahun yang lalu (2.500 SM) yaitu pemanfaatan asap sulfur untuk mengendalikan tungau di Sumeria.Sedangkan penggunaan bahan kimia beracun seperti arsenic, mercury dan serbuk timah diketahui mulai digunakan untuk memberantas serangga pada abad ke-15. Kemudian pada abad ke-17 nicotin sulfate yang diekstrak dari tembakau mulai digunakan sebagai insektisida. Pada abad ke-19 diintroduksi dua jenis pestisidaalami yaitu, pyretrum yang diekstrak dari chrysanthemum dan rotenon yangdiekstrak dari akar tuba Derris eliptica (Miller, 2002). Pada tahun 1874 Othmar Zeidler adalah orang yang pertama kali mensintesis DDT (Dichloro Diphenyl Trichloroethane), tetapi fungsinya sebagai insektisida baru ditemukan oleh ahli kimiaSwiss, Paul Hermann Muller pada tahun 1939 yang dengan penemuannya ini diadianugrahi hadiah nobel dalam bidang Physiology atau Medicine pada tahun 1948(NobelPrize.org). Karena belum ada penemuan-penemuan baru, bahan arsenat ini bertahan cukup lama. Meskipun hama-hama juga sudah menunjukkan segala kekebalan. Pada akhirnya secara tidak disengaja seperti lazimnya penemuan yang lain, racun tembakau mulai diperkenalkan pada masyarakat mulai tahun 1960 diEropa (Daly et al., 1998).
Ternyata racun nikotin ini cukup efektif pula sebagai obat sekaligus racun pembasmi hama. Berbeda didaratan Eropa, di Malaysia dan sekitarnya lebih mengenal bubuk pohon deris, yang mengandung bahan aktif Rotenon sebagai zat pembunuh. Disamping itu juga dipakai bahan aktif  Pirenthin  I dan II, dan Anerin I dan II, yang diperoleh dari bunga Pyrentrum Aneraria Forium. Metodenya masih sederhana Pembuatan pun cukup sederhana, karena pada masa itu belum dikenal alat-alat industri dan pengetahuan yang cukup. Tembakau direndam didalam air selama satu hari satu malam, baru kemudian dipakai untuk menyemprot atau disiramkan. Pada tahun 1940an mulai dilakukan produksi pestisida sintetik dalam jumlah besar dan diaplikasikan secara luas (Daly et al., 1998).
Perlunya penggunaan pestisida dikarenakan pestisida ini merupakan racun yang mempunyai nilai ekonomis terutama bagi petani. Pestisida memiliki kemampuan membasmi organisme selektif (target organisme), dengan adanya pestisida ini petani sangat terantu dalam mencegah serangan hama dan penyakit yang mengganggu hasil panen produk petani baik pada pra tanam, tanam, pemeliharaan, panen, sampai pasca panen keberadaan pestisida ini memiliki andil besar untuk mempertahankan produk pertanian (Tarumingkeng, 2008).
Tetapi pada praktiknya pemakaian pestisida dapat menimbulkan bahaya pada organisme non target. Berbagai dampak dapat disebabkan oleh penggunaan pestisida mulai dampak yang tak terlihat seperti residu hingga dampak keracunan baik bagi tanaman maupun manusia yang menggunakannya. Dampak negatif terhadap organisme non target meliputi dampak terhadap lingkungan berupa pencemaran dan menimbulkan keracunan bahkan dapat menimbulkan kematian bagi manusia (Tarumingkeng, 2008).
Manfaat mempelajari pestisida ini adalah agar dapat lebih mengenal dan mengetahui apa itu pestisida, golongan, dan formulasinya, dan dampak yang tejadi akibat penggunaan pestisida ini sehingga kita dapat memilah mulai dari jenis tanaman, golongan dan jenis pestisida yang akan digunakan sesuai dan dampak yang dihasilkan semaksimal mungkin untuk dihindarkan dan juga formulasi pestisida yang aman untuk digunakan dengan menimbang dampak yang terjadi tidak merusak lingkungan dan ekosistem.

1.2.    Tujuan
Adapun tujuan dari prektikum ini adalah agar mahasiswa mengetahui dan dapat membedakan formulasi pestisida serta agar mahasisiwa dapat mengetahui dan menentukan formulasi pestisida yang lebih aman untuk diaplikasikan serta mengetahui kelemahan-kelemahan dalam aplikasinya.
II.    TINJAUAN PUSTAKA
   
2.1.    Definisi Pestisida
Pestisida secara harfiah berarti pembunuh hama, berasal dari kata pest dan sida. Pest meliputi hama penyakit secara  luas, sedangkan sida berasal dari kata “caedo” yang berarti membunuh. Pada umumnya pestisida, terutama pestisida sintesis adalah biosida yang tidak saja bersifat racun terhadap jasad pengganggu sasaran. Tetapi juga dapat bersifat racun terhadap manusia dan jasad bukan  target  termasuk tanaman, ternak dan organisma berguna lainnya (Tarumingkeng, 2008).
Pestisida secara umum diartikan sebagai bahan kimia beracun yang digunakan untuk mengendalikan  jasad penganggu yang merugikan kepentingan manusia. Dalam sejarah peradaban manusia, pestisida telah cukup lama digunakan terutama dalam bidang kesehatan dan bidang pertanian. Di bidang kesehatan, pestisida merupakan sarana yang penting. Terutama digunakan dalam melindungi manusia dari gangguan secara langsung oleh jasad tertentu maupun tidak langsung oleh berbagai vektor penyakit menular. Berbagai serangga vektor yang menularkan penyakit berbahaya bagi manusia, telah berhasil dikendalikan dengan bantuan pestisida. Dan berkat pestisida, manusia telah dapat dibebaskan dari ancaman berbagai penyakit berbahaya seperti penyakit malaria, demam berdarah, penyakit kaki gajah, tiphus dan lain-lain (Tarumingkeng, 2008).
Pestisida merupakan racun yang mempunyai nilai ekonomis terutama bagi petani. Pestisida memiliki kemampuan membasmi organisme selektif (target organisme), tetapi pada praktiknya pemakian pestisida dapat menimbulkan bahaya pada organisme non target. Dampak negatif terhadap organisme non target meliputi dampak terhadap lingkungan berupa pencemaran dan menimbulkan keracunan bahkan dapat menimbulkan kematian bagi manusia (Tarumingkeng, 2008).
Di bidang pertanian, penggunaan pestisida juga telah dirasakan manfaatnya untuk meningkatkan produksi. Dewasa ini pestisida merupakan sarana yang sangat diperlukan. Terutama digunakan untuk melindungi tanaman  dan hasil tanaman, ternak maupun ikan dari kerugian yang ditimbulkan oleh berbagai jasad pengganggu. Bahkan oleh sebahagian besar petani, beranggapan bahwa pestisida adalah sebagai  “dewa penyelamat” yang sangat vital. Sebab dengan bantuan pestisida, petani meyakini dapat terhindar dari kerugian akibat serangan jasad pengganggu tanaman yang terdiri dari kelompok hama, penyakit maupun gulma. Keyakinan tersebut, cenderung memicu pengunaan pestisida dari waktu ke waktu meningkat dengan pesat (Tarumingkeng, 2008).
Di Indonesia,  disamping perusahaan perkebunan, petani yang paling banyak menggunakan berbagai jenis pestisida ialah petani sayuran, petani tanaman pangan dan  petani tanaman hortikultura buah-buahan. Khusus petani sayuran, kelihatannya sulit melepaskan diri dari ketergantungan penggunaan pestisida. Bertanam sayuran tanpa pestisida dianggap tidak aman, dan sering kali pestisida dijadikan sebagai garansi keberhasilan berproduksi.
.
2.2.    Penggolongan Pestisida
2.2.1.    Jenis Pestisida Menurut Jasad Sasaran.
Menurut Kementrian Pertanian (2011), ditinjau dari jenis jasad yang menjadi sasaran penggunaan pestisida dapat dibedakan menjadi beberapa jenis antara lain akarisida, algasida, bakterisida, fungsida, herbisida, insektisida, molluskisida, nematisida, ovisida, pedukulisida, piscisida, predisida, rodentisida, termisida, silvisida, dan larvasida.
Akarisida, berasal dari kata akari, yang dalam bahasa Yunani berarti tungau atau kutu. Akarisida sering juga disebut Mitesida. Fungsinya untuk membunuh tungau atau kutu. Contohnya Kelthene MF dan Trithion 4 E.
Algasida, berasal dari kata alga, bahasa latinnya berarti ganggang laut, berfungsi untuk membunuh algae. Contohnya Dimanin.
Alvisida, berasal dari kata avis, bahasa latinnya berarti burung, fungsinya sebagai pembunuh atau penolak burung. Contohnya Avitrol untuk burung kakaktua.
Bakterisida, Berasal dari katya latin bacterium, atau kata Yunani bakron, berfungsi untuk membunuh bakteri. Contohnya Agrept, Agrimycin, Bacticin, Tetracyclin, Trichlorophenol Streptomycin.
Fungsida, berasal dari kata latin fungus, atau kata Yunani spongos yang artinya jamur, berfungsi untuk membunuh jamur atau cendawan. Dapat bersifat fungitoksik (membunuh cendawan) atau fungistatik (menekan pertumbuhan cendawan). Contohnya Benlate, Dithane M-45 80P, Antracol 70 WP, Cupravit OB 21, Delsene MX 200, Dimatan 50 WP.
Herbisida, berasal dari kata lain herba, artinya tanaman setahun, berfungsi untuk membunuh gulma. Contohnya Gramoxone, Basta 200 AS, Basfapon 85 SP, Esteron 45 P.
Insektisida, berasal dari kata latin insectum, artinya potongan, keratan segmen tubuh, berfungsi untuk membunuh serangga. Contohnya Lebaycid, Lirocide 650 EC, Thiodan, Sevin, Sevidan 70 WP, Tamaron
Molluskisida, berasal dari kata Yunani molluscus, artinya berselubung tipis atau lembek, berfungsi untuk membunuh siput. Contohnya Morestan, PLP, Brestan 60.
Nematisida, berasal dari kata latin nematoda, atau bahasa Yunani nema berarti benang, berfungsi untuk membunuh nematoda. Contohnya Nemacur, Furadan, Basamid G, Temik 10 G, Vydate.
Ovisida, berasal dari kata latin ovum berarti telur, berfungsi untuk merusak telur. Pedukulisida, berasal dari kata latin pedis, berarti kutu, tuma, berfungsi untuk membunuh kutu atau tuma.
Piscisida, berasal dari kata Yunani Piscis, berarti ikan, berfungsi untuk membunuh ikan. Contohnya Sqousin untuk Cypirinidae, Chemish 5 EC. Predisida, berasal dari kata Yunani Praeda berarti pemangsa, berfungsi sebagai pembunuh predator.
Rodentisida, berasal dari kata Yunani rodere, berarti pengerat berfungsi untuk membunuh binatang pengerat. Contohnya Dipachin 110, Klerat RMB, Racumin, Ratikus RB, Ratilan, Ratak, Gisorin.
Termisida, berasal dari kata Yunani termes, artinya serangga pelubang kayu berfungsi untuk membunuh rayap. Contohnya Agrolene 26 WP, Chlordane 960 EC, Sevidol 20/20 WP, Lindamul 10 EC, Difusol CB.
Silvisida, berasal dari kata latin silva berarti hutan, berfungsi untuk membunuh pohon atau pembersih pohon, dan Larvasida, berasal dari kata Yunani lar, berfungsi membunuh ulat (larva). Contohnya Fenthion, Dipel (Thuricide).

2.2.2.    Pestisida berdasarkan cara kerjanya
Dilihat dari cara kerja pestisida tersebut dalam membunuh hama dapat dibedakan lagi menjadi tiga golongan, yaitu racun perut, racun kontak, racun gas (Soemirat, 2005):
Racun perut, Berarti mempunyai daya bunuh setelah jasad sasaran memakan pestisida. Pestisida yang termasuk golongan ini pada umumnya dipakai untuk membasmi serangga-serangga pengunyah, penjilat dan penggigit. Daya bunuhnya melalui perut. Contoh: Diazinon 60 EC.
Racun kontak, Berarti mempunyai daya bunuh setelah tubuh jasad terkena pestisida. Organisme tersebut terkena pestisida secara kontak langsung atau bersinggungan dengan residu yang terdapat di permukaan yang terkena pestisida. Contoh: Mipcin 50 WP.
Racun gas, Berarti mempunyai daya bunuh setelah jasad sasaran terkena uap atau gas. Jenis racun yang disebut juga fumigant ini digunakan terbatas pada ruangan ruangan tertutup.

2.2.3.    Menurut Dep.Kes RI Dirjen P2M dan PL 2000 dalam Diana (2009)
berdasarkan struktur kimianya pestisida dapat digolongkan menjadi golongan organochlorin, golongan organophosfat, golongan carbamat, pyretroid, fumigant,, petroleum, dan ntibiotik. Umumnya golongan ini mempunyai sifat: merupakan racun yang universal, degradasinya berlangsung sangat lambat larut dalam lemak.
Golongan organophosfat, Pestisida organophosfat misalnya diazonin dan basudin. Golongan ini mempunyai sifat-sifat sebagai berikut : merupakan racun yang tidak selektif degradasinya berlangsung lebih cepat atau kurang persisten di lingkungan, menimbulkan resisten pada berbagai serangga dan memusnahkan populasi predator dan serangga parasit, lebih toksik terhadap manusia dari pada organokhlor.
Golongan carbamat termasuk baygon, bayrusil, dan lain-lain. Golongan ini mempunyai sifat sebagai berikut : mirip dengan sifat pestisida organophosfat, tidak terakumulasi dalam sistem kehidupan, degradasi tetap cepat diturunkan dan dieliminasi namun pestisida ini aman untuk hewan, tetapi toksik yang kuat untuk tawon.
Senyawa dinitrofenol misalnya morocidho 40EC, Salah satu pernafasan dalam sel hidup melalui proses pengubahan ADP (Adenesone-5-diphosphate) dengan bantuan energi sesuai dengankebutuhan dan diperoleh dari rangkaian pengaliran elektronik potensial tinggi ke yang lebih rendah sampai dengan reaksi proton dengan oksigen dalam sel. Berperan memacu proses pernafasan sehingga energi berlebihan dari yang diperlukan akibatnya menimbulkan proses kerusakan jaringan.
Pyretroid, Salah satu insektisida tertua di dunia, merupakan campuran dari beberapa ester yang disebut pyretrin yang diekstraksi dari bunga dari genus Chrysanthemum. Jenis pyretroid yang relatif stabil terhadap sinar matahari adalah : deltametrin, permetrin, fenvalerate. Sedangkan jenis pyretroid yang sintetis yang stabil terhadap sinar matahari dan sangat beracun bagi serangga adalah : difetrin, sipermetrin, fluvalinate, siflutrin, fenpropatrin, tralometrin, sihalometrin, flusitrinate.
Fumigant, fumigant adalah senyawa atau campuran yang menghasilkan gas atau uap atau asap untuk membunuh serangga , cacing, bakteri, dan tikus. Biasanya fumigant merupakan cairan atau zat padat yang murah menguap atau menghasilkan gas yang mengandung halogen yang radikal (Cl, Br, F), misalnya chlorofikrin, ethylendibromide, naftalene, metylbromide, formaldehid, fostin.
Petroleum, Minyak bumi yang dipakai sebagai insektisida dan miksida. Minyak tanah yang juga digunakan sebagai herbisida.
Antibiotik, Misalnya senyawa kimia seperti penicillin yang dihasilkan dari mikroorganisme ini mempunyai efek sebagai bakterisida dan fungisida.

2.2.4.    Pestisida Berdasarkan Pengaruh Fisiologisnya
Menurut Yusniati (2008) dalam Diana (2009), pestisida juga diklasifikasikan berdasarkan pengaruh fisiologisnya diantaranya adalah piretroid, senyawa organofospat, senyawa organoklorin, senyawa arsenat, dan senyawa karbamat.
Senyawa Organofospat, acun ini merupakan penghambat yang kuat dari enzim cholinesterase pada syaraf. Asetyl cholin berakumulasi pada persimpangan-persimpangan syaraf (neural jungstion) yang disebabkan oleh aktivitas cholinesterase dan menghalangi penyampaian rangsangan syaraf kelenjar dan otot-otot. Golongan ini sangat toksik untuk hewan bertulang belakang.Organofosfat disintesis pertama kali di Jerman pada awal perang dunia ke-II. Bahan tersebut digunakan untuk gas syaraf sesuai dengan tujuannya sebagai insektisida. Pada awal sintesisinya diproduksi senyawa tetraethyl pyrophosphate (TEPP), parathion dan schordan yang sangat efektif sebagai insektisida tetapi juga toksik terhadap mamalia. Penelitian berkembang tersebut dan ditemukan komponen yang paten terhadap insekta tetapi kurang toksik terhadap manusia (misalnya : malathion). Organofosfat adalah insektisida yang paling toksik diantara jenis pestisida lainnya dan sering menyebabkan keracunan pada orang. Termakan hanya dalam jumlah sedikit saja dapat menyebabkan kematian, tetapi diperlukan beberapa milligram untuk dapat menyebabkan kematian pada orang dewasa. Organofosfat menghambat aksi pseudokholinesterase dalam plasma dan kholinesterase dalam sel darah merah. Organofosfat dapat terurai di lingkungan dalam waktu ± 2 minggu.
Senyawa Organoklorin. Golongan ini paling jelas pengaruh fisiologisnya seperti yang ditunjukkan pada susunan syaraf pusat, senyawa ini berakumulasi pada jaringan lemak. Secara kimia tergolong insektisida yang toksisitas relatif rendah akan tetapi mampu bertahan lama dalam lingkungan. Racun ini bersifat mengganggu susunan syaraf dan larut dalam lemak. Contoh insektisida ini pada tahun 1874 ditemukan DDT (Dikloro Difenil Tri Kloroetana) oleh Zeidler seorang sarjana kimia dari Jerman. Pada tahun 1973 diketahui bahwa DDT ini ternyata sangat membahayakan bagi kehidupan maupun lingkungan, karena meninggalkan residu yang terlalu lama dan dapat terakumulasi dalam jaringan melalui rantai makanan. DDT sangat stabil baik di air, di tanah, dalam jaringan tanaman dan hewan.
Senyawa Arsenat, pada keadaan keracunan akut ini menimbulkan gastroentritis dan diare yang menyebabkan kekejangan yang hebat sebelum menimbulkan kematian. Pada keadaan kronis menyebabkan pendarahan pada ginjal dan hati.
Senyawa Karbamat, merupakan ester asam N-metilkarbamat atau turunan dari asam karbamik HO-CO-NH2. Pengaruh fisiologis yang primer dari racun golongan karbamat adalah menghambat aktifitas enzym cholinesterase darah dengan gejala-gejala seperti senyawa organofospat, tetapi pengaruhnya jauh lebih reversible dari pada efek senyawa organofosfat.
Piretroid, piretroid merupakan senyawa kimia yang meniru struktur kimia (analog) dari piretrin. Piretrin sendiri merupakan zat kimia yang bersifat insektisida yang terdapat dalam piretrum, kumpulan senyawa yang di ekstrak dari bunga semacam krisan piretroid (bunga Chrysantheum cinerariaefolium) memiliki beberapa keunggulan, diantaranya diaplikasikan dengan takaran relatif sedikit, spektrum pengendaliannya luas, tidak persisiten, dan memiliki efek melumpuhkan yang sangat baik. Namun karena sifatnya yang kurang atau tidak selektif, banyak piretroid yang tidak cocok untuk program pengendalian hama terpadu. Insektisida tanaman lain adalah nikotin yang sangat toksik secara akut dan bekerja pada susunan saraf. Piretrum mempunyai toksisitas rendah pada manusia tetapi menimbulkan alergi pada orang yang peka.

2.3.    Jenis Formulasi Pestisida
Bentuk-bentuk formulasi pada pestisida antara lain adalah sebagai berikut:
2.3.1. Bentuk Cair
Formulasi pestisida dalam bentuk cair dapat dibedakan menjadi EC (Emulsifiable Cocentrate atau Emulsible Cocentrate), Soluble Concentrate in water (WSC) atau Water Soluble Concentrate (WSC), Aeous Solution (AS) atau Aquaous Concentrate (AC), Soluble (SL), Flowable (F), dan Ultra Low Volume (ULV).
EC (Emulsifiable Cocentrate atau Emulsible Cocentrate). Sediaan berbentuk pekatan (konsentrat) cair dengankonsentrasi bahan aktifd yang cukup tinggi. Kosentrasi ini jika dicampur dengan air akan membentuk emilsi (butiran denda cair yang melayang dalam media cair lain). EC umumnya digunakan dengan cara disemprot, meskipun dapat pula digunakan dengan cara lain.
Soluble Concentrate in water (WSC) atau Water Soluble Concentrate (WSC). Formulasi ini mirip EC, tetapi bila decamp[ur air tidsak membentuk emulsi, melainkan membentuk larutan homogen. Umumnya, sediaan ini digunakan dengan cara disemprotkan.
Aeous Solution (AS) atau Aquaous Concentrate (AC). pekatan ini diarutkan dalam air. Persisida yang diformulasi dalam bentuk AS dan AC umumnya pestisida berbentuk garam yang mempunyai kelarutan tinggi dalam air. Pestisida ini juga dighunakan dengan cara disemprot.
Soluble (SL). Pekatan cair ini jika dicampurkan air akan membentuk larutan. Pestisida ini digunakan dengan cara disemprotkan. SL juga dapat mengacu pada formulasi slurry.
Flowable (F) atau Flowabel ini Water (FW). Formulasi ini berupa konsentrasi cair yangs angat pekat. Bila dicampur air, F atau FW akan membentuk emilsi seperti halnya WP. Pada dasarnya FW adalah WP yang dibasahkan.
Ultra Low Volume (ULV). Sediaan khusus untuk penyemprotan dengan volume ultra rendah, yakni volume semprot antara 1 hingga 5 liter/hektar. ULV umumnya merupakan sdiaan siap pakai, tanpa harus dicampur dengan air.

2.3.2. Bentuk padat
Formulasi pestisida dalam bentuk padat diantaranya adalah Wettable Powder (WP), Soluble powder (S atau SP), Butiran (G), Water Dipersible Granule (WG atau WDG), Seed dreesing (SD) atau Seed Treatment (ST), Tepug Hembus atau Dust (D), dan Umpan atau bait (B) ready Mix Bait (RB atau RMB).
Wettable Powder (WP). Formulasi WP bersama EC merupakan formulasi klasik yang masih banyak digunakan dingga saat ini. WP adalah formulasi bentuk tepung yang bila dicampur air akan membentuk suspensi yang penggunaannya dengan cara disemprot.
Soluble powder (S atau SP). Formulasi bentuk tepung yang bia dicampur air akan menghasilkan larutan homogen. Pestisida ini juga digunakand enga cara disemprotkan.
Butiran (G). Butiran yang umumnya merupakan sedian siap pakai dengan konsetrasi rendah. Pestisida butiran digunakan dengan cara ditaburkan di lapagan (baik secara manual dengan tangan atau dengan mesin penabur) setelah penaburan dapat diikuti denga pegolahan tanah atai tidak. Disamping formulasi G dikenal juga fomulasi SG, yakni sand granular.
Water Dipersible Granule (WG atau WDG) . WDG atau WG berbentuk butiran, mirip G, tetapi penggunaanya sangat berbeda. Formulasi WDG harus diencerkan denga air dan digunakan dengan cara disemprotkan.
Seed dreesing (SD) atau Seed Treatment (ST). Sediaan berbentuk tepung yang khusus digunakan untuk perawatan benih. Berbeda dengan Tepung Hembus atau Dust (D). Sediaan siap pakai dengan konsentrasi rendah yang digunakan dengan cara dihembuskan. Sedangkan Umpan atau bait (B) ready Mix Bait (RB atau RMB). umpan merupakan formulasi siap pakai yang umumya digunakan untuk formulasi rodentisida.

2.4.    Cara Mengaplikasikan Pestisida
Cara mengaplikasikan pestisida bermacam-macam diantaranya adalah penyemprotan (spraying), pengabut, dusting (pengembus), penyebaran butiran, penuangan atau penyiraman (pour on), injeksi batang, impregnasi, fumigasi, dan dipping.
Penyemprotan (spraying), merupakan metode yang palingbanyak digunakan. Biasanya digunakan 100-200 literenceran insektisida per ha. Paling banyak adalah 1000liter/ha sedang paling kecil 1 liter/ha seperti dalam ULV.
Pengabut, formulasi yang digunakan hamper sama dengan penyemprotan namun biasanya digunakan low volume yang artinya volume cairan yang digunakan pada pengabut jauh lebih rendah daripada penyemprotan biasa, konsentrasinya cukup tinggi.
Dusting (pengembus), untuk hama rayapkayu kering Cryptotermes, dusting sangat efisien bila dapat mencapai koloni karena racun dapat menyebar sendiri melalui efek perilaku trofalaksis.
Penyebaran butiran, pestisida yang digunakan berbentuk granular biasanya dilakukan dengan alat penyebar dan atau alat penyebar (spreader).
Penuangan atau penyiraman (pour on) misalnya untuk membunuh sarang (koloni) semut, rayap, serangga tanahdi persemaian dsb. Injeksi batang, dengan insektisida sistemik bagi hamabatang, daun, penggerek dll.
Dipping, perendaman / pencelupan seperti untuk biji /benih, kayu. Sedangkan Fumigasi, penguapan, misalnya pada hama gudang atauhama kayu. Dan Impregnasi, merupakan metode dengan tekanan (pressure) misalnyadalam pengawetan kayu.

2.5.    Keuntungan dan Kerugian Dalam Penggunaan Pestisida
Keuntungan dengan adanya pestisida tidak hanya berperan dalam mengendalikan jasad-jasad pengganggu dalam bidang pertanian saja, namun juga diperlukan dalam bidang kehutanan terutama untuk pengawetan kayu dan hasil hutan yang lainnya, dalam bidang kesehatan dan rumah tangga untuk mengendalikan vektor (penular) penyakit manusia dan binatang pengganggu kenyamanan lingkungan, dalam bidang perumahan terutama untuk pengendalian rayap atau gangguan serangga yang lain.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa serangan hama pada tanaman cukup tinggi. Dengan menggunakan pestisida kehilangan hasil produksi pertanian bisa dikurangi. Pada tahun 1985 dunia menggunakan sekitar 2300 juta kg pesyisida kimia. Pestisida meningkat dengan pesat khususnya di Negara-negara sedang berkembang dimana pestisida dianggap suatu cara mudah untuk meningkatkan produksi, seringkali aktif dipromosikan dan disubsidi (Sastrowiyono, 1983).
Namun demikian, beberapa kerugian dan bahaya penggunaan pestisida lambat laun menjadi jelas, antaralain: dari waktu ke waktu, hama menjadi kebal terhadap pestisida, yangkemudian memaksa penggunaan pestisida dalam dosisi yang lebih tinggi. Akhirnya perlu dikembangkan pestisida jenis baru. Hal ini merupakan proses yang mahal dan lama. Kekebalan hama ini semakin berkembangcepat di daerahtropis daripada di daerah beriklim sedang karena proses biologisnya berlangsung lebih cepat pada suhu yang lebih tinggi. Pestisida bukan hanya pembunuh organisme yang menyebabkan kerusakan pada tanaman, namun juga membunuh organisme yang berguna seperti musuh alami hama. Serangan hama primer dansekunder bisa meningkat setelah pestisida membunuh musuh alamihama ; Pestisida yang tidak mudah terurai, akan terserap dalam rantai makanan dan sangat membahayakan seranggga, hewan pemakanserangga, burung pemangsa, dan pada akhirnya manusia Sukoco(1999).
Dampak tarhadap manusia apabila penggunaan pestisida tanpa diimbangi dengan perlindungan dan perawatan kesehatan, orang yang sering berhubungan dengan pestisida, secara lambat laun akan mempengaruhi kesehatannya. Pestisida meracuni manusia tidak hanya pada saat pestisida itu digunakan, tetapi juga saat mempersiapkan, atau sesudah melakukan penyemprotan.
Kecelakaan  akibat pestisida pada manusia juga merupakan kerugian yang nya pestisida, terutama dialami oleh orang yang langsung melaksanakan penyemprotan. Mereka dapat mengalami pusing-pusing ketika sedang menyemprot maupun sesudahnya, atau muntah-muntah, mulas, mata berair, kulit terasa gatal-gatal dan menjadi  luka, kejang-kejang, pingsan, bahkan kematian. Kejadian tersebut umumnya disebabkan kurangnya perhatian atas keselamatan kerja  dan kurangnya kesadaran bahwa pestisida adalah racun Sukoco(1999).
Kerugiannya pestisida berpengaruh buruk terhadap kualitas lingkungan. Masalah yang banyak diprihatinkan dalam pelaksanaan program pembangunan yang berwawasan lingkungan adalah masalah pencemaran yang diakibatkan penggunaan pestisida di bidang pertanian, kehutanan,  pemukiman, maupun di sektor kesehatan. Pencemaran pestisida terjadi karena adanya residu yang tertinggal di lingkungan fisik dan biotis disekitar kita. Dan  menyebabkan kualitas lingkungan hidup manusia semakin menurun. Tiga dampak buruk penggunaan pestisida, khususnya yang mempengaruhi peningkatan perkembangan populasi hama yaitu munculnya ketahanan  (resistensi) hama terhadap pestisida, resurgensi hama, ledakan populasi hama sekunder Sukoco(1999).
III.    BAHAN DAN METODE

3.1.    Waktu dan Tempat
Kegiatan praktikum Acara V (Mengenal Pestisida dan Aplikasinya) dilakukan dengan mengamati jenis-jenis pestisida yang telah disediakan  dan pengamatan dilaksanakan di Laboratorium Budidaya pertanian Fakultas Pertanian Universitas Palangkaraya. Kegiatan dilaksanakan pada hari senin 13 Mei 2012 jam 13.15-14.55 WIB.

3.2.    Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah beberapa jenis pestisida yang digunakan untuk pengamatan. Sedangkan alat yang digunakan berupa alat tulis untuk membuat laporan sementara dan kamera minimal 2 MP untuk mengambil gambar jenis pestisida yang diamati.

3.3.    Cara Kerja
Adapun cara kerja dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
a.    Menyiapkan bahan-bahan yang digunakan berupa beberapajenis pestisida dengan berbagai jenis formulasinya.
b.    Megidentifikasi satu persatu dari jenis pestisida yang telah digunakan itu dengan melihat nama dagang, formulasi, jenis bahan aktif, sasarannya, dan cara pengaplikasiannya.
c.    Mengcatat hasil pengamatan tersebut dan mengabil gambar jenis-jenis pestisida yang diamati.
d.    Membuat lapora sementara tentang pestisida dan cara pengaplikasiannya berupa table hasil pengamatan pestisida.



IV.    HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1.    Hasil Pengamatan
Adapun hasil pengamatan praktikum Mengenal Pestisida dan Aplikasinya adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Hasil Pengamatan Mengenal Pestisida dan Aplikasinya
No    Nama Bahan    Golongan    Nama Umum Bahan Aktif    Formulasi    OPT Sasaran    Cara Aplikasi
1    Agrept    Bakterisida    Streptomisin
20 %    Wettable Powder (WP)    Bakteri
(P Solanacearum)    Disemprotkan
2    Mesophide
80 P    Rodentisida    Seng Fosfida
80 %    Powder (P)    Rodentia (Tikus)    Dicampurkan dengan umpan
3    Basamid-G    Nematisida, Insektisida, dan Fungisida    Dazomet 98 %    Granular (G)    Ulat tanah, Nematoda    Ditaburkan, dan disebar
4    Fujiwan    Fungisida    Isoprothiolane 400 gram    Emulsitiable Concentrate (EC)    Jamur/ Cendawan    Disemprotkan
5    Bancol 150 WP    Insektisida    Bensultap 50 %    Wettable Powder (WP)    Penggerek Batang    Disemprotkan
6    Ridomil 35 SD    Fungisida    Metalaksil 35 %    Solution (S)    Penyakit Bulai    Dicampurkan dengan umpan
7    Dithane    Fungisida    Mankonzen 430 gram    Fumigant (F)    Jamur/ Cendawan    Disemprotkan
8    Dharmabas
500 EC    Insektisida    BPMC 500 gram/L    Emulsitiable Concentrate (EC)    Wereng Coklat    Disemprotkan
9    Indovin 85 SP    Insektisida    Karbaril 85 %    Soluble Powder (SP)    Ulat Grayak    Disemprotkan
10    Benlate    Fungisida    Benomil 50 %    Wettable Powder (WP)    Busuk Ubi (Fusarium spp)    Disemprotkan
11    Antracol 70 WP    Fungisida    Propineb 70 %    Wettable Powder (WP)    Alternaria, Bercak Ungu    Disemprotkan
12    Petrokum RMB    Rodentisida    Brodifakum 0,005 %    Umpan (RMB)    Rodentia (Tikus)    Dicampurkan dengan umpan
13    Klerat    Rodentisida    Brodifakum 0,005 %    Umpan (RMB)    Rodentia (Tikus)    Dicampurkan dengan umpan
14    Rambo 480 AS    Herbisida    Gliphosphate 480 gram/L    Aeous Solution (AS)    Gulma    Disemprotkan

4.2.    Pembahasan
4.2.1.    Agrept

Gambar 1. Bakterisida Agrept

Pestisida ini memiliki nama dagang Agrept. Pestisida ini termasuk kedalam golongan bakterisida dengan nama umum bahan aktif yaitu Streptomisin 20 %. Jenis formulasinya adalah Wettable Powder (WP), dengan OPT sasaran beberapa jenis bekteri terutama Bakteri Pseudomonas solanacearum. Untuk cara cara aplikasi pestisida jenis ini, Agrept diaplikasikan dengan cara disemprotkan pada bagian terserang.

4.2.2.    Mesophide 80 P

Gambar 2. RodentisidaMesophide 80 P
Pestisida ini memiliki nama dagang Mesophide 80 P. Pestisida ini termasuk kedalam golongan rodentisida dengan nama umum bahan aktif yaitu Seng Fosfida 80 %. Jenis formulasinya adalah Granular (G), dengan OPT sasaran beberapa jenis hewan pengerat terutama rodentia (tikus). Untuk cara cara aplikasi pestisida jenis ini, mesophide 80 P diaplikasikan dengan cara dicampurkan dengan umpan.

4.2.3.    Basamid-G

Gambar 3. Pestisida Basamid-G

Pestisida ini memiliki nama dagang Basamid-G. Pestisida ini termasuk kedalam golongan nematisida, insektisida, dan fungisida dengan nama umum bahan aktif yaitu Dazomet 98 %. Jenis formulasinya adalah Wettable Powder (WP), dengan OPT sasaran beberapa jenis nematoda terutama ulat tanah. Untuk cara cara aplikasi pestisida jenis basamid-G ini diaplikasikan dengan cara ditaburkan, dan juga disebar di sekitar tanaman yang terserang pada bagian terserang.
4.2.4.    Fujiwan

Gambar 4. Fungisida Fujiwan

Pestisida ini memiliki nama dagang Fujiwan. Pestisida ini termasuk kedalam golongan Fungisida dengan nama umum bahan aktif yaitu Isoprothiolane 400 gram. Jenis formulasinya adalah Emulsitiable Concentrate (EC), dengan OPT sasaran beberapa jenis jamur/ cendawan pada tanaman. Untuk cara cara aplikasi pestisida jenis Fujiwan ini diaplikasikan dengan cara disemprotkan pada bagian terserang.

4.2.5.    Bancol 150 WP

Gambar 5. Insektisida Bancol 150 WP
Pestisida ini memiliki nama dagang Bancol 150 WP. Pestisida ini termasuk kedalam golongan insektisida dengan nama umum bahan aktif yaitu Bensultap 50 %. Jenis formulasinya adalah Wettable Powder (WP), dengan OPT sasaran beberapa jenis hama penggerek terutama penggerek batang. Untuk cara cara aplikasi pestisida jenis ini, bancol 150 WP diaplikasikan dengan cara disemprotkan pada bagian terserang.

4.2.6.    Ridomil 35 SD

Gambar 6. Fungisida Ridomil 35 SD

Pestisida ini memiliki nama dagang Ridomil 35 SD. Pestisida ini termasuk kedalam golongan fungisida dengan nama umum bahan aktif yaitu Metalaksil 35 20 %. Jenis formulasinya adalah Solution (S), dengan OPT sasaran beberapa jenis jamur/cendawan terutama jamur/cendawan yang menyebabkan penyakit bulai. Untuk cara cara aplikasi pestisida jenis ini, ridomil 35 SD diaplikasikan dengan cara disemprotkan pada tanaman.
4.2.7.    Dithane

Gambar 7. Fungisida Dithane

Pestisida ini memiliki nama dagang Dithane. Pestisida ini termasuk kedalam golongan Fungisida dengan nama umum bahan aktif yaitu Mankonzen 430 gram. Jenis formulasinya adalah Fumigant (F), dengan OPT sasaran beberapa jenis jamur/ cendawan. Untuk cara cara aplikasi pestisida jenis ini, dithane diaplikasikan dengan cara disemprotkan pada tanaman.

4.2.8.    Dharmabas 500 EC

Gambar 8. Dharmabas 500 EC
Pestisida ini memiliki nama dagang Dharmabas 500 EC. Pestisida ini termasuk kedalam golongan Insektisida dengan nama umum bahan aktif yaitu BPMC 500 gram/L. Jenis formulasinya adalah Emulsitiable Concentrate (EC), dengan OPT sasaran beberapa jenis serangga yang menyerang tanaman terutama wereng coklat. Untuk cara cara aplikasi pestisida jenis ini, dharmabas 500 EC diaplikasikan dengan cara disemprotkan pada tanaman.

4.2.9.    Indovin 85 SP

Gambar 9. Insektisida Indovin 85 SP

Pestisida ini memiliki nama dagang Indovin 85 SP. Pestisida ini termasuk kedalam golongan insektisida dengan nama umum bahan aktif yaitu Karbaril 85 %. Jenis formulasinya adalah Soluble Powder (SP), dengan OPT sasaran beberapa jenis serangga yang menyerang tanaman terutama hama serangga ulat grayak. Untuk cara cara aplikasi pestisida jenis ini Indovin 85 SP diaplikasikan dengan cara disemprotkan pada bagian terserang dan areal tanam.
4.2.10.    Benlate

    Gambar 10. Bakterisida Agrept

Pestisida ini memiliki nama dagang Benlate. Pestisida ini termasuk kedalam golongan fungisida dengan nama umum bahan aktif yaitu Benomil 50 %. Jenis formulasinya adalah Wettable Powder (WP), dengan OPT sasaran beberapa jenis jamur/cendawan yang menyerang umbi-umbian terutama pada cendawan yang menyebabkan penyakit busuk ubi (Fusarium spp). Untuk cara cara aplikasi pestisida jenis ini, benlate diaplikasikan dengan cara disemprotkan pada areal pertanaman yang terserang.

4.2.11.    Antracol 70 WP.

Gambar 11. Fungisida Antracol 70 WP
Pestisida ini memiliki nama dagang Antracol 70 WP. Pestisida ini termasuk kedalam golongan Fungisida dengan nama umum bahan aktif yaitu Propineb 70 %. Jenis formulasinya adalah Wettable Powder (WP), dengan OPT sasaran beberapa jenis jamur/cendawan terutama Alternaria pada penyakit bercak ungu. Untuk cara cara aplikasi pestisida jenis ini, Antracol 70 WP diaplikasikan dengan cara disemprotkan pada areal petanaman yang terserang.

4.2.12.    Petrokum RMB

Gambar 12. Rodentisida Petrokum RMB

Pestisida ini memiliki nama dagang Petrokum RMB. Pestisida ini termasuk kedalam golongan rodentisida dengan nama umum bahan aktif yaitu Brodifakum 0,005 %. Jenis formulasinya adalah Umpan (RMB), dengan OPT sasaran beberapa jenis binatang pengerat terutama rodentia (tikus). Untuk cara cara aplikasi pestisida jenis Petrokum RMB ini diaplikasikan dengan cara Dicampurkan dengan umpan.
4.2.13.    Klerat.

Gambar 13. Rodentisida Klerat

Pestisida ini memiliki nama dagang Klerat. Pestisida ini termasuk kedalam golongan rodentisida dengan nama umum bahan aktif yaitu Brodifakum 0,005 %. Jenis formulasinya adalah Umpan (RMB), dengan OPT sasaran beberapa jenis binatang pengerat terutama rodentia (tikus). Untuk cara cara aplikasi pestisida jenis Petrokum RMB ini diaplikasikan dengan cara Dicampurkan dengan umpan.
4.2.14.    Rambo 480 AS

Gambar 14. Herbisida Rambo 480 AS

Pestisida ini memiliki nama dagang Rambo 480 AS. Pestisida ini termasuk kedalam golongan herbisida dengan nama umum bahan aktif yaitu Gliphosphate 480 gram/L. Jenis formulasinya adalah Aeous Solution (AS), dengan OPT sasaran beberapa jenis gulma yang tumbuh disekitar areal pertanaman. Untuk cara cara aplikasi pestisida jenis ini, Rambo 480 AS diaplikasikan dengan cara disemprotkan pada gulma-gulma merugikan disekitar areal pertanaman.

V.    KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.     Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik darihasil praktikum ini adalah Pestisida secara umum diartikan sebagai bahan kimia beracun yang digunakan untuk mengendalikan  jasad penganggu yang merugikan kepentingan manusia terutama di bidang pertanian. Pestisida merupakan racun yang memiliki kemampuan membasmi organisme selektif  dan mempunyai nilai ekonomis terutama bagi petani.
Jenis pestisida menurut jasad sasaran dapat dibedakan menjadi akarisida, algasida, bakterisida, fungsida, herbisida, insektisida, molluskisida, nematisida, ovisida, pedukulisida, piscisida, predisida, rodentisida, termisida, silvisida, dan larvasida. Berdasarkan cara kerjanya pestisida digolongkan menjadi, racun perut, racun kontak, racun gas. Berdasarkan struktur kimianya pestisida dapat digolongkan menjadi golongan organochlorin, golongan organophosfat, golongan carbamat, pyretroid, fumigant,, petroleum, dan ntibiotik. Berdasarkan pengaruh fisiologisnya pestisida dapat digolongkan menjadi piretroid, senyawa organofospat, senyawa organoklorin, senyawa arsenat, dan senyawa karbamat.
Cara mengaplikasikan pestisida bermacam-macam diantaranya adalah  penyemprotan (spraying), pengabut, dusting (pengembus), penyebaran butiran, penuangan atau penyiraman (pour on), injeksi batang, impregnasi, fumigasi, dan dipping.
Bentuk-bentuk formulasi pada pestisida dibedakan menjadi bentuk cair dan padat. Formulasi pestisida bentuk cair diantaranya adalah EC (Emulsifiable Cocentrate atau Emulsible Cocentrate), Soluble Concentrate in water (WSC) atau Water Soluble Concentrate (WSC), Aeous Solution (AS) atau Aquaous Concentrate (AC), Soluble (SL), Flowable (F), dan Ultra Low Volume (ULV). Sedangkan Formulasi pestisida dalam bentuk padat diantaranya adalah Wettable Powder (WP), Soluble powder (S atau SP), Butiran (G), Water Dipersible Granule (WG atau WDG), Seed dreesing (SD) atau Seed Treatment (ST), Tepug Hembus atau Dust (D), dan Umpan atau bait (B) ready Mix Bait (RB atau RMB).

5.2.     Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan berkaitan dengan diadakannya praktikum ini adalah agar pada pertanian di indonesia mulai melihat gejala dan tanda serta cara penyebaran dan siklus hama dan penyakit yang menyerang tanaman yang disebabkan oleh berbagai jenis hama seperti serangga, nematode, bangsa pengerat, dan berbagai jenis penyakit yang disebabkan oleh bakteri, jamur/cendawan  dengan berbagai kerugian yang ditimbulkan hendaknya pemerintah Indonesia ikut turut campur tangan dalam membantu petani untuk menangani kasus hama dan penyakit ini khususnya melalui bantuan berbagai jenis pestisida dengan menilai keuntungan dan kerugiannya serta dampak yang ditimbulkan harus seminimal mungkin dengan adanya pestisida ini.



DAFTAR PUSTAKA


Kusno S , 1992.Pencegahan pencemaran pupuk dan pestida. Jakarta : Penerbit Swadaya.

Ekha Isuasta, 1988. Dilema pestisida . Yogyakarta : Kanisius .

Hidayat Natawigena dan G. Satari. 1981. Kecenderungan Penggunaan Pupuk dan Pestisida dalam Intensifikasi Pertanian dan Dampak Potensialnya Terhadap Lingkungan. Seminar terbatas  19 Maret 1981. Ekologi Unpad Bandung.

Kenmore, P.E. 1987. IPM Means the Best Mix. Rice IPM Newsletter. VII (7). IRRI. Manila. Philippines.

Benn, F.R [ and ]C.A. Mac Auliffe, 1975. Chemistry and pollution. New York : The Mac Millan Press.

Mulyani, S. dan M. Sumatera. 1982. Masalah Residu Pestisida pada Produk Hortikultura. Simposium Entomologi, Bandung 25 – 27 September 1982.

Oka, Ida Nyoman. 1995. Pengendalian Hama Terpadu dan Implementasinya di Indonesia. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Untung, K. 1984. Pengantar Analisis Ekonomi Pengendalian Hama Terpadu. Andi Offset. Yogyakarta.

2 komentar:

  1. sangat bermanfaat pak. dapat digunakan menjadi acuan kuliah nih...

    BalasHapus
  2. sangat bermanfaat pak. dapat digunakan menjadi acuan kuliah nih...

    BalasHapus